Pagi hari, Sinta terbangun dari tidurnya agak siangan. Tadi malam usai dia digempur habis habisan oleh suaminya, dia tidur sangat nyenyak. Pak Andre sangat menikmati malam pertama mereka. Sedangkan Sinta masih malu dan gugup. Jangankan untuk bercinta. Duduk berdekatan saja tidak pernah terpikir oleh Sinta dengan sang dosen. Wajar saja jika Sinta merasa canggung. Tidak pernah berbicara akrab dan sekarang mereka terikat pernikahan dan sudah melebur menjadi satu. Mengingat bagaimana kegiatan panas mereka tadi malam berlangsung membuat Sinta merasa malu dan tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Sinta masih merasa bermimpi. Sinta mencubit kulit tangannya. Sinta meringis merasakan sakit itu. Sinta sadar. Jika apa yang dialaminya adalah kenyataan.
Sinta turun ranjang. Menumpukan kedua kakinya di lantai dan melihat sekitar kamar. Pak Andre tidak ada. Agak pelan Sinta ke kamar mandi, menempelkan telinganya ke pintu kamar mandi, dan sepertinya tidak ada aktivitas di dalam. Sinta memutar handle pintu, benar Pak Andre tidak ada di sana. Kemudian Sinta membersihkan tubuhnya dan bersiap siap hendak ke kampus.
Karena kelelahan tadi malam membuat perut Sinta sangat lapar. Walau hanya menerima tanpa melakukan perlawanan tetap saja Mita merasakan lelah. Sinta pun menghampiri meja makan. Tangannya terulur membuka tudung saji dan ternyata ada sepiring nasi goreng dan sebuah kertas yang terlipat. Sinta membuka lipatan kertas itu yang ditujukan untuknya dari Pak Andre.
Untuk Sinta
Aku tahu kamu sangat lelah dan lapar. Nasi goreng aku buatkan spesial untukmu. Jangan sampai tidak dimakan. Setelah urusan kampus selesai, cepatlah pulang. Selamat menikmati, semoga kamu suka.
Mas Andre
Setelah membaca surat tersebut. Sinta membuang kertas itu ke keranjang sampah. Mengambil sendok dan kemudian menyantap nasi goreng buatan suaminya. Entah karena perutnya yang lapar atau nasi goreng yang enak seketika piringnya sudah kosong. "Ternyata mas Andre baik juga. Walaupun pernikahan kami untuk menjadikanku simpanannya tapi mas Andre penuh perhatian." batin Sinta sedikit senang dan terhibur karena rasa nasi goreng tersebut. Sinta pun bertekad untuk membuat suaminya jatuh cinta kepadanya.
Di kampus, Sinta sudah selesai membayar uang kuliahnya. Sinta duduk di depan gedung Rektorat, Karena Sinta masih ada kuliah jam 10.30 Wib. Dia menunggu para sahabatnya di tempat itu.
Sinta menoleh ketika namanya dipanggil. Benar, salah satu sahabatnya Vina terlihat sudah melewati pos satpam gerbang kampus. Sinta tersenyum dan tanpa sengaja dari arah Fakultas pertanian Sinta melihat Andre menuju ke arahnya. Sinta merasa gugup dan berusaha santai dan ternyata Pak Andre juga melihatnya dan berjalan kearah Sinta. Sinta melihat kearah Vina, untung sahabatnya itu terlihat berbincang dengan seseorang. Kalau tidak bisa dipastikan Vina dan Pak Andre bersamaan sampai di tempat Sinta duduk.
""Sinta... Kamu disini. Sudah bayar uang kuliah?" tanya Pak Andre yang sudah berdiri di depan Sinta. Sinta mendongak dan gugup. Seakan takut orang lain mengetahui hubungan meraka. Sinta mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Hanya ada mereka berdua di depan rektorat. Kemudian Sinta mengangguk.
"Ya udah, kalau sudah selesai. Sebaiknya kamu pulang saja. Tunggu saya di rumah!. Lagi lagi Sinta melihat sekeliling. Sinta takut ada yang mendengar pembicaraan mereka. Sinta merasa lega. Jarak mahasiswa lain dari mereka sangat jauh.
"Saya masih ada kelas jam 10.30 Wib Pak," jawab Sinta pelan tapi masih bisa didengar Pak Andre.
"Oke, siap itu langsung pulang ya!. Jangan keluyuran. Kamu harus siapkan tenaga untuk nanti malam." kata Pak Andre sambil tersenyum dan kemudian berlalu.
Demi apapun Sinta sangat malu, bisa bisanya Andre memikirkan urusan ranjang padahal masih area kampus. Jujur, Sinta sangat takut hubungan mereka diketahui oleh orang lain. Sinta takut dicap sebagai ayam kampus. Di kampus seperti ini julukan ayam kampus sering terdengar bagi wanita yang sering dijemput om om.
Sinta memandang punggung suaminya yang semakin menjauh. Saat ini memang belum ada debaran di hatinya untuk Pak Andre. Tapi Sinta berharap, pernikahannya dengan Andre adalah pernikahan pertama dan terakhir. Sinta juga sadar. Jika dirinya hanyalah pelampiasan. Tapi Sinta juga sangat yakin. Jika Andre adalah jodohnya sampai tua. Pasti ada jalan untuk membuat mereka bersatu sampai maut memisahkan.
Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Sinta juga berterima kasih kepada Pak Andre. Kalau tidak ada Pak Andre yang menolongnya, mungkin hari ini dia tidak berada di kampus ini. Bisa saja saat ini dia berada di jalanan mencari pekerjaan yang belum tentu dapat atau tidak. Tapi tawaran Andre membuat kesulitannya terasi. Bukan hanya uang kuliah, Andre menjanjikan rumah dan kebutuhannya dipenuhi. Yang paling penting. Sinta tidak jadi mengusulkan cuti.
Sinta melihat Vina sudah semakin dekat kearahnya. Sinta berdiri tanpa menunggu Vina sampai di tempat dia duduk. Sinta langsung mengajak Vina ke dalam kelas.
"Vin, kita tungguin Tini dan yang lain di kelas aja yuk!"
"Oke. Aku juga mau ngerjain peer Ekonomi makro. Pinjam donk peer mu Sin."
Sinta menepuk jidatnya, Sinta lupa peer itu di kumpul hari ini. Gara gara pernikahan dadakannya, Sinta lupa. Padahal Peer itu sudah selesai dan tinggal di kosannya. Dosen ekonomi makro ibu Elisabet sudah memberikan waktu dua Minggu untuk peer tersebut. Andaikan Sinta tidak bangun agak siang tadi. Mungkin dia bisa berpikir jernih dan mengingat tugas itu. Tapi pertempuran tadi malam membuat dirinya terlambat bangun.
"Waduh, gimana ini Vin, peer ku ketinggalan. Masih sempat ga ya ambilnya ke kost," jawab Sinta gelisah. Ibu Elisabet termasuk dosen killer di kampus tersebut. Dosen itu tidak segan segan membuat mahasiswa gagal di mata kuliah yang diajarkannya jika mahasiswa tidak disiplin dan malam mengerjakan tugas.
" Daripada balik ke kosan, nambah keringat dan bau asem. Mending kita kerjain di kelas yuk!. Masih ada waktu 15 menit lagi." Sinta mengangguk setuju.
Sinta dan Vina berlari menuju ruangan kelas. Keduanya terburu mengeluarkan buku. Sinta yang sudah mengerjakan peer itu masih mengingat apa yang menjadi jawaban dari soal soal tersebut. Tangannya lincah menulis jawaban itu di atas kertas sedangkan Vina tinggal mencontek.
15 menit berlalu, ruangan 21 yang terletak di lantai 2 sudah penuh dengan mahasiswa menunggu kedatangan Dosen. Beberapa menit kemudian Ibu Dosen yang ditunggu belum juga masuk. Sesuai kesepakatan antara Dosen dan mahasiswa. Jika Dosen 15 menit terlambat maka mahasiswa akan bubar dan Mahasiswa yang terlambat 15 menit maka mahasiswa tersebut dilarang masuk kelas.
Jam menunjukkan 10.44 Wib ketika Mahasiswa sudah bersiap untuk pulang, Pak Andre masuk ke ruangan. Sinta yang duduk paling belakang sontak terkejut. Sinta berusaha tidak gugup. Bagaimana pun Setiap melihat Pak Andre, Sinta teringat adegan ranjang mereka, membuat Sinta malu dan gugup. Untung dia dan Vina duduk di belakang sehingga mahasiswa lain tidak menyadari kegugupannya.
Setelah menyapa para mahasiswa, Pak Andre memberitahukan bahwa Ibu Elisabet akan melanjutkan studinya ke luar negeri. Maka untuk selanjutnya yang memberi mata kuliah Ekonomi Makro adalah Pak Andre. Sebelum pelajaran dimulai terlebih dahulu Pak Andre mengabsen para mahasiswa sekaligus mengumpulkan peer. Nama yang diabsen maju ke depan sambil menyerahkan peer ke Pak Andre.
Sinta semakin gugup dan tangannya berkeringat, Vina yang duduk di sampingnya melihat hal itu. Vina menyenggol bahu Sinta.
" Sin, kamu sakit ya?"
" Ga Vin, aku ga apa apa kog," jawab Sinta berbisik.
"Sinta Maharani." Sinta terkejut ketika giliran namanya diabsen. Sinta berdiri dan maju ke depan dan membawa peer. Sinta berusaha tidak gugup dan berjalan normal walaupun masih terasa sakit di bawah perutnya. Ketika Sinta menyerahkan peer nya, tangannya bersentuhan dengan tangan Pak Andre. Sinta dapat merasakan tatapan lain dari pak Andre untuk dirinya. Sinta semakin gugup dan cepat kembali ke bangkunya. Lewat ekor matanya, Pak Andre memperhatikan cara berjalan Sinta. Untung para mahasiswa yang lain tidak menyadari kegugupan Sinta.
Sinta menatap tubuh Andre ketika dosen itu menulis di papan tulis. Dia tidak menyangka bahwa pria yang sedang mengajar saat ini telah memeluk, mencumbu bahkan sudah menidurinya tadi malam. Sinta merasa geli, malu dan juga canggung ketika membayangkan kegiatan mereka tadi malam.
Pelajaran telah selesai. Sinta bernafas lega. Pak Andre masih betah duduk di ruangan itu. Sinta berharap Pak Andre cepat keluar. Para mahasiswa sudah berhamburan keluar ruangan. Tapi karena Sinta dan Vina duduk paling belakang dan di pojok maka mereka paling lama keluar.
"Sinta Maharani, kemari sebentar!. Tolong bawa kertas kertas ini ke ruangan saya!. Panggil Pak Andre yang masih duduk dan merapikan buku bukunya yang di meja dosen. Sinta semakin gugup dan meraih pergelangan tangan Vina.
" Sin, aku dah lapar. Aku tunggu kamu di kantin Gilang ya," kata Vina sambil berlalu.
Sinta menghampiri meja dosen dan mengambil tumpukan kertas peer. Pak Andre tersenyum dan berjalan ke luar ruangan. Sinta pun mengekor di belakangnya. Sinta sedikit kesal dengan Pak Andre. Pak Andre berjalan dengan tangan kosong sedangkan dirinya membawa semua kertas jawaban mahasiswa dan buku milik suaminya. Sinta merasa, ini hanya siasat Andre untuk mengajak dirinya ke ruangan sang dosen.
Sesampai di depan ruangan dosen, Pak Andre membuka pintu dan mempersilahkan Sinta masuk terlebih dahulu. Sinta melewati dan mencium aroma parfum lembut dari tubuh suaminya. Aroma itu kembali mengingat Sinta akan kegiatan tadi malam. Lagi lagi kegiatan itu terus terbayang. Setelah memastikan tidak ada yang melihat kemudian Pak Andre masuk dan menutup pintu. Pak Andre mengunci pintu, Sinta terkejut. Pak Andre tersenyum dan mendekat. Sinta masih takut dan menunduk.
Pak Andre tiba tiba memeluk Sinta. Pak Andre memegang dagu Sinta sehingga Sinta mendongak. Pak Andre langsung mencium bibir Sinta dengan lembut. Sinta awalnya tidak mau membuka mulutnya. Tapi karena Pak Andre menggigit pelan bibir Sinta jadilah Sinta membuka bibirnya.
Sinta terbuai, menikmati ciuman Pak Andre yang menghanyutkan. Sinta tersadar ketika Tangan Pak Andre merayap di perutnya. Sinta mendorong Pak Andre.
" Ini kampus Pak, bagaimana kalau ada yang lihat."
"Tenang aja, pintunya udah terkunci kog."
"Saya memang simpanan bapak, tapi saya tidak mau melakukan itu di sembarang tempat. Saya mau pulang Pak."
"Oke sayang, Hati hati di jalan. Saya pulang sore, masih ada mata kuliah," kata Pak Andre sambil merengkuh tubuh Sinta ke pelukannya. Mengecup kening Sinta dan membukakan pintu. Kemudian Sinta keluar dari ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Rina
aku baca nama ANDRE kok kaya gimana gitu, berasa geli...
jadi ingat sepupu pak misua kena tipu muslihat polisi gadungan pake nama palsu ANDRE.
amit² pokoknya..semoga tidak ada korban penipuan lagi di luar sana.
wahai kaum hawa jika ada orang yg mengaku polisi mendekatimu dan merayumu waspadalah...waspadalah. kalau perlu minta lihat KTA atau cek langsung ke kesatuannya.
2022-10-13
0
Nur Halimah
kemana yaa istri p. dosen Andre🤔🤔
2022-05-13
0
Siti Sarfiah
klw bercinta d rumah saja
2022-04-29
0