Pernikahan Tak Terduga
Kringgggg..
Suara alarm memekakkan telinga, seorang laki-laki terlihat menggeliat di atas kasur dalam balutan selimut. Dengan pelan ia bangun dari tidurnya lalu mematikan alarm yang terus saja berbunyi.
Di lihatnya jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Ia harus segera mempersiapkan semua keperluannya untuk pergi berangkat hari ini.
Namun, sebelum berkemas ia memilih melaksanakan shalat tahajud empat rakaat dan shalat witir 3 rakaat terlebih dahulu.
Setelah selesai shalat Sunnah, ia pun pergi ke ruang ganti untuk memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Tak lupa juga semua kebutuhan nya untuk satu bulan di negara orang.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu membuat laki-laki itu langsung menuju pintu kamarnya untuk membukakan pintu.
"Sudah shalat?" tanya Aria pada putranya Rafka Arsyah Rahardian.
"Sudah, Umi. Ini Rafka sedang berkemas," jawab Rafka dengan lembut.
Aria pun masuk ke dalam kamar Rafka lalu membantu menyiapkan semua kebutuhan putranya.
"Makanya kalau mau pergi-pergi dari kemarin-kemarin itu di siapkan, jangan di situ ingin berangkat di situ pula Abang sibuk," ucap Aria menasehati putra sulungnya.
"Iya, Umi. Rafka kan kemarin-kemarin sedang ada jadwal operasi katarak, jadi Rafka lelah dan malas menyiapkan pakaian Rafka," ucap Rafka membuat Aria tertawa kecil.
"Kan ada, Umi. Abang bisa bilang sama Umi, biar Umi yang bantu bereskan," sahut Aria.
"Rafka tidak mau merepotkan, Umi."
Aria tersenyum manis menatap sang putra. Rafka Arsyah Rahardian yang kini sudah berusia 27 tahun, seorang dokter muda spesialis mata.
Rafka tidak tertarik dengan bisnis padahal Gabriel ingin Rafka yang mengelola perusahaannya, namun karena Rafka lebih memilih menjadi dokter, Gabriel pun meminta Razka untuk mempelajari bisnis dan menggantikan sang kakak.
Setelah selesai berkemas Aria pun memilih keluar dari kamar Rafka. Sedangkan Rafka kini tengah duduk di ranjang sembari membuka ponselnya.
"Hm." Rafka tampak bergumam sembari melihat artikel yang memuat berita negara yang akan ia tinggali selama satu bulan kedepan.
Negara yang penduduk mayoritas nya adalah Islam sangat membuat Rafka tertarik. Ia pun mencoba mencari artikel, apakah di negara itu terdapat club malam. Dan ternyata ada, tapi tempatnya tidaklah berada di kawasan masyarakat yang ramai. Ada tempat-tempat tertentu dibangunnya club malam itu.
Itu tidak masalah bagi Rafka, toh ia tak akan berurusan dengan tempat zina itu.
Ia hanya akan bekerja selama satu bulan di negara itu lalu pulang ke rumah bertemu orang tuanya dan adiknya.
Beberapa jam kemudian.
Adzan subuh sudah berkumandang. Gabriel, Rafka dan Razka tampak sudah duduk di saf terdepan dalam masjid. Mereka sudah ada di mesjid sebelum adzan berkumandang.
Setelah selesai shalat subuh, mereka bertiga pulang dengan berjalan kaki sembari mengobrol.
"Jam berapa Abang berangkat?" tanya Razka yang berada di samping Rafka. Laki-laki itu sangat tampan namun memiliki tatapan yang tajam seperti Gabriel.
"Jam 9 Abang sudah harus ada di bandara, jadwalnya sih 9.40 tapi kan Abang harus cepat-cepat," jawab Rafka dengan nada lembut.
"Mengapa harus naik pesawat umum, naik pesawat milik Abi saja," saran Razka.
"Abang tidak mau, lebih nyaman kalau naik pesawat umum. Mana tau ketemu jodoh," ucap Rafka membuat kedua pria yang ada di dekatnya tertawa.
Tak terasa mereka pun sudah sampai di rumah. Aria sudah menanti kedatangan mereka bertiga dengan senyuman manis.
"Assalamualaikum, Umi." Mereka bertiga mengucapkan salam.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh." Aria mencium tangan Gabriel sedangkan Rafka dan Razka bergantian menciumi tangan Aria.
Aktivitas ini rutin dilakukan setiap paginya sehingga menambah keharmonisan dalam keluarga Aria dan Gabriel.
Di meja makan.
Keempat anggota keluarga itu kini tengah sarapan pagi, hari ini Aria memilih memasak sarapan untuk keluarga.
Setelah selesai sarapan, waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Rafka memilih berlari mengelilingi rumah untuk berolahraga. Laki-laki itu sangat rajin berolahraga setiap paginya, berbeda dengan Razka yang akan memilih bermain ponsel di pagi hari.
******
09.00
Jam sudah menunjukkan pukul 9, Rafka sudah ada di bandara, begitu juga dengan Gabriel, Aria dan Razka.
"Sesampainya di sana langsung telepon Umi yah, kasih kabar ke Umi." Aria memeluk putra sulungnya karena ini adalah pertama kalinya Rafka pergi ke negara orang. Jarak terjauh Rafka berpergian hanyalah di luar kota saja, itu pun ketika Rafka masih kuliah.
"Iya, Umi. Umi dan yang lainnya jaga kesehatan yah, doakan semoga Rafka bisa menyelesaikan tugas Rafka dengan baik."
Kini giliran Gabriel yang memeluk Rafka."Jangan lupakan shalat, mengaji, bersedekah. Ketika kau ingin melakukan kemaksiatan maka ingatlah bahwa Allah Maha melihat, siksa neraka itu amat pedih. Kerjakan saja apa yang menjadi tugas mu, lalu pulanglah dalam keadaan masih sama seperti kau berangkat ke negara orang," ucap Gabriel menasehati putra sulungnya.
"Baik, Abi. Terimakasih nasihat nya," balas Rafka tersenyum haru.
Kini giliran Razka pula. Tapi, bukan Razka yang menasehati melainkan Rafka lah yang menasehati adiknya itu.
"Jangan main handphone terus, shalat harus tepat waktu, emosi harus di kontrol yah, jangan membantah apapun yang dikatakan Umi dan Abi. ingat, Abi dan Umi adalah orang yang paling berjasa di hidup kita," ucap Rafka menepuk pundak sang adik. Meski lahir hanya berbeda hitungan detik, tapi sifat keduanya sangatlah berbeda.
"Iya," jawab Razka.
Setelah selesai Rafka pun pergi menaiki pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas.
Meninggalkan keluarga tercinta untuk satu bulan kedepan, semoga ia bisa mengerjakan tugas mulia itu dengan baik.
*******
Beberapa jam kemudian.
Pesawat mendarat dengan selamat, Rafka kini tengah menunggu taksi yang akan membawanya ke tempat tujuannya.
Setelah taksi datang, Rafka pun langsung naik dan mengatakan tujuannya. Mobil sudah melaju menuju sebuah kota kecil di negara ini. Rafka menutup matanya karena lelah, sekarang sudah sangat sore dan akan menjelang Maghrib. Perjalanan nya cukup lama tadi karena memang jarak negara ini lumayan jauh dari negaranya.
Jika nanti sudah sampai di apartemen yang sudah ia pesan di hari lalu, ia akan melaksanakan shalat Maghrib lalu mengaji sebentar, makan makanan yang ia bawa dari rumah lalu shalat isya, mengaji sebentar dan tidur. Ia benar-benar lelah.
Semoga ia cepat sampai ke apartemen, ia benar-benar ingin berbaring.
_
_
_
_
_
_
_
Hai, author menyapa.
Kembali lagi bersama author little rii, si penulis yang ceritanya banyak di hujat😅. Canda hujat.
Ini mengkisahkan Rafka yah, bukan si kembar. Jadi Rafka dan Razka itu benar novelnya. Lalu si Razka novelnya apa Thor?
Belum ku buat Bambang, tunggu bang Rafka selesai dulu yah😁
Semoga suka.
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Wanda Rahmat
lanjut bikin penasaran
2023-12-20
1
Mirnawati Mirna
lanjut
2023-10-19
0
Rubiah Rubiah
lanjut thor
2023-03-01
1