Safira tidur dengan posisi menyamping, dia menatap lampu tidur yang masih menyala di samping tempat tidurnya. Di kamar asing ini ia tak dapat memejamkan mata saat ini pikirannya berkelana jauh tak tentu arah. Dia juga sedikit merasa bersalah pada Yohan soal kejadian tadi.
"Aku harus minta maaf besok, sepertinya aku terlalu kasar tadi padahal dia sudah memperlakukan ku dengan baik." Safira bertekad dalam hati.
Brak...Prang...
Suara-suara bising terdengar ribut di kejauhan, Safira mempertajam indra pendengarannya.
"Apa yang terjadi di sana?" tanya Safira pada diri sendiri.
Safira bangkit dari tempat tidur karena merasa penasaran dia perlahan mendekati pintu dan membukanya pelan, suara bising itu terdengar semakin keras seperti sebuah benda yang hancur dan suara pecahan kaca yang berhamburan cukup nyaring. Safira berjalan perlahan mencari asal suara itu hingga dia sampai di depan kaca jendela dia menyibak tirai nya dan menatap heran ke sebuah Vapiliun berukuran sedang di sebrang tempatnya berada saat ini. Tepatnya, terletak di taman samping rumah besar itu.
Safira menilik dengan seksama Vapiliun tersebut terlihat dua orang pria bertubuh kekar nampak berdiri sigap di depan pintu tersebut.
"Kenapa mereka berjaga di sana? Apa ada orang di dalam sana?" gumam Safira pelan.
Tepukan di bahu, membuat Safira terlonjak saking kagetnya. "Sedang apa kamu di sini?" Tanya seseorang yang Safira kenal, ya dia adalah Yohan sang pemilik rumah tersebut.
"Emh...tidak ada, aku tadi mendengar suara ribut jadi aku melihatnya," Safira menyelipkan anak rambut ke sisi telinganya.
Yohan melihat ke luar jendela sekilas lantas menutup tirai nya kembali.
"Oh itu, mungkin anak buah ku sedang berlatih. Maaf sudah mengganggu waktu istirahat mu lain kali aku akan memberitahu mereka untuk berlatih di tempat lain." Ucap Yohan sambil tersenyum membuat Safira menjadi salah tingkah.
"Emh...kalau begitu aku kembali ke kamar dulu." Safira hendak berjalan cepat namun, Yohan mencekal tangan Safira membuat Safira seketika menghentikan langkahnya.
"Eh, maaf aku tidak bermaksud--." Yohan seketika melepaskan cekalan tangannya di lengan Safira.
"Ti--tidak papa, A--aku permisi dulu." Secepat kilat Safira berlalu dan masuk kembali ke dalam kamar.
'Kenapa jantungku berdegup cepat?'
Safira menyentuh dadanya yang masih berdebar tak karuan.
Di luar ruangan Yohan hanya berdiri sambil mengepalkan tangan menatap benci pada pintu yang tertutup.
'Bagus, jatuh cinta lah padaku itulah yang aku inginkan!' Yohan menyeringai menampakan deretan gigi putih bersihnya.
"Tuan muda!" Panggilan itu membuat Yohan melirik ke asal suara tersebut.
"Ada apa Ken?!" Ken membisikan sesuatu di daun telinga Yohan membuat air muka Yohan seketika berubah.
"Ayo ikut aku!" Yohan dan Ken pun berlalu pergi.
Safira yang sedari tadi menempelkan telinga di daun pintu menghela napas lega sembari mengelus dada, lantas ia pun duduk di tepi ranjang.
'*Untung saja dia pergi, jika tidak. astaga apa yang aku pikirkan!' Safira menggelengkan kepala mengusir pikiran buruk dalam kepalanya.
'Yo Safira, dia itu suami mu tidak ada salahnya kan jika melakukan nya!' Sesuatu berbisik dalam benak Safira*.
"Gila-gila ini sungguh gila! Astaga apa yang aku pikirkan ini sungguh menjijikan sekali!" Safira mengutuki dirinya sendiri sembari membenamkan kepalanya di atas bantal.
***
Sudah satu minggu Safira tinggal di Rumah Yohan, dia sama sekali tidak bertemu dengan pria yang kini telah menjadi suaminya itu, kemana sebenarnya dia pergi? Hati Safira bertanya-tanya.
"Naya!" Panggil Safira pada pelayan pribadinya itu.
"Ada apa Nona, apa Nona membutuhkan sesuatu?" Tanyanya sopan.
"Eh...Tidak jadi!" Safira tersenyum canggung dan mengurungkan niat untuk bertanya tentang Yohan.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Nona!" Naya berlalu setelah mendapat anggukan dari Safira.
'*Ah hampir saja aku bertanya, akan sangat memalukan jika aku langsung bertanya. Aku dan dia meski kami suami dan istri tapi kami hanyalah teman satu atap saja. Lagi pula, sepertinya dia juga seperti hal nya aku menikah hanya karena paksaan.' Safira menghela napas dalam.
'Sudah beberapa hari aku tidak ke rumah sakit, hari ini aku ingin melihat Ibu*!'
Safira bergegas mengganti pakaian dan sedikit merias diri dan lekas turun.
"Nona, anda ingin pergi kemana?" Tanya Naya yang tiba-tiba muncul di samping Safira.
"Oh ya Naya, hari ini aku ingin bertemu dengan Ibu ku yang sedang di rawat di Rumah sakit." Ucap Safira dengan semangat.
"Mohon maafkan saya Nona, tanpa seijin Tuan anda tidak di perbolehkan keluar rumah!" Naya menunduk sopan.
"Apa aku tidak boleh keluar? Aku ini istrinya bukan tawanannya!" Nada suara Safira meninggi.
"Kau terlalu meninggikan setatus mu!" Suara bernada mencemooh tiba-tiba menyela.
"Siapa kau?!" Safira menyipitkan mata.
Wanita itu mengangkat sudut bibirnya sambil tersenyum sinis.
"Nona, dia adalah Nona Jenie kepala pelayan di rumah ini, dia juga orang kepercayaan Tuan muda." Bisik Naya di dekat telinga Safira.
"Oh, kamu kepala pelayan di rumah ini. Dimana Yohan, aku ingin bicara dengannya?!" geram Safira.
"Tuan tidak ingin bertemu denganmu! Sebaiknya, kau kembali ke kamar!" ucapnya dingin.
"Apa hak-mu bicara seperti itu? Aku ini istrinya, sekarang aku ingin bertemu dia, dimana dia?!"
"Istri?" Jenie tertawa geli mendengar perkataan Safira.
"Kenapa? Ada yang salah dengan perkataan ku?" tanya Safira keheranan dengan ekspresi yang di tunjukan Jenie.
"Apa kau pernah tidur dengannya? Apa dia pernah menyentuhmu?" Safira terdiam.
"Kau hanya istri di atas keretas saja! Jangan sombong." Jenie menepuk pundak Safira sembari berlalu.
"Jenie ini sangat menyebalkan." Gerutu Safira kesal.
"Nona, sebaiknya kita kembali lagi ke kamar! Jangan mencari masalah dengan Nona Jenie, dia sangat galak dan juga dia itu orang kepercayaan Tuan Muda jangan berselisih dengannya." Safira mengangguk sembari kembali berjalan menuju kamarnya di lantai atas.
"Naya? Jenie itu sangat cantik, dia tidak seperti seorang pelayan sama sekali." Ucap Safira seraya melempar pandang ke luar jendela.
"Benar saya juga berpikir begitu Nona, dan saya lihat juga Jenie itu sepertinya menaruh perhatian lebih pada Tuan." Ucap Naya pelan setengah berbisik takut ada orang yang mendengar.
"Apa begitu?" tanya Safira memastikan lagi.
Naya mengangguk dengan pasti, "Hah sudahlah, itu tidak ada hubungannya denganku." Safira melambaikan tangannya.
"Tapi Nona itu istrinya Tuan, tentu saja itu berhubungan dengan Anda." Naya mengingatkan.
Safira hanya mengangkat bahu sambil menghela napas, "Aku ingin istirahat, kau keluarlah dulu!" Naya pun pergi keluar kamar.
Safira menghembuskan napas kasar lantas mengambil telpon genggamnya yang tiba-tiba berdering.
Safira menaruh telpon tersebut di daun telinganya, lantas berucap dengan gugup "Ha--halo Roger!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments