"Me--menikah!?" Alangkah terkejutnya Safira ketika ia mendengar kata menikah keluar dari mulut Ayah nya itu.
"Kenapa? Apa kau keberatan? Aku tidak masalah jika kau tidak mau, tapi kau tahu benar apa yang akan aku lakukan," ancamnya sembari menaikan kaki ke atas meja dan duduk dengan santainya.
"Aku belum ingin menikah, selain itu Ibu masih sakit aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Ibu," jawab Safira mencari alasan.
"Aku tidak bertanya apa keinginan mu, tapi aku meminta kau untuk memilih, menikah atau Ibu mu?" Safira mengepalkan tangannya, kenapa? Kenapa Ayah nya begitu kejam apa salahnya. Ingin rasanya Safira menangis dan meminta penjelasan tapi, semua itu hanya akan membuat dia semakin terlihat lemah.
"Pria tua mana yang kau pilih untukku?" tanya Safira sambil tersenyum pahit.
"Tenang saja dia tidak tua, dia masih muda dan tampan, aku jamin kau akan betah tinggal bersamanya. Selain itu kau juga bisa memiliki kehidupan mewah tanpa harus bersusah payah," ujar sang Ayah sembari menenggak minuman di tangannya.
"Hemh...Pria bodoh mana yang mau menikahi ku, atau kau telah menjual ku?!" Safira mengepalkan tangannya, dia tahu benar sipat Ayah nya itu mana mungkin dia mau memikirkan kebaikan demi dirinya.
Hahaha...Ayah nya tergelak melihat Safira yang masih berlaga so kuat di hadapannya, padahal dia tahu benar putrinya itu saat ini sedang ketakutan dan putus asa.
"Kau benar, aku memang menukar mu ah bukan tapi, menjual mu. Apa kau ada masalah?" ucapnya tanpa rasa bersalah.
Bruk... Safira terduduk lemas di lantai, air mata berhamburan di wajah putih bersihnya, tembok tinggi yang ia bangun untuk menutupi ketidak beradayaannya runtuh sudah kala mendengar penuturan Ayah nya.
"Kenapa? Kenapa kau begitu kejam, bukankah aku ini putri mu?" tanya Safira sambil terisak lirih.
Prang...Tuan Aditama melempar gelas di genggamannya hingga hancur berkeping-keping di lantai.
"Jangan pernah bicara tentang hubungan di hadapan ku!" gertaknya, tangannya mencengkram dagu runcing Safira.
"Pelayan dandani Nona, jangan sampai dia terlihat berantakan!" teriaknya sembari berlalu.
Tubuh Safira bergetar air mata terus menerobos tiada henti, "Aku belum mengatakan aku mau menikah!" teriak Safira.
"Kau hanya punya satu pilihan sekarang!" jawabnya.
Seorang pelayan wanita yang hampir sebaya dengan Safira menggandeng dan membawanya ke kamar tamu, di sana sudah terdapat beberapa gaun dan perhiasan serta sepatu dan alat makeup di atas ranjang.
'Kini aku hanya bisa pasrah, Ibu semoga pengorbanan ku dapat menyembuhkan mu.' Safira mencengkram gaun yang ia kenakan sembari menitikan air mata.
Kini Safira berada di dalam mobil besama Ayah nya dan juga seorang supir di kursi depan, kemana mereka pergi Safira sudah tidak peduli, pada siapa ia akan di jual.
Tanpa terasa mobil pun sudah berhenti di depan gerbang sebuah rumah mewah yang jauh lebih mewah di banding milik Ayah nya Safira.
"Jangan membuat ku malu, atau Ibu mu yang akan menanggungnya!" ancam Tuan Aditama.
"Kau tidak perlu khawatir, Ayah! Putri mu tidak akan pernah membuatmu malu, aku akan menjalankan peran ku sesuai keinginanmu," Tuan Aditama menampar pipi kiri Safira, hingga gadis itu terhuyung ke samping.
"Ingat jangan pernah melampaui batas mu, Ibu mu masih di tangan ku!" ancamnya lagi.
'Kenapa Ibu masih saja membela Pria kejam ini, dia benar-benar tidak pantas menjadi Ayah ku. Aku sangat membencinya, benci sekali!' batin Safira.
Safira mengikuti langkah Tuan Aditama di belakangnya masuk ke dalam rumah besar itu, nuansa rumah kelasik namun nampak elegan ini tampak sepi sepertinya tak banyak orang yang tinggal di sini.
Safira dan Tuan Aditama di sambut oleh pelayan dan di persilahkan duduk di ruang tamu.
"Dimana dia, pria yang membeli ku itu? Apa dia masih bersenang-senang dengan wanita lain? Jika benar begitu aku di jual pada seorang bajingan, Ayah ku ini ternyata begitu perhatian dan sangat menyayangi putrinya," sindir Safira pada Ayah nya.
"Diam! Jangan berbuat ulah, atau--," Tuan Aditama menunjukan poto di ponselnya yang menunjukan Ibu Safira tengah terbaring tak berdaya.
Seketika Safira terdiam dia tak mampu berkutik, Ayah nya tahu benar titik kelemahannya, yaitu Ibu nya. Dua orang pelayan datang menyuguhkan makanan dan minuman di meja dan mempersilahkan Safira dan Tuan Aditama untuk mencicipinya.
Waktu berlalu, cukup lama Safira dan Tuan Aditama menunggu namun orang yang ingin ia temui tak kunjung datang.
"Permisi kenapa Tuan Alexander belum juga kemari, saya sudah membuat janji dengan beliau," ucap Tuan Aditama pada seorang pelayan yang baru saja lewat.
"Mohon Tuan tunggu sebentar lagi, Tuan Muda sedang bersiap-siap." Jawabnya sambil menunduk hormat.
"Baiklah terima kasih!" Jawab Aditama pasrah.
Safira hendak beranjak dari kursi, namun seketika Tuan Aditama menahannya dan memaksanya kembali duduk, "duduk baik-baik jangan bertindak ceroboh!" Ucapnya penuh penekanan.
"Aku hanya ingin mencari udara segar, aku merasa bosan diam seperti patung di rumah besar ini! Ayah, apa tidak sebaiknya kita pulang dulu dan memberi waktu untuk Tuan Alexander ini berpikir, mungkin dia tidak menyukai gadis seperti ku," ujar Safira yang seketika di jawab oleh seseorang dari arah tangga.
"Siapa bilang aku tidak menyukai mu, Nona Safira, itu nama mu kan?!" terlihat seorang laki-laki tampan kira-kira berusia 28 tahun berjalan dengan gagahnya menghampiri Safira dan Tuan Aditama, dia mengenakan jas hitam dengan di padukan dengan kemeja warna putih dengan dasi senada pula, dia lantas duduk dengan menyilang kan kaki nya.
"Mohon maaf telah membuat kalian lama menunggu!" ujarnya sopan namun terasa janggal.
"Tidak apa Tuan Alexander saya memahami orang besar seperti Anda pasti sangat sibuk dan memiliki banyak urusan," ucap Aditama sembari tersenyum.
Tuan Alexander beralih menatap Safira, "apa nona Safira juga mempermasalahkan keterlambatan ku?" ucapnya dengan sopan.
"Tidak, sama sekali tidak!" Safira merasa tidak tenang dia melihat ke sekeliling yang entah sejak kapan jadi banyak pria bertubuh kekar berdiri tak jauh dari mereka. Yang paling membuat Safira tak nyaman adalah pandangan seorang Pria yang berdiri tepat di samping tempat duduk Tuan Alexander.
"Tuan Alexander perkenalkan ini putri saya, Safira!" Ucap Aditama memperkenalkan.
"Hem...Aku sudah tahu! Jangan panggil aku Tuan Alexander, panggil saja aku Yohan rasanya lebih akrab!" pintanya.
"Ah...baiklah Tuan Yohan!" Aditama tertawa canggung penuh kehati-hatian dia takut menyinggung orang ternama ini, jika dia sampai menyinggungnya Aditama tahu benar apa konsekuensi nya.
"Tuan Aditama aku menyukai putri mu, aku akan menikahinya!" Safira membulatkan matanya dia begitu terkejut bagaimana bisa, orang memutuskan menikahi seseorang hanya dengan sekali melihatnya.
"Tunggu Tuan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Abu Alfin
Salam hangat dari
Cinta Asteria & Isyaroh
🙏🙏🙏
2021-06-26
1