Sinta mengekor di belakang Pak Andre. Kepalanya menunduk. Mereka menuju mobil yang terparkir di depan kafe melati. Sinta masuk ke dalam mobil, Pak Andre menjalankan mobilnya. Sinta masih diam dan canggung. Sedangkan Pak Andre terlihat santai dan tenang. Andre juga sesekali melirik ke arah Sinta yang duduk di sampingnya.
Sambil menyetir pak Andre mengambil ponselnya dari saku celana dan terlihat memanggil seseorang.
"Sudah siap semuanya?" tanya Pak Andre kepada lawan bicaranya di telepon. Pak Andre tersenyum kemudian memasukkan ponsel itu ke kantong celananya.
"Kita mau ke mana pak?" tanya Sinta pelan. Kepalanya masih menunduk tidak sanggup melihat Pak Andre.
"Menikah," jawab Pak Andre santai dan kemudian melirik ke Sinta.
" Apa?. Secepat itu kah?. Pak Andre mengangguk. Sinta terkejut. Dia tidak menyangka jika pernikahan siri yang ditawarkan sang dosen terjadi hari ini juga.
"Tapi saya belum ada persiapan pak?.
"Cukup persiapkan saja tubuhmu Sinta."
Lagi lagi Sinta terdiam, Sinta merasa di rendahkan. Betul dirinya butuh uang sekarang. Ucapan Pak Andre yang menyuruh mempersiapkan tubuhnya membuatnya merasa sesak, Sinta menangis sambil menundukkan. Memeluk ransel untuk pelampiasan rasa sesak di dadanya. Ada rasa menyesal menerima tawaran Pak Andre. Ingin rasanya Sinta membatalkan, tapinya mulutnya serasa terkunci. Sinta pun menguatkan hatinya. Ke depannya tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Sinta berdoa dalam hati dan pasrah menjalani takdirnya.
Pak Andre menghentikan mobilnya di halaman sebuah rumah yang minimalis. Halaman rumah dipenuhi bunga bunga cantik dan pohon pohon buah yang ditata sangat rapi. Sinta turun dari mobil setelah pak Andre turun terlebih dahulu. Sinta memandang sekitar halaman, dia menyukai penataan bunga dan pohon di halaman itu. Sinta juga menyukai cat rumah perpaduan kuning kunyit dengan warna putih di setiap pintu dan kusen.
"Ayo masuk!" ajak pak Andre menggandeng tangan Sinta. Sinta menurut. Di rumah sudah ada penghulu dan beberapa orang yang menunggu kedatangan mereka. Sinta pun paham bahwa pak Andre sudah menyiapkan pernikahan siri mereka.
"Mereka secepat ini ada disini pak?" tanya Sinta memberanikan diri untuk bertanya karena penasaran.
"Iya. Aku yakin kamu menerima tawaranku. Setelah meninggalkan kampus tadi. Aku sudah menghubungi mereka untuk mempersiapkan ini semua," jawab Andre.
Hanya dengan riasan sederhana dan baju kebaya yang sedikit longgar, Sinta duduk di sebelah Pak Andre di depan penghulu. Tidak ada raut kebahagian di wajah Sinta. Dia termenung, bukan pernikahan seperti ini yang diinginkannya. Bahkan ruangan yang dipakai untuk akad pun tidak ada hiasan sedikitpun, benar benar bukan pernikahan istimewa.
Iya, pernikahan ini memang pernikahan rahasia dan tersembunyi. Pernikahan ini terjadi hanya karena Pak Andre tidak mau berdosa ketika menyentuh Sinta, oleh sebab itulah. Dia menghalalkannya terlebih dahulu.
Sinta tersadar dari lamunannya, ketika terdengar kata sah. Sinta merasa bersalah kepada orangtuanya. Hanya karena uang kuliah Sinta rela menjadi simpanan. Sinta masih terdiam, ketika Pak Andre menyodorkan punggung tangannya, Sinta menerima dan mencium punggung tangan Pak Andre dan Pak Andre mencium kening Sinta. Mereka sudah sah menjadi suami istri walaupun hanya siri.
Kini tinggal mereka berdua di rumah, Entah karena diusir atau ingin memberikan ruang kepada Andre dan Sinta. Penghulu dan rombongannya tidak terlihat lagi. Andre menggandeng tangan Sinta tidak sabaran. Pak Andre membawa Sinta ke kamar dan mendudukkannya di tepi ranjang. Sinta sudah paham dan pasrah, dia hanya terdiam saja. Dan sore itu juga Sinta melepaskan mahkotanya. Pengalaman ranjang pertama untuk Sinta dan juga pria itu. Pak Andre, tentu saja sangat puas dan merasa bangga sebab dia yang pertama menyentuh Sinta. Istri siri dan juga istri rahasia.
Kalau biasanya pengantin baru kelelahan, setelah melakukan hubungan suami istri. Itu tidak bagi Sinta. Dia mencari bajunya dan memakainya setelah mandi terlebih dahulu. Walaupun terasa sakit di bawah perutnya, Sinta berniat pulang ke kosannya. Sinta menghampiri Pak Andre yang masih terbaring di ranjang. Dari raut wajah Pak Andre terlihat masih tersisa rasa kenikmatan yang baru dirasanya dari Sinta. Bibirnya menyunggingkan senyum sambil menatap langit langit kamar.
"Pak Andre saya mau pulang," kata Sinta pelan. Dia berdiri di samping ranjang dan menunduk. Kegiatan suami istri yang baru saja mereka lakukan membuat Sinta malu untuk melihat suaminya sendiri. Apalagi saat ini Andre hanya bertelanjang dada. Sedangkan tubuh bagian pinggang sampai kebawah hanya ditutupi selimut.
"Ini rumahmu, kamu tidak perlu pulang ke kost. Mulai hari ini kamu harus tinggal di sini," jawab Pak Andre.
Sinta terkejut dan tak percaya. Sinta tidak menyangka secepat ini mendapatkan imbalan dari sang dosen. Sinta teringat tentang tawaran Pak Andre di kafe tadi, akan membelikan sebuah rumah untuk dirinya. Tapi bagi Sinta ini terlalu cepat sekali bahkan masih hitungan jam semua tentang dirinya berubah. Sudah menjadi seorang istri, mantan perawan dan mempunyai rumah. "Ah sudahlah, kujalani aja apa yang menjadi takdirku. Mungkin inilah jalanku meraih kesuksesan kelak. Kami tidak berzina dan semoga kebahagian menghampiriku," batin Sinta untuk menguatkan hatinya sendiri. a
"Saya akan segera mengurus suratnya menjadi atas namamu," kata Pak Andre sambil menyingkapkan selimut yang menutupi badannya. Dia duduk sebentar dan berdiri, tanpa malu padahal sehelai benang pun tidak ada melekat di tubuhnya.
"Sebentar, saya mandi dulu. Kita akan makan malam sebentar lagi," kata Pak Andre lagi sambil berlalu ke kamar mandi yang ada di ruangan itu juga. Sinta yang melihat tubuh polos Pak Andre merasa malu dan spontan membalikkan tubuhnya membelakangi Pak Andre. Pria itu memang tidak ada malunya.
Kini sepasang pengantin itu berada di meja makan. Setelah mandi Pak Andre memasak untuk makan malam mereka. Dia sadar, Sinta yang masih sakit di area sensitifnya pasti agak susah jalan dan berdiri. Sekilas mereka seperti pasangan pengantin romantis, di mana si suami memasak untuk makan malam istrinya.
Sinta menatap punggung suaminya yang sibuk memasak. Seperti wanita pada umumnya, Dia berharap pernikahan ini menjadi pernikahan pertama dan terakhir. Sinta berharap, kelak pernikahannya akan sah di hadapan agama dan negara.
"Makanlah!" kata Pak Andre sambil menyodorkan sepiring nasi lengkap lauk pauk dan segelas teh.
Sinta makan dalam diam. Sesekali dia melirik suaminya yang sedang makan. Pak Andre makan dengan lahap. Pria itu sepertinya sangat kelaparan akibat kelelahan di ranjang tadi. Setelah sepasang suami istri itu selesai makan, Sinta berniat mencuci piring kotor. Tapi lagi lagi suaminya melarang.
"Masuklah ke kamar!, biar saya yang mencuci."
"Saya aja pak, saya jadi gak enak. Tadi bapak sudah masak masa nyuci piring lagi."
" Ga apa apa. Istirahatlah! kamu pasti capai, apalagi itu mu masih sakit kan?" kata Pria itu sambil melirik ke arah perut Sinta. Demi apapun Sinta langsung malu, teringat kegiatan mereka beberapa jam yang lalu. Sinta cepat berlalu dari tempat itu.
Ceklek
Suara pintu kamar dibuka dari luar. Sinta yang sudah berbaring di bawah selimut sontak membuka matanya. Pak Andre masuk ke kamar dan berjalan ke arah lemari dan mengambil sesuatu dari sana. Sebuah amplop. Pria itu mendekati Sinta dan duduk di tepi ranjang.
" Ambil ini untuk uang kuliahmu dan beli lah segala kebutuhan yang kamu anggap perlu." Pak Andre menyodorkan amplop tersebut ke Sinta. Sinta duduk dan mengulurkan tangannya menerima amplop itu.
" Terima kasih Pak," cicitnya pelan dan turun dari ranjang menyimpan amplop itu ke dalam ranselnya.
Pria itu memandangi Sinta dari ujung rambut sampai ke ujung kuku. Pria itu sedikit tersenyum.
"Lumayan cantik," gumamnya dalam hati.
"Sinta..."
"Iya Pak..."
"Jangan lagi panggil Bapak. Saya itu suamimu. Ubahlah panggilan mu itu."
" Tapi Saya harus panggil apa Pak?"
"Terserah kamu saja, yang penting enak didengar dan jangan panggil Bapak. Saya belum setua itu dipanggil bapak oleh kamu."
Sinta pun berpikir, panggilan apa yang cocok untuk suami sirinya. Apakah saya harus panggil sayang? Ah, tapi kami tidak saling mencintai. Ya udah Mas aja. Sepertinya lebih enak didengar daripada dipanggil sayang atau suamiku.
"Sinta..."
"Ya..."
"Iya apa?.... Saya manusia ada sebutannya," kata Pak Andre sedikit kesal.
"Iya mas..." jawab Sinta pelan tapi masih bisa ditangkap telinga pria itu.
"Buka bajumu!"
"A a a apa mas?" tanya Sinta terkejut, gugup dan malu.
"Kamu ga dengar ya, saya bilang buka bajumu!" lagi lagi Pria itu kesal.
"Tapi untuk apa mas?" tanya Sinta masih merasa takut.
"Kita mau main kuda kudaan sampai pagi."
Sinta semakin gugup. Dia tidak menyangka sebelumnya. Jika kegiatan itu akan terulang lagi. Sinta masih duduk dan menunduk. Sinta masih malu. Tadi siang, Andre masih berstatus sebagai dosennya. Tapi malam ini. Status Andre jadi bertambah. Menjadi suami siri untuk dirinya.
Andre tentu saja paham atas sikap canggung Sinta. Dia naik ke ranjang dan duduk dekat Sinta. Andre membelai rambut Sinta terlebih dahulu kemudian membuat Sinta hanyut dalam ciumannya. Hingga pakaian atas mereka terlepas mereka masih berciuman panas sambil duduk. Merasa tidur lebih nyaman untuk berciuman. Andre membaringkan tubuh istrinya. Melancarkan serangannya tetapi Sinta belum terlihat menikmati. Sinta masih terlihat terpaksa. Andry tidak bisa membaca raut wajah itu atau memang tidak perduli. Andre akhirnya mendapatkan kepuasan untuk keduakalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Mary Bella
agak terburu2 ya...tdk bertele2..seperti Ada yg mengejar
2023-03-30
0
nesya
gk kenal dekat trs di tawarin uang utk kuliah, trs tau tau di tidurin... kok berasa jd pelacur aja si sinta ini bagi si dosen.
2022-09-17
0
Muniati Piliang
tak jelas ujung pangkal ceritanya
2022-05-15
2