Menanti Cinta Suami
Sinta melangkahkan kakinya gontai ke arah bangku panjang, tidak ada semangat. Wajahnya lesu seperti tidak bertenaga. Di tangannya ada dua kertas, kertas putih dan kertas kuning. Kertas kuning untuk mata kuliah yang harus dijalaninya di semester dua dan kertas putih formulir pengajuan cuti semester.
Pilihan yang sulit bagi Sinta untuk memilih kedua kertas tersebut. Sinta ingin memilih kertas kuning itu, tapi keuangannya saat ini betul betul kurang. Uang yang dikirim emak bapaknya tidak cukup untuk uang kuliah, untuk makan saja kurang. Ketika Sinta komplain ke emaknya, jawabannya karena gagal panen. Sinta pun akhir tidak bisa berkata apa apa lagi.
Sinta kini sudah duduk di bangku panjang. Tempat ini, kurang diminati mahasiswa karena letaknya di ujung Fakultas ekonomi dan dekat kamar mandi. Bau yang menyengat dari arah kamar mandi membuat tempat ini sering kosong. Sinta pun terpaksa ke tempat ini untuk menghindari para sahabatnya. Sinta tidak mau para sahabatnya kuatir. Dan tentu saja Sinta merasa minder. Para sahabatnya itu asli orang kota dan tidak pernah mengeluh tentang keuangan. Sedangkan dirinya hampir setiap hari harus berpikir keras untuk menghemat uang yang tidak seberapa yang dimilikinya.
Sinta memandangi kedua kertas itu bergantian, berat rasanya mengisi formulir pengajuan cuti itu. Tapi mau tidak mau, dengan berat hati Sinta mengisi formulir tersebut. Rencananya Sinta mau mencari kerja dan mengumpulkan uang.
Sinta gadis desa berumur 18 tahun itu kini memutuskan berjuang di kota besar ini. Mencari pekerjaan untuk menopang hidup dan syukur bisa sekalian kuliah. Jika tidak, Sinta berencana untuk bekerja terlebih dahulu dan mengumpulkan uang. Baru kemudian melanjutkan kuliah. Rencana itu sudah satu minggu ini bersarang di otaknya. Bekerja dan cuti lebih baik daripada menyerah dan pulang kampung. Demi pendidikan dan perbaikan kehidupan. Sinta rela menderita terlebih dahulu. Pepatah yang mengatakan Bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian. Menjadi motto Sinta saat ini. Sinta percaya, setelah perjuangannya. Sinta bahkan bisa hidup enak dan membahagiakan keluarganya terutama kedua orangtuanya.
Entah kapan datangnya tiba tiba seseorang sudah duduk di sebelah kanan Sinta. Sinta menoleh dan terkejut. Pak Andre Bramasta salah satu dosennya tersenyum kearahnya. Sinta tersenyum kikuk membalas senyuman sang dosen.
"Nunggu seseorang?" tanya Pak Andre sambil mengamati kertas kuning yang dipegang oleh Sinta.
"Tidak Pak."
"Kenapa kamu sendirian di sini? kamu tidak takut, tempat ini sepi."
Sinta terdiam, hanya memandang Pak Andre sekilas kemudian membuka ranselnya berniat menyimpan dua kertas tadi. Sinta terlihat sangat canggung. Apalagi Andre terkenal dengan dosen berwajah dingin, disiplin waktu dan pelit memberikan nilai.
"Kamu mau cuti ya?" tanya Pak Andre sambil mengambil kertas dari tangan Sinta. Sinta mengangguk kikuk.
"Kenapa?"
"Rencananya saya mau kerja dulu Pak, baru lanjut kuliah" jawab Sinta menunduk dan malu. Dia tidak ingin membagi kesedihan dengan orang lain apalagi itu salah satu dosen di kampus ini. Tetapi sudah terlanjur. Sinta sudah mengungkapkan alasan cuti itu. Dan anehnya bukan kepada sahabatnya. Justru kepada dosen yang terkenal dingin.
"Kalau kamu mau, saya bisa kamu kasih kerjaan dan kuliahmu tidak terganggu."
"Benar pak? kerja apa pak?" tanya Sinta dengan mata berbinar. Pak Andre mengangguk dan meletakkan uang lembar seratusan dekat Sinta. Rasa canggung yang sempat terlihat kini hilang digantikan dengan rona bahagia.
"Kita bertemu jam dua di kafe melati jalan Xxx. Gunakan uang ini untuk naik taksi. Tidak enak dilihat mahasiswa lain kalau kamu naik mobil saya."
"Oke, Terima kasih pak. Saya langsung jalan sekarang" jawab Sinta bersemangat. Sinta menunduk hormat kepada sang dosen. Andre tersenyum dan melangkah meninggalkan Sinta. Sinta sangat senang. Mendapat pekerjaan tanpa melamar membuat Sinta merasa beruntung.
Setelah Satu jam perjalanan, Sinta telah sampai di Kafe melati. Kafe melati agak jauh dari kampus. Kafe ini dekat dengan gedung gedung perkantoran dan bisa dipastikan bahwa pelanggannya para pegawai kantor.
Pelayan kafe mengantarkan Sinta ke meja yang dipesan Pak andre. Pak Andre sudah menunggu sekitar sepuluh menit. Suasana kafe sangat sepi hanya ada beberapa pelanggan, karena memang sudah jam kerja pelanggan itupun sudah keluar.
Sekarang hanya ada Sinta dan Pak Andre di kafe tersebut di bagian paling pojok. Andre sengaja memilih tempat tersebut untuk menghindari pembicaraan mereka jika sewaktu-waktu ada pelanggan yang datang.
" Kita makan dulu ya, O ya siapa namamu?" tanya Pak Andre. Matanya menatap lekat wajah Sinta. Merasa ditatap Sinta menunduk malu. Andre menggerakkan tangannya untuk memanggil pelayan yang tidak jauh dari tempat duduk.
"Sinta pak."
" Sinta mau pesan apa?"
"Saya masih kenyang, Bapak aja makan" jawab Sinta agak gugup. Sebenarnya, Sinta sangat lapar tapi dia sungkan makan berdua dengan dosennya sendiri. Pak Andre memandang Sinta sekilas ,kemudian menuliskan pesanannya di buku menu dan memberikannya kepada pelayan yang sudah berdiri di samping meja mereka.
Sinta sangat gugup dan merasa canggung sedangkan Pak Andre dengan santainya memainkan ponselnya. Sinta masih berpikir dan menerka nerka dalam hatinya pekerjaan apa yang akan ditawarkan Pak Andre. Sinta rela jika pekerjaan yang ditawarkan Pak Andre hanya untuk mencuci piring seperti di kafe ini. Apapun itu Sinta bersedia yang penting halal.
Pelayan datang dan meletakkan nasi goreng dan jus jeruk pesanan Pak Andre. Sinta terkejut, ternyata Pak Andre memesan nasi goreng dan jus jeruk juga untuknya.
"Makanlah!. Ini sudah lewat jam makan siang," kata Pak Andre. Sinta pun menurut , makan dalam diam dan terkadang gugup. Sesekali Sinta melirik ke Pak Andre. Ada rasa kagum di hatinya. Pak Andre ganteng dan tampan dan masih muda juga. Kalau ditaksir umurnya belum genap tiga puluhan. Sinta memandang sekeliling kafe, hanya ada mereka berdua. Sinta takut ada mahasiswa di kampusnya yang mengenalinya dan Pak Andre. Takut ada rumor yang tidak sedap.
"Tidak usah takut, tidak ada yang mengenali kita disini," kata Pak Andre sambil meletakkan sendok. Sinta mengangguk.
"Cepat habiskan nasinya!" kata Pak Andre lagi. Sinta cepat cepat menghabiskan nasinya, dia juga gak sabaran ingin tahu tentang pekerjaan yang ditawarkan Pak Andre.
"Sudah pak," kata Sinta setelah menghabiskan jusnya.
"Apanya yang sudah?"
"Makannya Pak," jawab Sinta polos sambil menunjukkan piringnya yang sudah kosong. Tatapan Andre yang awalnya tertuju now wajah Sinta kini menatap piring kosong itu.
"Bagaimana makanannya?. Enak?" tanya Andre.
"Enak pak."
"Syukurlah kalau kamu bisa menikmati makanan itu. Dari tadi aku melihatmu selalu gugup," kata Pak Andre sambil tersenyum. Matanya masih lekat tertuju ke wajah Sinta. Menyadari tatapan sang dosen. Sinta berusaha tenang.
"Pak, tentang pekerjaannya kalau boleh saya tahu. Kerja apa Pak?" tanya Sinta sopan dan agak takut. Tangannya sedikit berkeringat, menunggu jawaban Pak Andre.
"Jadi Simpanan saya," jawab Pak Andre.
"Apa Pak?" tanya Sinta terkejut dan sedikit berteriak sehingga kasir yang di dekat pintu keluar pun mendengar dan menoleh kearah mereka. Sinta sungguh tidak menyangka jika pekerjaan yang ditawarkan oleh Andre adalah menjadi simpanan sang dosen sendiri. Sinta tersinggung dan merasa tidak punya harga diri. Sinta mengambil tasnya dan beranjak dari duduknya. Pak Andre yang sudah melihat gelagat Sinta ikut berdiri dan kemudian memegang tangan Sinta.
"Duduk dulu, kamu tidak akan aku rugikan. Dengar dulu penjelasan saya" kata Pak Andre tenang. Sinta geram ingin rasanya menampar dosennya. Sinta menghempaskan tangan Pak Andre dan berniat pergi tapi lagi lagi Pak Andre menahannya.
"Besok batas pembayaran uang kuliah, saya tidak akan memaksa tapi pikirkan apa alasanmu mengambil cuti kuliah. Saya akan membiayai hidupmu dan kuliahmu sampai tamat. Saya juga akan membelikan sebuah rumah dan orangtuamu pasti bebannya berkurang."
Sinta teringat tentang orangtuanya di kampung. Hidup mereka sangat sederhana hanya mengandalkan ladang yang hasilnya tak menentu. Adik adiknya juga butuh sekolah. Niatnya untuk kuliah ke kota sangat ditentang orangtuanya karena biaya. Orangtuanya harus utang sana utang sini untuk mengiriminya uang . Pak Andre memanfaatkan kelemahan Sinta untuk menerima tawarannya.
Tapi untuk simpanan?, tak pernah terlintas di pikiran Sinta. Dia membayangkan bekerja di swalayan atau rumah makan. Dan sekarang dia ditawari jadi simpanan dosennya. Sinta duduk kembali di kursinya.
"Gimana penawaran saya?" tanya pak Andre
"Tapi itu dosa pak," cicit Sinta pelan.
"Kita bisa nikah siri, saya juga tidak mau berdosa," jawab Pak Andre enteng.
"Tapi kenapa harus saya pak?" tanya Sinta pelan.
" Iya, karena kamu yang butuh uang kan? jadi kita saling menguntungkan."
" Tapi bagaimana dengan keluarga bapak?"
" Mereka tidak boleh tahu dan siapapun tidak boleh tahu termasuk keluargamu dan para sahabatmu. Ini kita rahasiakan. Bagaimana?"
" Akan saya pikirkan pak," jawab Sinta
"Tawaranku hanya hari ini dan jam ini jadi silahkan berpikir sekarang," jawab Pak Andre Santai dan tegas.
Sinta terdiam. Ingin menolak tapi dia sangat butuh uang sekarang. Besok batas pembayaran uang kuliah. Kalau cari kerja belum tentu langsung dapat. Ah Sinta jadi ragu. Jadi simpanan Pak Andre dan nikah siri. Sinta juga ragu.
Sudah ada sepuluh menit Sinta terdiam dan menunduk. Sinta belum bisa mengambil keputusan. Terbersit di hatinya untuk pulang kampung saja, tapi mengingat bibi Fira si mulut ember hatinya kembali ragu. Pak Andre melihat jam tangannya dan beranjak dari duduknya.
"Kamu diam, Saya anggap itu penolakan," kata Pak Andre hendak berlalu.
"Tunggu pak." Sinta berkata sambil menahan tangan Pak Andre. "Saya mau," cicit Sinta pelan. Pak Andre tersenyum dan mengusap kepala Sinta.
"Ayo!, ikut saya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Wahhh ini dia karya yg pernah sy baca di thn 2022 kalau gak slh, dan skrg sy juga jd penulis..... sepertinya bnr, karya2 Kak Linda bnr2 nyentuh hati sy ...
sukses Kak....
2023-08-17
1
Dede Gemoy
.
2023-06-09
0
Dwi apri
walah....kok mau masuk kandang buaya sih ...nyari penyakit ini mah..😲😲😲
2023-05-17
0