Malam setelah pernikahan yang sederhana, yang hanya di hadiri oleh beberapa kenalan Ayah nya Safira dan keluarga dekat Yohan, Safira telah di bawa pindah ke mansion milik Yohan.
Seorang pelayan muda yang hampir seumuran dengan Safira menyambutnya dengan hangat, dan mengantarnya ke kamar. Safira hanya membalas gadis pelayan itu dengan anggukan dan senyuman tipis, dia begitu enggan bicara saat ini, keadaan ini membuat jiwa Safira sedikit terguncang, pernikahan yang begitu tiba-tiba dan Ibu yang masih terbaring lemah di rumah sakit membuat pikiran Safira berkelana jauh entah kemana.
Safira duduk termenung di depan meja rias sembari melepaskan aksesoris yang ia kenakan di rambut dan juga lehernya. Safira memandang pantulan wajah nya di cermin.
'Aku tidak tahu apakah keputusan menikah dengan Yohan Alexander ini tepat atau tidak? Yang aku tahu aku ingin menyelamatkan hidup Ibu, walau aku harus mengorbankan nyawa ku sendiri, di hidup ini aku hanya memiliki Ibu di samping ku. Sedangkan Ayah, aku ragu dia Ayah kandung ku atau bukan.'
Safira masih diam termenung sambil menyisir rambutnya. Tok...Tok...
Suara ketukan pintu membuat kesadaran Safira kembali pulih ia pun lekas menjawab.
"Siapa?" tanya Safira setengah berteriak agar orang yang mengetuk pintu dapat mendengar ucapannya.
"Nona, saya adalah pelayan yang tadi. Tuan memanggil Anda untuk makan bersama!" Ucap sang pelayan dari luar ruangan.
"Iya sebentar lagi saya akan turun!" jawab Safira.
"Baik Nona!"
Safira beranjak menuju sebuah koper yang tergeletak di atas ranjang, dan membongkar isi di dalamnya. Safira mengambil satu set pakaian sehari-hari yang biasa ia pakai, yakni baju tidur lengan panjang beserta celana panjang dengan motif senada.
Setelah berganti pakaian Safira pun keluar kamar, tenyata pelayan tadi masih setia menunggu di depan pintu.
"Kenapa kamu masih menunggu di sini, saya bisa turun sendiri," ucap Safira sedikit merasa heran.
"Tidak apa Nona, saya pelayan pribadi Anda yang di tugaskan Tuan muda agar selalu siaga!" Ucapnya sopan seraya menunduk.
"Hem...baiklah." Safira mengiakan sembari berjalan lebih dulu. "Dimana ruang makannya?" tanya Safira sembari mengedarkan pandangan, rumah ini terlalu luas bagi Safira, beruntung pelayan tadi masih bersamanya saat ini jika tidak Safira akan tersesat di rumah besar ini.
"Mari ikuti saya Nona!" Pelayan itu kini yang memimpin jalan.
Safira berjalan mengekor di belakang pelayan wanita tersebut.
"Siapa nama mu?" tanya Safira pada gadis pelayan di depannya.
"Nama saya Kanaya Nona, Anda bisa memanggil saya Naya!" jawabnya dengan nada sopan.
"Hem...baiklah Naya, terima kasih sudah membantu ku!" ucap Safira.
"Apa yang Nona bicarakan, ini adalah tugas saya sebagai pelayan Anda tidak perlu sungkan," Naya tersenyum manis, "Nona, ini ruang makan silahkan Anda masuk!" Naya berjalan ke samping dan berdiri sambil mempersilahkan Safira masuk, Safira mengangguk sambil tersenyum kaku dia pun lantas masuk ke ruang makan.
Tampak Yohan sudah berada di sana duduk sambil bicara dengan Ken yang berdiri seperti patung di sampingnya. Yohan mengalihkan pandangan menatap Safira, lantas dia tersenyum.
"Duduklah, aku sudah menunggumu sedari tadi," ucapnya tak lupa dia selalu menyematkan senyuman di setiap kata yang dia ucapkan.
Safira mengangguk dan duduk di sebrang tempat duduk Yohan, dia sengaja menjaga jarak dari pria yang kini telah menjadi suami nya itu.
"Kenapa kau duduk sangat jauh?" keluh Yohan masih dengan senyuman seribu wat nya.
"Emh, aku duduk di sini saja," jawab Safira pelan.
"Baiklah, sajikan makanannya!" Perintah Yohan, dan beberapa pelayan pun datang menghampiri mereka dan menyajikan makanan di atas meja.
Safira melirik Ken yang seperti patung berdiri tegak di samping Yohan, dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Yohan yang menyadari jika Safira tidak nyaman dengan kehadiran Ken, dia pun melambaikan tangan menyuruh Ken pergi. Ken menunduk hormat sembari berlalu, dia melempar pandang tak suka ke arah Safira saat dia berlalu.
'Kenapa aku merasa kalau Ken tidak menyukai ku?'
Safira mulai menyuapkan makanan ke mulutnya, dan mengunyahnya pelan. "Bagaimana makanannya enak?" tanya Yohan, membuat Safira seketika menoleh ke arah nya. Tampak Yohan tengah menumpu dagu dengan satu tangannya sembari tersenyum dan memandang Safira dengan tatapan lembut.
Tiba-tiba makanan yang Safira makan seolah sulit di telan, ia lantas menjawab. "Sa--sangat enak!" Jawab Safira gugup sambil menundukkan pandangan dan kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Jangan gugup begitu, santai saja!" Safira hanya membalas dengan senyum canggung.
'Ternyata dia orang yang ramah, mungkin penilaian ku tentang dia tidaklah benar, dia kelihatannya orang yang baik.'
"Kenapa kamu gak makan?" tanya Safira pelan, ketika melihat Yohan tidak menyentuh makanannya sedikit pun.
"Aku belum puas menatap wajah istri cantik ku," ucap Yohan, tak lupa dengan senyuman yang selalu menghiasi bibirnya membuatnya tampak begitu tampan.
"Ka--kau menggombal." Safira melempar pandang ke arah lain, tiba-tiba hatinya pun berdebar tak karuan.
Yohan menunduk sambil tersenyum, lantas dia berjalan mendekati Safira dan duduk di sampingnya. "Suapi aku!" Ucapnya sambil membuka mulutnya.
"Eh...menyuapi mu? Ke--kenapa tidak makan sendiri saja?" Safira salah tingkah, membuat Yohan semakin ingin menggodanya.
"Ayo suapi aku, kenapa malu aku ini suami mu," ucap Yohan, ketika melihat wajah Safira yang nampak memerah karena malu.
"Emh...ba--baiklah." Safira menyodorkan sesendok nasi ke dekat mulut Yohan dan dengan lahap Yohan menyantap nya.
"Giliran kamu, Aaa!" Kini giliran Yohan yang menyuapi Safira.
"Se--sebenarnya itu tidak perlu, aku bisa makan sendiri!" Tolak Safira dengan gugup, sebenarnya dia belum terbiasa dengan keadaan sekarang terlebih lagi pernikahannya dengan Yohan orang yang sama sekali tak di kenalnya ini begitu tiba-tiba sekali, Safira membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.
"Ayo makanlah, Aaa." Yohan terus memaksa ingin menyuapi Safira, membuat Safira repleks menepak sendok yang di pegang Yohan, sendok itu lantas jatuh dengan bunyi yang nyaring.
Pranggg....
Bunyi itu menggema di ruangan itu, membuat Ken dan semua pelayan seketika berdatangan.
"Ada apa Tuan muda?" Ken berjalan menghampiri mereka. Yohan masih nampak terdiam dengan raut wajah tak terbaca.
"Ma--maaf, A--aku tidak bermaksud--," ucap Safira terpotong oleh Ken.
"Apa yang telah kau lakukan, hah?!" Tanya Ken pada Safira dengan pandangan membunuh.
"Ken!" geram Yohan, membuat Ken kembali mundur dan menundukkan pandangan.
"Tidak papa aku mengerti, kita tidak saling mengenal sebelumnya jadi kau perlu menyesuaikan diri untuk hubungan baru ini," Yohan tersenyum manis.
"Te--terima kasih, kau sudah mau mengerti dan maaf untuk yang barusan." Ucap Safira dengan perasaan bersalah.
"Sudah lupakan saja, tidak perlu minta maaf!" Yohan beranjak dari tempat duduknya, "kamu sepertinya masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri, aku tidak akan mengganggu mu, kamu bisa tidur dengan tenang di kamar mu!" Yohan berlalu dari ruang makan, di ikuti Ken di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
TK
semangat Thor 👍
2021-07-15
1