"Katakan Rendra, dimana wanita itu?"
Suara lembut namun terdengar begitu tajam di telinga Rendra, membuatnya sedikit terlonjak dari tempatnya berdiri.
"Aku tahu kau yang menangani pengobatan adik wanita itu, sekarang katakan di mana wanita murahan itu!"
Lagi lagi tutur kata yang halus namun bagai kilat yang menyambar di telinga Rendra membuatnya sedikit gugup untuk menjawab pertanyaan wanita yang tetap anggun serta cantik di usianya yang hampir setengah abad itu.
"Ma,, maaf Tan,,, saya juga tidak tahu kemana perginya mereka saat ini, bukankah saya bersama dengan Tante sedari tadi."
Dengan sedikit terbata karena rasa gugup juga khawatirnya membuat Rendra jadi salah tingkah di hadapan Nyonya Lia.
"Kamu fikir saya tidak tahu persekongkolan kalian, meskipun saya di luar negeri, tapi saya tahu semua yang dilakukan Raffi, termasuk menikah kontrak dengan wanita itu, dan sampai kapan pun saya tidak akan menyetujuinya."
Nyonya Lia pun memandang tajam kearah Rendra, senyuman tipis namun penuh dengan misteri itu pun terbit di bibirnya.
"Lanjutkan permainan kalian, asal jangan bawa mereka masuk dalam keluarga kita, setelah selesai bermain, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan, jika tidak, jangan harap kalian menjadi pewaris keluarga!"
Nyonya Lia pun mengusap lembut pundak Rendra sambil tersenyum penuh misteri. Lalu melangkah keluar dari ruang rawat Nara.
Sejenak Rendra tertegun mengartikan ucapan Mama dari sahabatnya. Kenapa ada seorang wanita yang begitu tega dengan wanita lain. Apa lagi wanita itu pantas jadi anaknya, dan pantas mendapatkan kasih sayang yang tulus, karena ketulusan juga kasih sayangnya pada keluarganya. Hingga ia rela mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan adik tercintanya.
"Suatu hari nanti, anda akan menyesali ucapan anda sendiri, Nyonya Lia Aditama yang terhormat, saat anda kehilangan yang paling berharga di hidup anda, saat anda menyadari harta tak bisa membeli cinta juga persahabatan."
Gumam Rendra lirih lalu mengambil ponselnya. Dari gps yang di pasangnya di ponsel Naya, dia tau keberadaan mereka di mana sekarang. Ia pun tersenyum lalu melangkah ke ruang kerjanya.
Seakan tak terjadi apa apa ia pun melanjutkan pekerjaannya. Karena ia tau gerak geriknya kini sedang diawasi anak buah Nyonya Lia.
Sementara itu di ruang peristirahatan Raffi, nampak Nara sedang memeluk Naya yang terlihat pucat pasi karena ketakutan melihat Raffi yang memarahi anak buahnya, karena gagal menjalankan tugas mereka. Semenit saja dia terlambat, maka ia tak tahu apa yang akan terjadi dengan Nara juga kedua adiknya.
"Sial,,, dari mana nenek sihir itu tahu kalau Rana dirawat disini, pasti ada yang membocorkan rahasia ini."
Gumamnya dalam hati sambil mengepalkan tangannya.
"Cepat bereskan kekacauan ini, aku tak mau sehelai rambutpun terlepas dari wanitaku karena ulah Mama, jika tidak, kalian tahu akibatnya,,!"
Perintah Raffi pada seseorang yang ada di seberang setelah sambungan tlpnya terhubung dengan orang itu.
"Baik Tuan, maaf untuk ketidak becusan anak buah saya, tak sampai satu jam, Tuan akan mendapatkan orang itu,,,"
Jawab orang diseberang sana. Setelah itu sambungan terputus karena Raffi sudah mematikan ponselnya.
Saat ia berbalik, ditatapnya intens Nara juga Naya yang saling berpelukan. Ia hanya terdiam lalu melangkah ke ruang kerjanya. Meninggalkan keduanya yang memandang Raffi dengan rasa takut juga khawatir tentang Rana.
"Udah sayang,,, jangan menangis lagi, kita aman disini."
Nara mencoba menenangkan Naya yang masih terisak dalam tangisnya.
"Kak,,, sebenarnya siapa dia, kenapa kita harus menuruti semua perintahnya?"
Dengan menghapus airmatanya, Naya menatap penuh tanya kearah Nara.
Dengan sedikit senyum yang dipaksakan, akhirnya Nara menceritakan semua yang terjadi pada Naya, tanpa menyembunyikan apa pun dari adiknya, derai air mata mengiringi tiap kata yang terucap dari bibirnya.
Naya yang mendengarkan semua cerita Nara tak kuasa menahan air matanya lagi. Buliran bening itu pun mengalir deras membasahi pipinya lalu jatuh di pangkuannya. Hatinya terasa perih, bagai jutaan sembilu telah menyayatnya.
Ia bisa merasakan penderitaan yang telah dialami oleh Kakaknya demi kebahagiaan mereka. Ia pun memeluk Nara dengan erat.
"Kak,,, maafkan kami sudah jadi beban Kakak, kenapa nasib kita seperti ini Kak? Kenapa harus Kakak yang menanggung semua derita kita,,, hikksss,,,hikkss,,,"
Naya pun melepas pelukannya, lalu memandang Nara dengan tatapan yang menyimpan sejuta pertanyaan. Lalu menghapus air matanya dengan kasar.
"Semua ini karena kesalahan Ayah dan Ibu, yang membuat Kakak harus menanggung semua beban hidup kita, sampai kapan pun, aku tak akan memaafkan mereka, yang menelantarkan kita sampai harus memaksa Kakak untuk menjadi istri kontrak hanya untuk mendapat keturunan, aku benci pada mereka."
Sorot mata yang penuh dengan dendam dan kekecewaan itupun terlihat di mata Naya.
Nara yang melihat sorot kebencian dimata Naya pun menghapus air mata adiknya juga air matanya.
"Sayang,,, kamu nggak boleh bicara seperti itu, ini bukan salah Ayah dan Ibu, hanya nasib saja yang mempermainkan kita seperti ini, mungkin,,, ini sudah jadi takdir Kakak,,, jangan pernah membenci kedua orang tua kita,,, justru Kakak bersyukur dengan keduanya, telah memberikan adik adik yang terbaik untuk Kakak,,,"
Nara membelai lembut rambut Naya, sambil tersenyum penuh kasih pada adiknya itu.
"Tapi Kakak yang harus menanggung penderitaan seumur hidup Kakak, apa Kakak nanti bisa berpisah dengan buah hati Kakak sendiri, apa itu sudah Kakak pikirkan, meski nantinya ia hidup bergelimang harta, tapi belum tentu istri Tuan itu bisa menyayangi anak Kakak, bagaimana justru ia malah menyiksa anak Kakak nantinya, apa Kakak tega melihatnya menderita seperti kita, yang merindukan kasih sayang ibu kita, Kak,,, hikkss,, hiikksss,,,"
Naya tak berani menatap pada Nara, karena ia yakin, pasti Nara sangat sedih dengan ucapannya barusan. Dan ia tak mau melihat kesedihan itu, karena hatinya akan semakin sakit jika melihatnya.
Ia hanya duduk sambil membenamkan wajahnya ke lengannya dengan lutut sebagai tumpuannya.
Nara yang mendengar penuturan adiknya pun mulai goyah hatinya. Tak mungkin ia bisa jauh terpisah dari anaknya kelak, ia tak mau mengulangi kesalahan yang telah dilakukan oleh Ibunya.
Sejenak ia pun menerawang jauh ke depan, bagaimana nanti kehidupan anak nya tanpa kasih sayang darinya, Ibu kandungnya sendiri yang jelas jelas tega menjualnya demi uang, meski itu bukan kebenaran yang sesungguhnya. Pasti anaknya akan membencinya jika tahu ia telah meninggalkannya.
Membayangkan semua itu dadanya terasa sesak, hingga matanya pun terasa gelap dan perlahan ia pun pingsan dalam dekapan seseorang.
bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
tpi mmg betul. itu mungkin kesalahan orgtua, yg tdk memikir kan tentang anak, ikut hal a nak2
2023-01-07
2
æ⃝᷍𝖒𖣤᭄℃æͣ͢𝖒ᷘ𝅘 ͤ⸙ᵍᵏ
nysegh amat hidup Nara dan adiknya 🥺
2023-01-06
4
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ntar mm nya rafii menyesal
2022-05-27
2