Episode Dua

Pernikahan Dhena dan Hariz yang masih seumur jagung itu memang diuji dengan keadaan ekonomi yang sangat membuat mereka harus pandai mengatur keuangan. Karena Hariz hanya bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu sekolah swasta tingkat SMA dengan gaji di bawah satu juta untuk menutupi kebutuhan mereka berdua dalam sebulan.

Sedangkan Dhena memilih menjadi ibu rumah tangga setelah sebelumnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat bekerjanya setelah kehamilannya memasuki usia kesembilan bulan ketika mendekati waktu persalinan.

"Bagaimana, Mas? Uang buat belanja untuk hari ini sudah gak cukup lagi," ujar Dhena mengadu berharap sang suami memberikannya solusi.

"Nanti Mas coba cari pinjaman, ya, buat menutupi kebutuhan kita dalam sebulan ini," jawab Hariz kemudian.

"Iya, Mas, kalau begitu. Hati-hati di jalan, ya, nanti untuk belanja hari ini aku coba ngebon dulu di kang sayur, mudah-mudahan dibolehin." Dhena mengantar sang suami sampai halaman depan untuk memastikan suaminya sudah berangkat.

***

Sekitar jam setengah satu siang ketika dirinya bersiap hendak pulang menuju rumah karena ia yakin Dhena, istrinya sudah menunggunya. Tapi, suara dering ponsel sedikit menjeda kegiatannya yang sedang memakai jaket dan helm. Ia pun lalu merogoh benda pipih yang tersimpan di kantung jaketnya. Menekan tombol jawab dan menempelkan layar ponsel itu di telinga sebelah kirinya.

"Hallo, Assalamualaikum?" sapanya kemudian.

"Waalaikumsalam. Hallo, saya kakek Mukhsin yang kemarin kakeknya Mawar," ucap suara dari sambungan telepon di ujung sana.

"Owh, iya, ada apa ya, Kek?" tanya Hariz penasaran.

"Gini, Mas, kakinya Mawar sampai saat ini belum membaik. Kalau tidak keberatan bisa gak Nak Hariz datang ke sini. Saya mau minta tolong."

Mendengar permintaan Kakek Mukhsin yang tiba-tiba itu sebenarnya membuat Hariz merasa dilema antara menerima permintaan kakeknya Mawar atau harus langsung pulang ke rumah, karena ia sangat yakin istrinya sudah menunggunya di rumah.

"Baik, Kek, Insya Allah sekarang saya ke sana," jawab Hariz kemudian. Hatinya merasa tidak enak kalau harus mengabaikan permintaan kakek Mukhsin karena ia merasa bersalah sudah membuat cucunya cidera kemarin pagi. Sebelumnya Hariz mengabari Dhena di rumah kalau siang ini ia akan pulang telat lagi karena ada urusan lain. Hariz menyarankan Dhena untuk makan terlebih dulu jangan sampai menunggunya seperti hari kemarin.

Lima belas menit kemudian Hariz tiba di rumah kakek Mukhsin yang langsung disambut oleh lelaki sepuh itu dengan senyum ramah dan raut kebahagiaan ketika melihat sosok Hariz mulai memasuki halaman rumahnya yang luas.

"Nak Hariz sudah makan siang?" tanyanya setelah sebelumnya mereka bersalaman.

"Belum, Pak," jawab Hariz tersenyum.

"Wah, kebetulan sekali berarti kita bisa makan bareng di sini. Tadi neneknya Mawar sudah masak banyak untuk persiapan makan siang." Kakek Mukhsin begitu antusias mengajak Hariz untuk makan siang bersama dengan keluarganya.

"Wah, jadi ngerepotin ini saya," ujar Hariz berbasa-basi.

""Enggak, Nak Hariz gak ngerepotin, kok," sangkal kakek Mukhsin sambil membimbing Hariz menuju meja makan yang sudah dipenuhi berbagai olahan makanan.

Di meja makan sudah tersedia sayur santan gori kesukaan Hariz dan ikan tongkol sambal di sana. Entah suatu kebetulan atau apa keluarga itu menyuguhkan hidangan sesuai dengan selera Hariz.

Setelah dipersilakan Hariz pun langsung menyendok nasi putih yang masih mengepulkan asap menuju piringnya. Tanpa ragu ia menikmati makan siang di tengah keluarga Mawar yang baru kemarin ia kenal.

"Begini, saya meminta Nak Hariz datang ke sini untuk meminta Nak Hariz mengantar Dhena ke tukang urut," tutur kakek Mukshin setelah mereka selesai makan siang bersama.

"Karena kakinya Mawar dari semalam samapai sekarang ini malah kelihatan membengkak. Tidak ada oerubahan. Sepertinya harus dibawa ke tukang urut," sambung kakek Mukhsin.

"Tapi, Pak, anu .... " sangkal Hariz seolah ingin mengatakan sesuatu hal.

"Tenang, Nak Hariz gak perlu khawatir memikirkan biayanya. Yang penting Nak Hariz berkenan mengantar Mawar ke tempat tukang urut," timpal kakek Mukhsin seakan mengerti dengan kekhawatiran yang ada di benak Hariz.

"Owh, nggih, Pak, Insya Allah saya bisa." Hariz menjawab seolah menutupi rasa gak enak dalam hatinya.

Sebelum berangkat kakek Mukhsin memberikan uang lembaran merah beberapa lembar kepada Hariz. Awalnya Hariz ragu menerimanya. Tapi, setelah dijelaskan kalau uang itu selain untuk biaya urut lebihnya sebagai tanda ucapan terimakasih untuk Hariz karena sudah bersedia mengantar Mawar. Hariz pun menerimanya dengan sedikit gak enak hati.

Dalam perjalanan menuju tukang urut Hariz dan Mawar hanya saling berdiam diri. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hariz disarankan membawa mobilnya kakek Mukhsin mengingat jarak yang akan mereka tuju lumayan agak jauh karena terletak di daerah yang beda kecamatan. Sedangkan motornya Hariz ditunda di rumahnya kakek Mukhsin.

Pikiran Hariz sebenarnya dari tadi sudah berada di rumah. Ia sangat mengkhawatirkan Dhena yang menunggunya sendirian di rumah, sedangkan ia sendiri makan bersama keluarga orang lain tanpa sepengetahuan sang istri.

***

Sedangkan di tempat berbeda, Dhena mencoba memaksakan diri untuk makan siang sendiri tanpa ditemani sang suami. Walaupun rasanya terasa hambar wanita yang sedang hamil tua itu berusaha sebisa mungkin menetralisir pikirannya agar baik-baik saja.

Jarum jam dinding sudah menunjukkan ke arah angka empat belas lebih lima belas menit. Tapi, yang dinanti masih tak kunjung datang juga membuat hati Dhena semakin tak karuan. Apalagi rasa sakit di bagian kepalanya semakin menjadi, sedangkan persediaan obatnya sudah habis dari semalam. Ya, akhir-akhir ini wanita berusia dua puluh lima tahun itu sering kali mengalami sakit di bagian kepalanya. Entah karena faktor kehamilan atau karena faktor gejala lain. Ia sendiri pun tak pernah mengetahuinya karena belum mencoba memeriksakan sendiri secara detail ke rumah sakit karena terbentur dana. Dhena hanya minta dibelikan obat dari apotek kepada Hariz ketika sakit kepalanya sudah tidak bisa ia tahan lagi.

Siang menjelang sore ini pun sakit kepalanya mulai terasa berat dirasakan oleh Dhena. Ia pun berinisiatif menuju apotek yang berada di depan kecamatan menggunakan angkutan umum yang melintas di depan jalan raya. Bersyukur ia masih menyimpan uang tabungannya sendiri hingga ia tak terlalu kebingungan saat hendak membeli obat.

Baru saja Dhena menjejakkan kakinya di depan apotek setelah membayar ongkos angkot. Matanya sedikit memicing memastikan sosok yang berada di seberang jalan raya sana. Kebetulan bangunan apotek yang dituju Dhena saling berhadapan dengan pom bensin yang hanya terpisah oleh jalan raya saja. Sehingga Dhena bisa melihat dengan jelas siapa saja orang-orang yang berada di seberang jalan sana.

Dhena melihat sosok Hariz berada di balik kemudi mobil sedangkan di sampingnya duduk seorang gadis muda dengan anggunnya.

Melihat pemandangan yang di luar nalar, seketika dada Dhena terasa sesak.

Terpopuler

Comments

Hasna Fatimah

Hasna Fatimah

emh......😔😔

2021-07-22

0

lihat semua
Episodes
1 Episode Satu
2 Episode Dua
3 Episode Tiga
4 Episode Empat
5 Episode Lima
6 Episode Enam
7 Episode Tujuh
8 Episode Delapan
9 Episode Sembilan
10 Episode Sepuluh
11 Episode Sebelas
12 Episode Dua Belas
13 Episode Tiga Belas
14 Episode Empat Belas
15 Episode Lima Belas
16 Episode Enam Belas
17 Episode Tujuh Belas
18 Episode Delapan Belas
19 Episode Sembilan Belas
20 Episode Dua Puluh
21 Isi Hati Dhena
22 Nyinyiran Bi Kemproh
23 Ketukan Pintu
24 Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25 Kekesalan Dhena
26 Obat Hati
27 Flash Back
28 Flash Back
29 Flash Back
30 Flash Back
31 Flash Back
32 Flash Back
33 Flash Back
34 Flash Back
35 Flash Back
36 Flash Back Menolak Mencukur Alis
37 Flash Back
38 Flash Back.
39 Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40 Flash Back
41 Flash Back
42 Flash Back. Salah Faham
43 Flash Back
44 Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45 Flash Back. Keunikan Hariz
46 Flas Back. Nasib Iwan
47 Flash Back.
48 Flash Back. Kehamilan Dhena
49 Flash Back. Kepergian Hariz
50 Flash Back Menyusul Hariz
51 Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52 Flash Back. Mengantar Dhena
53 Flash Back. Dijemput Teman
54 Flash Back. Bertemu Iwan
55 Flash Back. Hampir Kecelakaan
56 Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57 Flash Back. Suasana Baru
58 Flash Back. Pengakuan Hariz
59 Flash Back. Hati yang Terluka
60 Flash Back. Diajak jalan
61 Perubahan Sikap Hariz
62 Permintaan Nelly
63 Penghinaan dari Baju Mahal
64 Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65 Tragedi di Rumah Makan
66 Tentang Perasaan Nelly
67 Curhatan Mirna
68 Curhatan Mirna
69 Curhatan Mirna
70 Curhatan Mirna
71 Curhatan Mirna
72 Curhatan Mirna
73 Curhatan Mirna
74 Curhatan Mirna
75 Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76 Kegundahan Hati Seorang Istri
77 Tamu di Pagi Hari
78 Terpuruk
79 Luka Hati
80 Terbakar Cemburu
81 Catatan Dalam Buku Harian
82 Rencana Kepergian Dhena
83 Fathan dibawa Orang Asing
84 Nelly menyusul Hariz
85 Dijemput Kahfi
86 Pertemuan Kahfi dan Dhena
87 Luka Hati Nelly
88 Kekhawatiran Kahfi
89 Kisah Mirna
90 Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91 Telepon dari Hariz
92 Pulang ke Rumah Ibu
93 Kedatangan Hariz dan Nelly
94 Mengatur Strategi
95 Mendadak Sakit
96 Hariz Merasa Tersindir
97 Telepon Misterius
98 Permainan Bu Mutia
99 Isi Hati
100 Keberadaan Fathan
101 Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102 Tamu yang Mengejutkan
103 Keputusan Hariz
104 Rasa Khawatir
105 Pertemuan yang Tak Terduga
106 Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107 Bawaan Ngidam
108 Sakinah Bersamamu
109 Kedatangan Sang Ibu Mertua
110 Permintaan Dhena
111 Menu Sarapan Pagi
112 Menyemangati Diri Sendiri
113 Permintaan Bu Aida
114 Menentang Mitos
115 Nelly Keguguran
116 Bersitegang
117 Proses kuret
118 Saat Membersamai Suami dikala Susah
119 Hati yang Terluka
120 Diantar Pulang
121 Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122 Kesalahan Tak Disengaja
123 Keputusan Dhena
124 Obat Hati
125 Dhena merasa Diingatkan
126 Mampir di Swalayan
127 Pertemuan yang Tak Disengaja
128 Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129 Mengutarakan Isi Hati
130 Operasi Caesar 1
131 Operasi Caesar 2
132 Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133 Luka Batin
134 Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135 Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136 Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137 Mencari Cara
138 Kedatangan Nelly
139 Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140 Dicampakkan
141 Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142 Ke Rumah Sakit
143 Vonis Dokter
144 Ikhtiar
145 Menentang Mitos
146 Dendam yang Merajai Hati
147 Kiriman Foto yang Mengejutkan
148 Selalu Salah
149 Perselisihan
150 Terpeleset Tumpahan Minyak
151 Saran dari Bu Aida
152 Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153 Kelakuan Sumi
154 Tamu Bu Aida
155 Karam
156 Terguncang
157 Pemulihan
158 Pernikahan Kedua
159 Perlakuan Ibu Sambung
160 Pertikaian Kecil
161 Anak-Anak Malang
162 Kelaparan
163 Tergores Pecahan Beling
164 Kecelakaan
165 Perubahan Sikap Sandra
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Episode Satu
2
Episode Dua
3
Episode Tiga
4
Episode Empat
5
Episode Lima
6
Episode Enam
7
Episode Tujuh
8
Episode Delapan
9
Episode Sembilan
10
Episode Sepuluh
11
Episode Sebelas
12
Episode Dua Belas
13
Episode Tiga Belas
14
Episode Empat Belas
15
Episode Lima Belas
16
Episode Enam Belas
17
Episode Tujuh Belas
18
Episode Delapan Belas
19
Episode Sembilan Belas
20
Episode Dua Puluh
21
Isi Hati Dhena
22
Nyinyiran Bi Kemproh
23
Ketukan Pintu
24
Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25
Kekesalan Dhena
26
Obat Hati
27
Flash Back
28
Flash Back
29
Flash Back
30
Flash Back
31
Flash Back
32
Flash Back
33
Flash Back
34
Flash Back
35
Flash Back
36
Flash Back Menolak Mencukur Alis
37
Flash Back
38
Flash Back.
39
Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40
Flash Back
41
Flash Back
42
Flash Back. Salah Faham
43
Flash Back
44
Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45
Flash Back. Keunikan Hariz
46
Flas Back. Nasib Iwan
47
Flash Back.
48
Flash Back. Kehamilan Dhena
49
Flash Back. Kepergian Hariz
50
Flash Back Menyusul Hariz
51
Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52
Flash Back. Mengantar Dhena
53
Flash Back. Dijemput Teman
54
Flash Back. Bertemu Iwan
55
Flash Back. Hampir Kecelakaan
56
Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57
Flash Back. Suasana Baru
58
Flash Back. Pengakuan Hariz
59
Flash Back. Hati yang Terluka
60
Flash Back. Diajak jalan
61
Perubahan Sikap Hariz
62
Permintaan Nelly
63
Penghinaan dari Baju Mahal
64
Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65
Tragedi di Rumah Makan
66
Tentang Perasaan Nelly
67
Curhatan Mirna
68
Curhatan Mirna
69
Curhatan Mirna
70
Curhatan Mirna
71
Curhatan Mirna
72
Curhatan Mirna
73
Curhatan Mirna
74
Curhatan Mirna
75
Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76
Kegundahan Hati Seorang Istri
77
Tamu di Pagi Hari
78
Terpuruk
79
Luka Hati
80
Terbakar Cemburu
81
Catatan Dalam Buku Harian
82
Rencana Kepergian Dhena
83
Fathan dibawa Orang Asing
84
Nelly menyusul Hariz
85
Dijemput Kahfi
86
Pertemuan Kahfi dan Dhena
87
Luka Hati Nelly
88
Kekhawatiran Kahfi
89
Kisah Mirna
90
Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91
Telepon dari Hariz
92
Pulang ke Rumah Ibu
93
Kedatangan Hariz dan Nelly
94
Mengatur Strategi
95
Mendadak Sakit
96
Hariz Merasa Tersindir
97
Telepon Misterius
98
Permainan Bu Mutia
99
Isi Hati
100
Keberadaan Fathan
101
Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102
Tamu yang Mengejutkan
103
Keputusan Hariz
104
Rasa Khawatir
105
Pertemuan yang Tak Terduga
106
Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107
Bawaan Ngidam
108
Sakinah Bersamamu
109
Kedatangan Sang Ibu Mertua
110
Permintaan Dhena
111
Menu Sarapan Pagi
112
Menyemangati Diri Sendiri
113
Permintaan Bu Aida
114
Menentang Mitos
115
Nelly Keguguran
116
Bersitegang
117
Proses kuret
118
Saat Membersamai Suami dikala Susah
119
Hati yang Terluka
120
Diantar Pulang
121
Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122
Kesalahan Tak Disengaja
123
Keputusan Dhena
124
Obat Hati
125
Dhena merasa Diingatkan
126
Mampir di Swalayan
127
Pertemuan yang Tak Disengaja
128
Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129
Mengutarakan Isi Hati
130
Operasi Caesar 1
131
Operasi Caesar 2
132
Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133
Luka Batin
134
Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135
Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136
Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137
Mencari Cara
138
Kedatangan Nelly
139
Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140
Dicampakkan
141
Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142
Ke Rumah Sakit
143
Vonis Dokter
144
Ikhtiar
145
Menentang Mitos
146
Dendam yang Merajai Hati
147
Kiriman Foto yang Mengejutkan
148
Selalu Salah
149
Perselisihan
150
Terpeleset Tumpahan Minyak
151
Saran dari Bu Aida
152
Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153
Kelakuan Sumi
154
Tamu Bu Aida
155
Karam
156
Terguncang
157
Pemulihan
158
Pernikahan Kedua
159
Perlakuan Ibu Sambung
160
Pertikaian Kecil
161
Anak-Anak Malang
162
Kelaparan
163
Tergores Pecahan Beling
164
Kecelakaan
165
Perubahan Sikap Sandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!