Episode Lima

Hariz tertegun ketika ia memasuki kamar melihat sang istri sedang berurai air mata. Diletakkannya gelas berisi air putih itu di meja kamar. Hariz menghampiri Dhena yang masih membisu membiarkan pipinya bersimbah air mata.

"Kenapa?" Tangan kekar Hariz mengusap pipi sang ustri.

Dhena bergeming. Hanya tangannya yang terjulur menyerahkan benda pipih milik Hariz. Hariz lalu membuka ponselnya mencari tahu apa gerangan yang sudah membuat sang istri sebegitu sedihnya.

Lelaki berusia duapuluh delapan tahun itu menghela napas panjang usai membaca pesan dari kakeknya Mawar tadi yang sudah sukses membuat Dhena terluka.

"Gak perlu bersedih. Mas janji tidak akan menggubris dan menuruti apa yang diminta di dalam pesan ini." Tangan Hariz menggenggam tangan sang istri berusaha meyakinkannya.

"Kenapa Mas gak jujur? Gak cerita sama aku Mas?"

Hariz hanya membisu mendapat pertanyaan seperti itu dari Dhena. Karena tak mungkin ia menceritakan apa yang sudah dibicarakan oleh kakek Muksin kepadanya kemarin. Hariz sangat menjaga perasaan istrinya.

***

Menjelang Subuh Dhena merasakan ada kontraksi di bagian perutnya.

Haris langsung membawa sang istri ke tempat bidan praktik terdekat saat Dhena wanita yang sudah dinikahinya setahun yang lalu itu mengatakan kalau dirinya sudah ada tanda-tanda hendak melahirkan anak pertama mereka.

Setelah dilakukan pemeriksaan bidan menyatakan masih belum ada pembukaan. Yang berarti proses lahiran masih belum dipastikan dalam waktu dekat. Tapi, setelah Dhena memberitahukan kalau ia sudah mengeluarkan air ketuban dari Subuh hingga saat itu, Bu bidan pun menyarankan agar Dhena meminum obat pemicu supaya bisa merasakan mulas dalam waktu dekat. Karena Dhena belum merasakan nyeri di bagian perut sebagaimana yang biasa dirasakan oleh ibu saat hendak melahirkan.

Menurut sang bidan, jika air ketuban sudah merembes keluar belum pada waktunya maka harus segera diberikan tindakan agar bayi bisa keluar secepatnya.

Setelah kembali berada di rumah Dhena langsung meminum obat yang tadi direspkan untuknya. Berharap ia merasakan mulas. Tak cukup dari itu, wanita berusia dua puluh lima tahun itu pun mencoba melakukan kegiatan berjalan kaki menyusuri jalan gang di tempat tinggalnya.

Namun, menjelang sore Dhena masih merasa dirinya baik-baik saja. Sedangkan air ketubannya terus menerus keluar tanpa jeda hingga ia harus memakai pembalut.

"Apa kita periksa lagi ke tempat Bu bidan untuk bisa memastikan?" saran Hariz kepada sang istri.

Dhena mengiyakan ajakan sang suami. 

Mengendarai roda dua pasangan suami istri itu pun meluncur membelah jalan raya yang mulai ramai oleh lalu lalang kendaraan.

Karena masih belum ada perubahan Bu bidan langsung membuatkan rujukkan ke rumah sakit terdekat untuk segera dilakukan tindakan operasi Cesar. Dhena terhenyak mendengar saran yang diberikan Bu bidan barusan. Hati kecilnya belum siap kalau harus berada di ruang yang menurutnya menyeramkan itu.

"Aku gak mau lahiran Cesar, Mas" ucapnya kepada Hariz.

"Ya, mau gimana lagi. Kalau memang tidak ada pilihan kita gak bisa nolak, daripada beresiko sama ibu dan bayinya malah bahaya." Sang suami memberikan tanggapannya.

"Tapi, masalahnya operasi Cesar itu biayanya tidak sedikit, Mas, uang dari mana kita?" Dhena masih diliputi kebimbangan.

Dhena tahu persis keuangan sang suami yang hanya mengandalkan honor mengajarnya tidak akan mampu mencukupi biaya rumahsakit.

Wanita berperawakan kecil itu hanya mampu melangitkan do'a kepada Sang Maha Penggenggam takdir. Berharap ada keajaiban dan ma'unah untuk proses lahirannya.

***

Malam semakin merangkak kian larut. Dhena masih belum mampu memejamkan mata. Ia masih terjaga seorang diri. Sementara sang suami sudah terlelap dengan suara khas dengkuran halusnya.

Sesekali Dhena membangunkan Hariz mengutarakan kalau ia tak bisa tidur karena bagian perutnya sedikit-sedikit terasa melilit nyeri. Hampir menjelang Subuh, rasa kantuk pun mulai menyerang Dhena. Tapi, lagi-lagi ia harus terjaga kembali karena rasa nyeri perutnya yang membuncit kian menjadi.

Sampai pagi menjelang Dhena melewati malam nyaris tak mampu memejamkan matanya. Karena hampir beberapa menit ia harus meringis menahan sakit.

Melihat kondisi sang istri sudah terlihat kesakitan, Hariz berinisiatif meminta izin hari ini ia tidak bisa berangkat ke sekolah tempatnya mengabdikan diri. Ia harus membersamai sang istri dalam kondisi seperti ini. Dirinya harus menjadi suami siaga dikala sang istri meminta bantuannya.

"Kalau Kakak tinggal sebentar salat Jum'at ke masjid, bisa gak?" Hariz minta pertimbangan kepada sang istri, khawatir terjadi hal yang tak diinginkan kalau ditinggal walau itu hanya setengah jam.

"Iya, Kak, gak apa-apa. Silakan ke masjid dulu. Adek juga masih kuat kok," timpal Dhena tersenyum meyakinkan.

Lelaki berambut cepak itu lalu berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri persiapan ibadah salat Jum'at.

Sekitar jam 15:00 Dhena mulai merasakan sakit di bagian perutnya semakin menjadi dan lebih kerap. Hingga ia menangis menahan nyeri yang sedang dirasakan.

Melihat kondisi sang istri seperti itu, Hariz sigap membawa sang istri ke tempat praktik bidan terdekat.

"Lho, kok, belum ke rumah sakit juga? Bukannya tadi pagi saya sudah kasih rujukkan untuk diambil tindakan?" tanya Bu bidan ketika melihat Hariz mengantar sang istri memasuki ruangan.

"Enggak, Bu, tadi istri katanya pengen nunggu di rumah saja," jawab Hariz.

Setelah dilakukan pemeriksaan, Bu bidan menyarankan agar langsung memasuki ruang bersalin yang sudah disediakan di tempat praktiknya itu.

"Perkiraan ba'da Maghrib udah bisa lahiran," ujar Bu Bidan memberi tahu.

Rasa lega menyelemuti hati Dhena saat mendengar penuturan Bu Bidan barusan. Ia pikir dalam waktu beberapa jam ke depan ia sudah akan terbebas dari rasa sakit yang sedari tadi ia rasakan.

Dhena turun dari tempat pembaringan, karena dirasanya sakit di perutnya agak berkurang. Ia pun mengajak sang suami untuk duduk-duduk dulu di depan kamar sambil ngobrol ringan. 

Sekitar jam setengah lima sore Dhena kembali merasakan sakit di bagian perutnya. Hariz pun menyarankan sang istri untuk berbaring di tempat tidur yang sudah disediakan di ruangan berukuran 3×4 itu.

"Mas ... Sakit banget ini!" rajuk Dhena sambil meremas pergelangan tangan Hariz.

"Iya, Dek, sabar, Ya," ucap sang suami berusaha menenangkan.

Karena menahan rasa sakit yang kian mendera, Dhena pun menangis berharap rasa sakitnya bisa sedikit berkurang.

"Gak usah nangis, Mbak, kan, udah ada Masnya di samping," ujar seorang asisten bu bidan yang sudah siap stand by di ruangan bersalin. Dhena hanya tersenyum meringis ke arah mbak asisten.

Setelah melewati perjuangan sekitar dua jam berturut-turut. Sekitar jam setengah 9 malam lahirlah putra pertama mereka. Dhena menyerukan rasa syukurnya sudah terlepas dari rasa nyeri yang sangat menyiksanya tadi. Begitu pun dengan Hariz ia langsung mengecup kening sang istri seraya berucap lembut, "Makasih Sayang, sudah berjuang untuk anak kita."

Dhena hanya menjawab dengan anggukan kepala dan senyuman manis ke arah suaminya.

Terpopuler

Comments

Oma Yuria

Oma Yuria

bagus sekali.sampai ngantuk.

2021-07-03

0

lihat semua
Episodes
1 Episode Satu
2 Episode Dua
3 Episode Tiga
4 Episode Empat
5 Episode Lima
6 Episode Enam
7 Episode Tujuh
8 Episode Delapan
9 Episode Sembilan
10 Episode Sepuluh
11 Episode Sebelas
12 Episode Dua Belas
13 Episode Tiga Belas
14 Episode Empat Belas
15 Episode Lima Belas
16 Episode Enam Belas
17 Episode Tujuh Belas
18 Episode Delapan Belas
19 Episode Sembilan Belas
20 Episode Dua Puluh
21 Isi Hati Dhena
22 Nyinyiran Bi Kemproh
23 Ketukan Pintu
24 Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25 Kekesalan Dhena
26 Obat Hati
27 Flash Back
28 Flash Back
29 Flash Back
30 Flash Back
31 Flash Back
32 Flash Back
33 Flash Back
34 Flash Back
35 Flash Back
36 Flash Back Menolak Mencukur Alis
37 Flash Back
38 Flash Back.
39 Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40 Flash Back
41 Flash Back
42 Flash Back. Salah Faham
43 Flash Back
44 Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45 Flash Back. Keunikan Hariz
46 Flas Back. Nasib Iwan
47 Flash Back.
48 Flash Back. Kehamilan Dhena
49 Flash Back. Kepergian Hariz
50 Flash Back Menyusul Hariz
51 Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52 Flash Back. Mengantar Dhena
53 Flash Back. Dijemput Teman
54 Flash Back. Bertemu Iwan
55 Flash Back. Hampir Kecelakaan
56 Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57 Flash Back. Suasana Baru
58 Flash Back. Pengakuan Hariz
59 Flash Back. Hati yang Terluka
60 Flash Back. Diajak jalan
61 Perubahan Sikap Hariz
62 Permintaan Nelly
63 Penghinaan dari Baju Mahal
64 Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65 Tragedi di Rumah Makan
66 Tentang Perasaan Nelly
67 Curhatan Mirna
68 Curhatan Mirna
69 Curhatan Mirna
70 Curhatan Mirna
71 Curhatan Mirna
72 Curhatan Mirna
73 Curhatan Mirna
74 Curhatan Mirna
75 Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76 Kegundahan Hati Seorang Istri
77 Tamu di Pagi Hari
78 Terpuruk
79 Luka Hati
80 Terbakar Cemburu
81 Catatan Dalam Buku Harian
82 Rencana Kepergian Dhena
83 Fathan dibawa Orang Asing
84 Nelly menyusul Hariz
85 Dijemput Kahfi
86 Pertemuan Kahfi dan Dhena
87 Luka Hati Nelly
88 Kekhawatiran Kahfi
89 Kisah Mirna
90 Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91 Telepon dari Hariz
92 Pulang ke Rumah Ibu
93 Kedatangan Hariz dan Nelly
94 Mengatur Strategi
95 Mendadak Sakit
96 Hariz Merasa Tersindir
97 Telepon Misterius
98 Permainan Bu Mutia
99 Isi Hati
100 Keberadaan Fathan
101 Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102 Tamu yang Mengejutkan
103 Keputusan Hariz
104 Rasa Khawatir
105 Pertemuan yang Tak Terduga
106 Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107 Bawaan Ngidam
108 Sakinah Bersamamu
109 Kedatangan Sang Ibu Mertua
110 Permintaan Dhena
111 Menu Sarapan Pagi
112 Menyemangati Diri Sendiri
113 Permintaan Bu Aida
114 Menentang Mitos
115 Nelly Keguguran
116 Bersitegang
117 Proses kuret
118 Saat Membersamai Suami dikala Susah
119 Hati yang Terluka
120 Diantar Pulang
121 Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122 Kesalahan Tak Disengaja
123 Keputusan Dhena
124 Obat Hati
125 Dhena merasa Diingatkan
126 Mampir di Swalayan
127 Pertemuan yang Tak Disengaja
128 Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129 Mengutarakan Isi Hati
130 Operasi Caesar 1
131 Operasi Caesar 2
132 Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133 Luka Batin
134 Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135 Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136 Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137 Mencari Cara
138 Kedatangan Nelly
139 Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140 Dicampakkan
141 Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142 Ke Rumah Sakit
143 Vonis Dokter
144 Ikhtiar
145 Menentang Mitos
146 Dendam yang Merajai Hati
147 Kiriman Foto yang Mengejutkan
148 Selalu Salah
149 Perselisihan
150 Terpeleset Tumpahan Minyak
151 Saran dari Bu Aida
152 Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153 Kelakuan Sumi
154 Tamu Bu Aida
155 Karam
156 Terguncang
157 Pemulihan
158 Pernikahan Kedua
159 Perlakuan Ibu Sambung
160 Pertikaian Kecil
161 Anak-Anak Malang
162 Kelaparan
163 Tergores Pecahan Beling
164 Kecelakaan
165 Perubahan Sikap Sandra
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Episode Satu
2
Episode Dua
3
Episode Tiga
4
Episode Empat
5
Episode Lima
6
Episode Enam
7
Episode Tujuh
8
Episode Delapan
9
Episode Sembilan
10
Episode Sepuluh
11
Episode Sebelas
12
Episode Dua Belas
13
Episode Tiga Belas
14
Episode Empat Belas
15
Episode Lima Belas
16
Episode Enam Belas
17
Episode Tujuh Belas
18
Episode Delapan Belas
19
Episode Sembilan Belas
20
Episode Dua Puluh
21
Isi Hati Dhena
22
Nyinyiran Bi Kemproh
23
Ketukan Pintu
24
Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25
Kekesalan Dhena
26
Obat Hati
27
Flash Back
28
Flash Back
29
Flash Back
30
Flash Back
31
Flash Back
32
Flash Back
33
Flash Back
34
Flash Back
35
Flash Back
36
Flash Back Menolak Mencukur Alis
37
Flash Back
38
Flash Back.
39
Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40
Flash Back
41
Flash Back
42
Flash Back. Salah Faham
43
Flash Back
44
Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45
Flash Back. Keunikan Hariz
46
Flas Back. Nasib Iwan
47
Flash Back.
48
Flash Back. Kehamilan Dhena
49
Flash Back. Kepergian Hariz
50
Flash Back Menyusul Hariz
51
Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52
Flash Back. Mengantar Dhena
53
Flash Back. Dijemput Teman
54
Flash Back. Bertemu Iwan
55
Flash Back. Hampir Kecelakaan
56
Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57
Flash Back. Suasana Baru
58
Flash Back. Pengakuan Hariz
59
Flash Back. Hati yang Terluka
60
Flash Back. Diajak jalan
61
Perubahan Sikap Hariz
62
Permintaan Nelly
63
Penghinaan dari Baju Mahal
64
Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65
Tragedi di Rumah Makan
66
Tentang Perasaan Nelly
67
Curhatan Mirna
68
Curhatan Mirna
69
Curhatan Mirna
70
Curhatan Mirna
71
Curhatan Mirna
72
Curhatan Mirna
73
Curhatan Mirna
74
Curhatan Mirna
75
Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76
Kegundahan Hati Seorang Istri
77
Tamu di Pagi Hari
78
Terpuruk
79
Luka Hati
80
Terbakar Cemburu
81
Catatan Dalam Buku Harian
82
Rencana Kepergian Dhena
83
Fathan dibawa Orang Asing
84
Nelly menyusul Hariz
85
Dijemput Kahfi
86
Pertemuan Kahfi dan Dhena
87
Luka Hati Nelly
88
Kekhawatiran Kahfi
89
Kisah Mirna
90
Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91
Telepon dari Hariz
92
Pulang ke Rumah Ibu
93
Kedatangan Hariz dan Nelly
94
Mengatur Strategi
95
Mendadak Sakit
96
Hariz Merasa Tersindir
97
Telepon Misterius
98
Permainan Bu Mutia
99
Isi Hati
100
Keberadaan Fathan
101
Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102
Tamu yang Mengejutkan
103
Keputusan Hariz
104
Rasa Khawatir
105
Pertemuan yang Tak Terduga
106
Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107
Bawaan Ngidam
108
Sakinah Bersamamu
109
Kedatangan Sang Ibu Mertua
110
Permintaan Dhena
111
Menu Sarapan Pagi
112
Menyemangati Diri Sendiri
113
Permintaan Bu Aida
114
Menentang Mitos
115
Nelly Keguguran
116
Bersitegang
117
Proses kuret
118
Saat Membersamai Suami dikala Susah
119
Hati yang Terluka
120
Diantar Pulang
121
Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122
Kesalahan Tak Disengaja
123
Keputusan Dhena
124
Obat Hati
125
Dhena merasa Diingatkan
126
Mampir di Swalayan
127
Pertemuan yang Tak Disengaja
128
Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129
Mengutarakan Isi Hati
130
Operasi Caesar 1
131
Operasi Caesar 2
132
Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133
Luka Batin
134
Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135
Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136
Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137
Mencari Cara
138
Kedatangan Nelly
139
Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140
Dicampakkan
141
Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142
Ke Rumah Sakit
143
Vonis Dokter
144
Ikhtiar
145
Menentang Mitos
146
Dendam yang Merajai Hati
147
Kiriman Foto yang Mengejutkan
148
Selalu Salah
149
Perselisihan
150
Terpeleset Tumpahan Minyak
151
Saran dari Bu Aida
152
Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153
Kelakuan Sumi
154
Tamu Bu Aida
155
Karam
156
Terguncang
157
Pemulihan
158
Pernikahan Kedua
159
Perlakuan Ibu Sambung
160
Pertikaian Kecil
161
Anak-Anak Malang
162
Kelaparan
163
Tergores Pecahan Beling
164
Kecelakaan
165
Perubahan Sikap Sandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!