Between Hate And Love
"Kau tahu apa yang paling aku benci di dunia ini? Penghianatan dan Cinta! Aku, Yohan Alexander bersumpah, tak akan pernah merasakan apa itu jatuh cinta, dalam hidup ini hanya akan ada balas dendam!" Seringai jahat tersungging di bibir Yohan.
***
"Ibu, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri Ibu!" Lirih seorang gadis berambut hitam sepinggang sembari duduk di kursi ruang tunggu Rumah sakit. Ia tak henti terus berdo'a dengan derai air mata untuk kesembuhan sang Ibu yang telah sakit parah selama ini.
'Tuhan tolong, jangan ambil nyawa Ibu ku dalam dunia ini hanya dia yang aku miliki. Aku tidak peduli kau mau mengambil nyawaku asal jangan Ibu ku, aku akan hancur!' lirih gadis itu dalam hati.
"Nona Safira!" Seorang Pria menyentuh bahunya membuat Safira seketika mendongak menatapnya.
"Tuan ingin bertemu dengan mu," lanjutnya.
"Apa kau tidak lihat, Ibu ku sedang berjuang antara hidup dan matinya, aku tidak bisa pergi. Katakan padanya aku tidak akan menuruti kemauannya. Aku putrinya, aku akan lebih keras kepala di banding dia!" ucap Safira tegas dengan sorot mata penuh kebencian.
"Tuan bilang, Anda tidak punya pilihan Nona, atau...pengobatan yang Nyonya jalani serta alat-alat yang menopang hidup Nyonya akan di lepas di hadapan Nona saat ini juga!" Ucapnya tanpa ragu.
Seketika Safira bangkit dengan penuh amarah dan mencengkram kerah kemeja laki-laki itu, "kalian, benar-benar manusia biadab. Kalian mempermainkan nyawa seseorang demi tujuan kalian, terlebih lagi dia Ibu ku, istrinya sendiri. Tidakkah dia merasa sedikit kasihan, setidaknya melihat kondisi Ibu ku yang semakin parah ini." Safira menghempaskan tangan dari kemeja sekertaris pribadi Ayah nya itu dengan air mata yang hentinya bercucuran.
"Nona bisa ajukan pertanyaan itu setelah bertemu Tuan, saya hanya di tugaskan menyampaikan pesan ini oleh beliau. Kalau begitu saya ijin undur diri Nona, tuan bilang Anda di tunggu di kediaman Tuan!" Sekertaris pribadi Ayah nya itu menunduk hormat, namun Safira hanya memalingkan wajah sembabnya ke arah lain.
'Kenapa aku harus memiliki Ayah sekejam dia, apa salah ku? Dari kecil, dia selalu menunjukan kebencian terhadapku. Apa sebegitu jelek kah aku, hingga Ayah tak sedikit pun merasakan kasih sayang terhadap ku.' Safira mencengkram dadanya yang terasa semakin sesak karena Air mata yang tak hentinya menerobos keluar dari kedua sudut matanya.
Safira mendekat ke pintu ruangan Ibunya dan menatap Ibunya yang terbaring lemah di ranjang dengan berbagai alat medis yang memenuhi bagian atas tubuhnya, terlihat Dokter dan beberapa suster tengah menangani Ibunya yang kondisinya tiba-tiba memburuk.
Saat itu Ibu baik-baik saja, saat aku kembali dari kantor tempat ku bekerja tiba-tiba Ibu terbaring di dalam kamar mandi dengan kepala bersimbah darah, dia terpeleset karena dia memiliki riwayat darah tinggi Dokter bilang dia mengalami Stroke penyakit yang sulit di sembuhkan. Dia menjadi lumpuh dan hanya bisa terbaring di tempat tidur seperti bayi.
"Buk, akan kah Ibu bisa sembuh seperti dulu lagi?" Safira menatap Ibunya dengan tatapan sendu dari balik kaca pintu ruang rawat yang berbentuk bundar.
Dokter yang menangani Ibunya pun keluar, dengan segera Safira bertanya, "Dok, bagaimana kondisi Ibu saya? Apakah sudah membaik?" tanya Safira penuh harap.
"Nona Safira tenang saja, Nyonya Widia baik-baik saja sekarang masa keritis nya sudah lewat, beliau sedang beristirahat nanti kau boleh menemuinya setelah dua jam," Dokter itu pun berlalu dari hadapan Safira.
Seorang suster datang menghampiri Safira sambil membawa sebuah catatan di tangannya, "permisi Anda Nona Safira?"
"Benar Sus, saya Safira!" Jawab Safira dengan pandangan penuh tanda tanya.
"Nona belum menyelesaikan pembayaran untuk minggu ini silahkan melakukan pembayaran di tempat Administrasi Rumah sakit terima kasih." Suster wanita itu pun berlalu dari hadapan Safira.
'Bulan ini aku belum menerima gaji, sedangkan gaji bulan lalu sudah habis untuk biaya makan sehari-hari belum biaya transportasi ke sana kemari, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku meminta bantuannya, tapi itu tandanya aku harus menunduk di hadapannya dan menerima segala keputusannya. Tapi, kondisi Ibu saat ini adalah yang terpenting, ya sudahlah persetan dengan nanti, aku ingin lihat apa yang pria tua itu inginkan.'
Safira memutuskan untuk meminta bantuan Ayah nya soal biaya rumah sakit dan mencoba bernegosiasi dengan Ayah nya itu.
Taksi yang Safira tumpangi berhenti di depan sebuah gerbang rumah besar berwarna abu-abu, kemewahan dan kemegahannya masih dapat ia rasakan dulu dia tinggal di rumah ini, namun pada usia enam tahun Ibunya membawa Safira pergi dari rumah ini, jujur sampai saat ini Safira tidak tahu apa penyebab Ayah dan Ibunya berpisah tanpa bercerai. Namun, Ayah nya terlihat sangat membenci Ibu nya, tapi Ibu nya justru sebaliknya dia berpesan pada Safira.
"Fira sayang Nak, sejahat apapun dan sekejam apapun Ayah mu jangan pernah menyimpan amarah dan kebencian dalam hati mu, ingat itu." pesan Ibu Widia.
'Tapi bagaimana mungkin aku tidak membencinya, melihat dia yang selalu memperlakukan Ibu dengan begitu kasar, aku melihat dengan jelas bagaimana dia menampar Ibu pada malam itu, entah apa alasannya Ibu tak pernah mau bilang pada ku, begitu pun Ayah.'
"Nona silahkan masuk, Tuan sudah menunggu di dalam!" Ucap penjaga, sepertinya dia sudah tahu akan kedatangan Safira sebelumnya, Safira hanya menjawab dengan Anggukan kepala dan masuk ke dalam.
"Nona!" Seorang pelayan wanita paruh baya nampak menyambut hangat Safira di rumah itu. Safira ingat, dia adalah pelayan yang sering menjaga dan mengajaknya bermain dulu.
"Bi Diah apa kabar?" tanya Safira.
"Saya baik Nona, bagaimana keadaan Nyonya?" Bi Diah nampak ikut sedih bila mengingat kondisi Nyonya nya itu.
"Ibu--." Ucap Safira terputus mendengar teriakan Ayah nya dari dalam Rumah.
"Bi, suruh Safira masuk!" Teriaknya kencang.
"Ba--baik Tuan, mari Nona!" Dengan segera Safira berjalan mengikuti langkah pelayan itu.
Nuansa rumah ini tidak jauh berbeda dengan yang di ingatan Safira dulu, tapi terlihat ada beberapa perubahan di bagian dekorasi dan barang-barang, serta guci-guci mewah yang dulu sangat Ayah nya sukai kini hanya tinggal beberapa saja di sudut ruangan.
'Apa Ayah ku ini telah jatuh miskin?' Safira sedikit tersenyum jahat.
"Akhirnya kau datang juga Safira," ucapnya datar.
"Hem...sudahlah tidak usah basa-basi, apa yang Anda ingin saya lakukan, Ayah?" tanya Safira langsung, dia tahu benar Ayah nya ini punya maksud tertentu di setiap tindakannya.
"Aku tahu kau tidak mampu membayar biaya pengobatan Ibu mu yang tidaklah murah itu, aku bersedia membayar semuanya, tapi...sebagai balasannya kau harus menikah dengan Pria yang telah aku pilihkan!" Terangnya.
"Me--menikah?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Reo Hiatus
like favorit dulu ya thor
2021-10-05
0
🍃CINCIN💍PUCAT🍃
Hai,Wid.
2021-10-01
0
TK
sukses Thor 👍
2021-07-15
3