Sementara itu di Rumah Sakit Medika, dalam ruang operasi, seorang anak berusia 8 tahun sedang berjuang melawan penyakitnya. Sudah hampir dua jam operasi berlangsung, namun belum ada tanda tanda selesai juga.
Di kursi tunggu depan ruang operasi itu sudah menunggu seorang anak perempuan berusia 14 tahun, namanya Kanaya.
Ia nampak cemas karena Kakaknya belum juga datang meski hari menjelang pagi.
Operasi ini terkesan mendadak, karena pengaruh dari CEO itu, maka jadwal operasi yang akan dilakukan besok, akhirnya malam ini pun dilaksanakan.
Dokter dan perawat yang lain tidak mau ambil resiko dengan kemarahan CEO Raffi.
Mereka melakukan pekerjaan dengan semaksimal mungkin, untuk menyelamatkan nyawa gadis kecil itu, jika tidak ingin di depak dari Rumah Sakit ini.
Ya,,, karena Rumah Sakit ini adalah milik dari CEO Raffi, yang terkenal dingin dalam menghadapi rekan dan lawan bisnisnya. Hingga banyak yang takut dengan sepak terjangnya.
Kanaya pun mondar mandir di depan ruang tunggu operasi. Ia nampak bingung, di satu pihak dia cemas dengan kondisi adiknya yang berjuang melawan maut di dalam sana, dan di satu sisi yang lain dia cemas karena Kakaknya belum juga terlihat batang hidungnya.
Apa lagi tadi ponselnya mati saat Naya menghubunginya.
Iya,,, Kanaya adalah adik dari Kinara yang pertama. Dialah yang menjaga Kirana selama Kinara pergi bekerja.
Akhirnya penantian Naya berakhir sudah, Dokter yang menangani operasi adiknya pun keluar. Segera Naya berlari kecil menghampiri Dokter tersebut.
" Gimana dengan operasi adik saya, Dok?"
Naya menatap penuh tanya kearah Dokter tersebut.
"Selamat Naya,,,operasi Nara berjalan dengan baik, kamu boleh menemaninya di dalam dengan baju khusus tentunya yang tersedia di dalam."
Ucap Dokter tersebut sambil tersenyum, menepuk pelan bahu Naya.
Sebenarnya mereka sudah saling kenal dan dekat, karena Dokter itu yang menangani penyakit Rana selama ini, jadi mereka sering bertemu.
"Terima kasih Dok,,, moga Tuhan yang akan membalas semua kebaikan Dokter juga yang lain."
Ucap Naya sambil tersenyum bahagia mendengar operasi adiknya berhasil.
Tanpa menunggu lama ia pun segera masuk ke dalam ruang ICU dimana Rana berada, setelah memakai baju steril, ia pun duduk di sebelah brankar adiknya.
Dokter itu hanya tersenyum melihat tingkah Naya.
"Andai usiamu lebih dewasa seperti Kakakmu, aku pasti jadikanmu kekasihku, Naya."
Bisik Dokter itu dalam hatinya.
Iya,,,ia sudah jatuh hati pada Naya saat pertama kali bertemu, postur tubuh Nara yang tingginya hampir sama dengan Nara juga wajahnya yang terlihat dewasa menyamarkan usianya yang baru 14tahun. Namun kecantikannya tak kalah dari Kakaknya, mereka bagai pinang dibelah dua.
Namun Naya lebih pandai bergaul dari pada Nara yang cenderung pendiam. Naya sangat lincah dan supel, itulah yang membuat Dokter Rendra jatuh hati padanya, karena senyum Naya, candaannya,gurauannya yang ceria mampu mencairkan hati beku seorang Dokter Rendra yang terkenal cukup dingin di kalangannya.
Di dalam ruang ICU, Nara yang duduk disebelah brangkar Rana, hanya bisa menjatuhkan air matanya, melihat kondisi adiknya saat ini.
Begitu banyak selang yang terpasang, membuatnya tak mampu untuk menahan tangisnya. Buliran bening itupun jatuh membasahi pipinya yang cubby.
"Adik,,, kamu harus kuat demi kami, nanti kalau kamu sembuh, aku akan mengabulkan apa pun permintaanmu, aku akan membantu Kakak bekerja, biar kita punya banyak uang dan bisa membeli apa pun yang kamu mau, kau harus kuat lawan semua ini demi kami, kita akan selamanya bersama berjanjilah sayang,, jangan pernah tinggalkan kami,,,"
Dengan derai air mata Naya menggenggam tangan Nara.
Karena lelah dan kantuk yang menyerangnya, akhirnya Naya tertidur dengan posisi kepalanya berada di brankar adiknya, tangannya tetap menggenggam tangan Rana.
Sementara itu, Nara hanya bisa menahan sakit di bawahnya, dengan tertatih tatih dia turun dari tempat tidur, dengan balutan selimut dia berjalan ke kamar mandi, setelah melihat Raffi tertidur, untuk sekejab Nara terpesona akan ketampanan pria yang telah mengambil kesuciannya, namun segera ditepisnya perasaan itu mengingat apa yang telah dilakukan Raffi padanya.
Segera ia membersihkan dirinya, lalu memakai kembali bajunya yang telah sobek tadi. Dengan derai airmata, ia pun berjalan keluar kamar setelah memasukkan kartu akses kamar yang diberikan oleh Raffi sebelum dia tidur tadi.
Suasana sudah sunyi dan lengang saat Nara keluar dari Club itu, hanya ada beberapa bodyguard saja yang berjaga jaga disana.
Melihat Nara keluar dari Club, salah satu dari mereka segera mengambil mobil dan berhenti di depan Nara.
" Nona, silahkan,,, saya akan mengantar anda pulang."
Ucap pria itu sambil mengangguk hormat, membukakan pintu mobil untuk Nara.
"Tidak perlu Pak, biar saya pulang sendiri,,, terima kasih,,"
Nara hendak meninggalkan tempat itu, namun bunyi ponsel pria ini menghentikan langkahnya.
Karena pria itu memberikan ponselnya pada Nara, dengan ragu ragu Nara mendengarkan suara diseberang sana saat ia menatap pria itu yang sudah menganggukkan kepalanya pertanda Nara harus menerima sambungan tersebut.
"Masuk dalam mobil, biarkan Pak Mamad mengantarmu, ingat aku tak menerima penolakan!"
Belum sempat Nara menjawab, ponsel itu sudah mati.
Nara hanya bisa mendesah pelan, lalu mengembalikan ponsel itu pada yang punya.
" Silahkan Non,," tutur pria yang diketahui Nara bernama Mamad itu.
Nara pun masuk ke dalam mobil, diikuti Pak Mamad yang kemudian melajukan mobil memecah kesunyian malam menuju rumah kontrakan Nara.
"Oh Tuhan,,, maafkan dosaku,,,ampunilah hamba mu ini,,, telah melanggar laranganmu mesti itu bukan mauku,,,"
Bisik hati Nara yang terus menangis dalam diam sepanjang perjalanan.
bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
æ⃝᷍𝖒𖣤᭄℃æͣ͢𝖒ᷘ𝅘 ͤ⸙ᵍᵏ
alhamdulillah operasinya berjalan lancar...
2023-01-06
2
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
kasihan 2 beradik ni.... apa pun selagi hidup teruskn perjalanan kalian, semua itu ujian saja, walaupun perit... lebih2 lg kinara.... semangat kinara...
2023-01-06
2
𝐲𝐚 𝐧𝐚𝐫𝐚.. 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐤𝐮𝐚𝐭... 𝐤𝐞𝐬𝐢𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐤𝐚𝐤 𝐦𝐮
2022-10-01
3