Kringgggg..
Suara alarm memekakkan telinga, seorang laki-laki terlihat menggeliat di atas kasur dalam balutan selimut. Dengan pelan ia bangun dari tidurnya lalu mematikan alarm yang terus saja berbunyi.
Di lihatnya jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Ia harus segera mempersiapkan semua keperluannya untuk pergi berangkat hari ini.
Namun, sebelum berkemas ia memilih melaksanakan shalat tahajud empat rakaat dan shalat witir 3 rakaat terlebih dahulu.
Setelah selesai shalat Sunnah, ia pun pergi ke ruang ganti untuk memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Tak lupa juga semua kebutuhan nya untuk satu bulan di negara orang.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu membuat laki-laki itu langsung menuju pintu kamarnya untuk membukakan pintu.
"Sudah shalat?" tanya Aria pada putranya Rafka Arsyah Rahardian.
"Sudah, Umi. Ini Rafka sedang berkemas," jawab Rafka dengan lembut.
Aria pun masuk ke dalam kamar Rafka lalu membantu menyiapkan semua kebutuhan putranya.
"Makanya kalau mau pergi-pergi dari kemarin-kemarin itu di siapkan, jangan di situ ingin berangkat di situ pula Abang sibuk," ucap Aria menasehati putra sulungnya.
"Iya, Umi. Rafka kan kemarin-kemarin sedang ada jadwal operasi katarak, jadi Rafka lelah dan malas menyiapkan pakaian Rafka," ucap Rafka membuat Aria tertawa kecil.
"Kan ada, Umi. Abang bisa bilang sama Umi, biar Umi yang bantu bereskan," sahut Aria.
"Rafka tidak mau merepotkan, Umi."
Aria tersenyum manis menatap sang putra. Rafka Arsyah Rahardian yang kini sudah berusia 27 tahun, seorang dokter muda spesialis mata.
Rafka tidak tertarik dengan bisnis padahal Gabriel ingin Rafka yang mengelola perusahaannya, namun karena Rafka lebih memilih menjadi dokter, Gabriel pun meminta Razka untuk mempelajari bisnis dan menggantikan sang kakak.
Setelah selesai berkemas Aria pun memilih keluar dari kamar Rafka. Sedangkan Rafka kini tengah duduk di ranjang sembari membuka ponselnya.
"Hm." Rafka tampak bergumam sembari melihat artikel yang memuat berita negara yang akan ia tinggali selama satu bulan kedepan.
Negara yang penduduk mayoritas nya adalah Islam sangat membuat Rafka tertarik. Ia pun mencoba mencari artikel, apakah di negara itu terdapat club malam. Dan ternyata ada, tapi tempatnya tidaklah berada di kawasan masyarakat yang ramai. Ada tempat-tempat tertentu dibangunnya club malam itu.
Itu tidak masalah bagi Rafka, toh ia tak akan berurusan dengan tempat zina itu.
Ia hanya akan bekerja selama satu bulan di negara itu lalu pulang ke rumah bertemu orang tuanya dan adiknya.
Beberapa jam kemudian.
Adzan subuh sudah berkumandang. Gabriel, Rafka dan Razka tampak sudah duduk di saf terdepan dalam masjid. Mereka sudah ada di mesjid sebelum adzan berkumandang.
Setelah selesai shalat subuh, mereka bertiga pulang dengan berjalan kaki sembari mengobrol.
"Jam berapa Abang berangkat?" tanya Razka yang berada di samping Rafka. Laki-laki itu sangat tampan namun memiliki tatapan yang tajam seperti Gabriel.
"Jam 9 Abang sudah harus ada di bandara, jadwalnya sih 9.40 tapi kan Abang harus cepat-cepat," jawab Rafka dengan nada lembut.
"Mengapa harus naik pesawat umum, naik pesawat milik Abi saja," saran Razka.
"Abang tidak mau, lebih nyaman kalau naik pesawat umum. Mana tau ketemu jodoh," ucap Rafka membuat kedua pria yang ada di dekatnya tertawa.
Tak terasa mereka pun sudah sampai di rumah. Aria sudah menanti kedatangan mereka bertiga dengan senyuman manis.
"Assalamualaikum, Umi." Mereka bertiga mengucapkan salam.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh." Aria mencium tangan Gabriel sedangkan Rafka dan Razka bergantian menciumi tangan Aria.
Aktivitas ini rutin dilakukan setiap paginya sehingga menambah keharmonisan dalam keluarga Aria dan Gabriel.
Di meja makan.
Keempat anggota keluarga itu kini tengah sarapan pagi, hari ini Aria memilih memasak sarapan untuk keluarga.
Setelah selesai sarapan, waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Rafka memilih berlari mengelilingi rumah untuk berolahraga. Laki-laki itu sangat rajin berolahraga setiap paginya, berbeda dengan Razka yang akan memilih bermain ponsel di pagi hari.
******
09.00
Jam sudah menunjukkan pukul 9, Rafka sudah ada di bandara, begitu juga dengan Gabriel, Aria dan Razka.
"Sesampainya di sana langsung telepon Umi yah, kasih kabar ke Umi." Aria memeluk putra sulungnya karena ini adalah pertama kalinya Rafka pergi ke negara orang. Jarak terjauh Rafka berpergian hanyalah di luar kota saja, itu pun ketika Rafka masih kuliah.
"Iya, Umi. Umi dan yang lainnya jaga kesehatan yah, doakan semoga Rafka bisa menyelesaikan tugas Rafka dengan baik."
Kini giliran Gabriel yang memeluk Rafka."Jangan lupakan shalat, mengaji, bersedekah. Ketika kau ingin melakukan kemaksiatan maka ingatlah bahwa Allah Maha melihat, siksa neraka itu amat pedih. Kerjakan saja apa yang menjadi tugas mu, lalu pulanglah dalam keadaan masih sama seperti kau berangkat ke negara orang," ucap Gabriel menasehati putra sulungnya.
"Baik, Abi. Terimakasih nasihat nya," balas Rafka tersenyum haru.
Kini giliran Razka pula. Tapi, bukan Razka yang menasehati melainkan Rafka lah yang menasehati adiknya itu.
"Jangan main handphone terus, shalat harus tepat waktu, emosi harus di kontrol yah, jangan membantah apapun yang dikatakan Umi dan Abi. ingat, Abi dan Umi adalah orang yang paling berjasa di hidup kita," ucap Rafka menepuk pundak sang adik. Meski lahir hanya berbeda hitungan detik, tapi sifat keduanya sangatlah berbeda.
"Iya," jawab Razka.
Setelah selesai Rafka pun pergi menaiki pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas.
Meninggalkan keluarga tercinta untuk satu bulan kedepan, semoga ia bisa mengerjakan tugas mulia itu dengan baik.
*******
Beberapa jam kemudian.
Pesawat mendarat dengan selamat, Rafka kini tengah menunggu taksi yang akan membawanya ke tempat tujuannya.
Setelah taksi datang, Rafka pun langsung naik dan mengatakan tujuannya. Mobil sudah melaju menuju sebuah kota kecil di negara ini. Rafka menutup matanya karena lelah, sekarang sudah sangat sore dan akan menjelang Maghrib. Perjalanan nya cukup lama tadi karena memang jarak negara ini lumayan jauh dari negaranya.
Jika nanti sudah sampai di apartemen yang sudah ia pesan di hari lalu, ia akan melaksanakan shalat Maghrib lalu mengaji sebentar, makan makanan yang ia bawa dari rumah lalu shalat isya, mengaji sebentar dan tidur. Ia benar-benar lelah.
Semoga ia cepat sampai ke apartemen, ia benar-benar ingin berbaring.
_
_
_
_
_
_
_
Hai, author menyapa.
Kembali lagi bersama author little rii, si penulis yang ceritanya banyak di hujat😅. Canda hujat.
Ini mengkisahkan Rafka yah, bukan si kembar. Jadi Rafka dan Razka itu benar novelnya. Lalu si Razka novelnya apa Thor?
Belum ku buat Bambang, tunggu bang Rafka selesai dulu yah😁
Semoga suka.
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
Allahu Akbar Allahu Akbar.
Suara adzan berkumandang pertanda waktunya melaksanakan shalat Maghrib. Tampak banyak orang-orang yang kini berjalan beramai-ramai atau sendirian menuju masjid untuk melakukan ibadah kepada Sang Maha pencipta.
Setelah adzan dan Iqomah selesai, shalat Maghrib pun dilaksanakan di masjid maupun yang ada di rumah.
Di sebuah kos-kosan tepatnya dalam sebuah kamar. Seorang wanita muda tengah berdandan cantik dengan make-upnya. Malam ini ia akan pergi keluar bersama pacarnya, bukan malam ini saja sebenarnya, melainkan malam-malam sebelumnya pun ia tetap jalan-jalan bersama pacarnya setelah Maghrib.
"Mau kemana Key?" tanya teman wanita itu yang baru saja selesai shalat Maghrib.
"Biasa," jawab Keyla Nadhifa Almaira. Seorang wanita berusia 25 tahun.
"Apa kau tidak mau shalat dulu, kau tidak pernah shalat, Key." Teman Keyla mencoba menasehati.
"Aku sudah memakai make-up, nanti luntur lagi. Lain kali saja," jawab Keyla terus mengolesi bibirnya dengan lipstik.
"Key, sadarlah. Kau sudah terlalu jauh dari Allah, Key. Sebaiknya kau cepat-cepat putuskan pacar mu itu dan bertaubat," tegur teman Keyla yang bernama Sinta.
"Memangnya kau sudah dijamin masuk surga hingga bisa menyuruhku bertaubat. Apa kau pikir dengan kau shalat setiap hari kau dijamin masuk surga?" tanya Keyla ketus.
"Memang aku belum tentu mendapatkan surga key, tapi apa salahnya jika aku mengingatkan mu. Kalau yang shalat saja belum tentu masuk surga lalu bagaimana dengan yang tidak shalat, key?" jawab Sinta mencoba membuat temannya itu untuk segera bertaubat.
"Dengarkan aku yah, Sin. Apapun yang aku lakukan itu urusan ku, bukan urusanmu. Jika kau tak menyukaiku aku akan pindah, lagi pula pacarku sudah membelikan apartemen untuk ku. Kau tak perlu repot-repot berkoar-koar untuk memintaku bertaubat. Aku akan bertaubat jika aku sudah kaya, mengerti!" tegas Keyla berdiri mengambil tas branded nya.
"Yah, kau memang akan mendapatkan semua yang kau inginkan, Key. Mulai dari apartemen, barang branded, uang yang banyak. Tapi, kau membayar semua yang kau inginkan dengan tindakan yang salah," sinis Sinta yang sudah muak dengan tingkah Keyla.
"Jaga bicara mu yah, Sin! Kau itu baru saja selesai shalat tapi mulutmu sangat kotor! Memangnya kau sudah sangat suci, ha? Kita hanya beda jalan dalam berbuat dosa, Sin! Lagi pula aku tidak menjual harga diriku, aku hanya bersenang-senang saja!" tegas Keyla membuka pintu dengan kasar.
"Pergilah, pergi dari sini dan temui pacar mu yang hebat itu! Kalau bisa jangan pulang-pulang! Dasar keras kepala," ketus Sinta memilih masuk ke kamar mandi.
"Aku tidak akan kembali, camkan itu! Barang-barang ku akan ku bawa nanti," balas Keyla lalu menutup pintu dengan keras.
Mendengar pintu yang di tutup dengan keras, Sinta keluar dari kamar mandi dan mengelus dadanya. Semenjak Keyla berpacaran dengan Alan, Keyla menjadi wanita yang pembangkang, suka keluar malam dan juga bermain di club malam.
"Semoga pintu hidayah terbuka untuk mu, Key."
****
Keyla berjalan menuju halaman kos-kosan dengan wajah kesal. Ia sangat malas jika di nasehati, seolah-olah ialah yang paling hina di dunia ini.
Namun wajah kesal itu langsung berganti dengan wajah gembira ketika sebuah mobil mewah datang memasuki halaman kos.
Dengan senyuman yang merekah, Keyla berjalan menuju mobil lalu masuk ke mobil itu.
"Malam, honey." Keyla menyapa.
"Malam juga, honey," sapa balik Alan selaku pacar Keyla.
"Malam ini kita mau kemana?" tanya Keyla menatap wajah Alan yang tampak sangat tampan.
"Hm, bagaimana kalau ke club saja?" tawar Alan tersenyum sensual.
"Boleh, tapi dengan satu syarat."
"Apa itu, sayang? Katakan saja, aku akan melakukan apapun untuk mu," ucap Alan membuat Keyla senang.
"Nanti saja kalau sudah sampai di club." Mobil pun melaju menuju pusat kota yang ramai dan juga penuh hiburan malam.
Inilah keseharian Keyla, pergi jalan-jalan bersama sang kekasih. Menghabiskan malam dengan perbuatan maksiat, pergi ke club bahkan berpacaran di hotel.
****
Di sisi lain.
Rafka baru saja selesai makan setelah mengaji tadi sebentar. Ia makan sembari melakukan video call dengan Umi, Abi dan Razka.
"Apa masih enak?" tanya Aria melihat anaknya yang lahap memakan bekal yang ia siapkan. Padahal Rafka bisa membeli, tapi laki-laki itu memilih ingin makan masakan Umi-nya.
"Masih," jawab Rafka mencuci tangannya karena ia sudah selesai makan.
Rafka pun menyimpan piring dan juga gelas lalu kembali duduk di meja makan.
"Coba lihat apartemen Abang," pinta Razka.
Dengan senang hati Rafka memperlihatkan bentuk dalam apartemen nya. Apartemen dengan satu kamar, dapur dan ruang tamu.
"Kenapa tidak pilih apartemen yang besar?" tanya Razka. Jika ia ada diposisi abangnya, ia akan memilih apartemen yang besar dan mewah.
"Untuk apa? Kan sama saja." Rafka kembali duduk di meja makan.
"Tidak sama, kalau apartemen yang besar dan mewah itu punya ciri khasnya sendiri. Kalau Abang tinggal di apartemen kecil seperti itu lalu bagaimana jika kami datang ke sana? Kami mau tidur dimana?" oceh Razka membuat Aria dan Gabriel hanya bisa tertawa sembari mendengar saja.
"Kalau kalian datang kita tidur di lantai saja, Abang akan membelikan karpet yang tebal nanti." Benar-benar tak habis pikir, Rafka itu sangatlah perhitungan kalau untuk diri sendiri, kalau untuk orang lain Rafka akan dengan senang hati memberikan uangnya.
"Ah, terserah Abang sajalah."
Rafka tampak tertawa melihat wajah kesal adiknya. Adiknya itu memanglah sangat suka dengan kemewahan dan juga fasilitas yang lengkap. Walau begitu, Razka bukanlah orang yang sangat ketergantungan dengan harta. Hanya saja prinsip laki-laki itu adalah jika ada uang kenapa tidak digunakan.
"Yasudah, kalau begitu pergilah istirahat. Kau pasti lelah," sela Gabriel.
"Belum isya, Abi."
"Lah? Belum yah? Di sini sudah," ucap Gabriel.
"Abi, Rafka ini di luar negeri bukan luar kota," ucap Rafka terkekeh melihat wajah Abi nya yang tampak kebingungan.
"Oh, iya juga yah." Gabriel tertawa diikuti anggota keluarga nya. Perbincangan yang hangat bukan.
"Apartemen mu dekat dengan masjid?" tanya Gabriel.
"Dekat, Abi. Bisa jalan kaki," jawab Rafka.
"Besok belilah mobil mu agar kau bisa dengan mudah ke rumah sakit."
"Iya, Abi."
"Sudah mendekati waktu shalat isya, Abi. Kita sudahi dulu video call nya yah, sampai jumpa lagi. Jaga kesehatan, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh."
Tut
Tut
Panggilan video pun berakhir, Rafka langsung pergi bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Walau ia lelah, tapi ia tak mau ketinggalan shalat di masjid.
Setelah membersihkan wajah dan mengambil air wudhu serta mengganti pakaiannya. Rafka pun pergi ke masjid dengan berjalan kaki. Senyuman nya terbit begitu saja ketika melihat anak-anak kecil yang berlarian sembari tertawa menuju masjid.
_
_
_
_
_
_
Eum, bang Rafka 😌 Maukah kau menjadi imam author 😭😂
jangan lupa like komen dan juga vote nya. Agar author makin semangat untuk update nya.
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
Setelah shalat isya Rafka kini masih berjalan menuju apartemen nya. Namun terlintas dipikirannya untuk membeli cemilan. Tapi, dimana ia membeli cemilan?
"Assalamualaikum, pak.saya boleh bertanya?" sapa Rafka pada bapak-bapak yang sedang mengobrol.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh, silahkan nak."
"Hm, jalan menuju supermarket dimana pak? Saya pendatang baru di sini," tanya Rafka.
"Oh, lewat sana nak. Jaraknya sedikit jauh dari sini," jawab bapak tadi.
"Pesan taksi online saja kalau mau pergi ke sana," saran mereka.
"Oh, terimakasih yah pak. Saya pamit dulu, assalamualaikum."
"Sama-sama, wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh."
Rafka pun melanjutkan perjalanannya menuju apartemennya. Ia akan mengganti pakaiannya terlebih dahulu, sebelum itu ia memesan taksi online menggunakan ponselnya.
Niat hati mau tidur tapi perutnya masih lapar.
Setelah selesai berganti pakaian, Rafka pun kembali turun karena taksinya sudah datang.
Rafka pun langsung masuk ke dalam taksi dan mengatakan tujuannya.
Mungkin besok Rafka akan mencoba melihat kembali lokasi apartemen yang strategis, dekat dengan masjid dan juga pusat perbelanjaan. Karena tergiur harga murah jadi Rafka memilih apartemen yang sekarang ia tempati.
Padahal bang Rafka holang kaya wkwkwkwk
Sesampainya di tempat belanja, Rafka langsung masuk dan memilih makanan apa yang ingin ia makan.
*****
Di sisi lain. Dua insan sedang menikmati bisingnya suara musik di club.
"Sayang, kau janji akan menuruti kemauan ku kan?" bisik Keyla pada Alan yang sedang merokok.
"Iya sayang,"jawab Alan pelan.
"Aku mau ini," ucap Keyla menunjukkan sebuah foto kalung berlian yang terlihat mewah.
"Em, nanti aku belikan."
"Besok harus ada yah," tuntut Keyla.
"Tidak bisa, sayang. Kalung itu harus di tempah dulu, jadi butuh beberapa hari," ucap Alan berharap Keyla mengerti. Tentunya ia akan membelikan kalung itu untuk Keyla.
"Tidak mau, honey. Aku maunya besok!" ketus Keyla.
"Tidak bisa, sayang. Itu kalung mahal bukan murahan jadi butuh proses," ucap Alan.
"Ck, kau itukan orang kaya jadi kau bisa meminta percepatan waktu," ucap Keyla meraih tas nya.
"Mengapa kau tak mengerti, Key! Aku bilang tidak bisa yah tidak bisa!" bentak Alan marah karena Keyla tak kunjung mengerti. Banyak pasang mata yang menatap mereka membuat Keyla malu dan kesal.
"Kau membentak ku!" lirih Keyla membuat Alan semakin pusing.
"Maafkan aku, sayang. Aku hanya kesal," ucap Alan kembali merendahkan suaranya.
"Aku akan pulang," ucap Keyla berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari club.
"Key, maafkan aku. Aku tidak sengaja, jangan marah sayang." Alan berdiri lalu mengejar Keyla.
"Aku ingin pulang. Tentang kalung itu, lupakan saja." Keyla pun berjalan keluar dengan memakai sweater panjang.
"Aku antar yah," bujuk Alan.
"Tidak perlu, Alan. Aku ingin sendiri, aku bisa menjaga diriku sendiri. Lanjutkan saja aktivitas mu," ucap Keyla melepas tangannya dari genggaman Alan lalu pergi meninggalkan Alan yang masih terdiam membatu.
Alan menggerutu kesal melihat kepergian kekasihnya itu. Sangat susah dimengerti.
Di luar sana. Keyla berjalan dengan wajah kesal. Bagaimana tidak? Kekasihnya yang kaya itu tak mampu menuruti keinginannya padahal ia telah mengikuti kemauan Alan.
Yah beginilah hidup Keyla ia berpacaran dengan Alan lalu mengikuti jejak Alan yang yang nakal. Pergi ke club, pacaran di tempat gelap-gelap. Tapi untungnya Keyla belum pernah memberikan kesuciannya pada Alan. Hanya itu yang masih ia pertahankan sebagai seorang wanita.
Keyla dan Alan sudah 3 tahun berpacaran dan dari pacaran itu Keyla mendapatkan semua barang yang ia inginkan. Berulang kali Alan meminta Keyla tidur bersamanya, tapi Keyla menolak. Ia masih takut kalau sudah ke jenjang seperti itu.
"Akhhh! Kesal." Keyla berteriak kesal.
Ia pun menghentikan taksi lalu naik ke taksi itu dan mengatakan tujuannya.
Di dalam mobil tampak Keyla menutup matanya. Jika ia pulang ke apartemen yang dibelikan Alan, Alan pasti tidak akan jera dan terus berbuat kesalahan yang membuat Keyla kesal. Tapi, jika ia kembali ke kos, nanti Sinta malah menyindirnya.
Halah, toh kos itu masih ada uangnya. Jadi, ia bisa pergi ke kos dengan sesukanya. Lagi pula barang-barangnya masih ada di kos.
"Berhenti di supermarket yah pak," ucap Keyla.
Mobil pun berhenti tepat di depan super market.Keyla ingin membeli sesuatu untuk Sinta agar tidak marah lagi. Ketika ia keluar dari taksi, seseorang menarik tasnya dengan keras lalu berlari meninggalkan Keyla.
"Pencuri!" teriak Keyla mengejar pencuri itu.
"Hei berhenti kau!" teriak Keyla Tak ada yang peduli atau mencoba mengejar pencuri itu, mereka hanya melihat saja.
Hingga pencuri itu tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang ternyata adalah Rafka.
"Astaghfirullah, hati-hati pak," ucap Rafka namun yang menabraknya langsung pergi.
"Tangkap pencurinya!" teriak Keyla membuat Rafka kebingungan.
"Tolong, tolong tangkap pencurinya. Dia mengambil tas ku," pinta Keyla memohon sembari ngos-ngosan.
Rafka pun akhirnya membantu wanita yang tak ia kenal itu. Dengan cepat ia berlari mengejar pencuri itu. Bukan Rafka namanya kalau larinya tidak cepat, sebab laki-laki itu sangat sering berolahraga lari.
Tampak pencuri itu masuk ke dalam gang yang gelap. Rafka tetap mengejarnya begitu juga dengan Keyla. Rafka menghentikan langkahnya, gang itu terlalu gelap hingga ia tak bisa melihat apapun. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menghidupkan senter.
Pencuri itu sudah hilang.
"Mana pencurinya?" tanya Keyla mencoba mengatur nafasnya.
"Aku tidak tau," jawab Rafka memutar tubuhnya berniat untuk kembali.
"Tidak tau katamu! Kau yang mengejarnya tadi, mengapa kau melepaskannya!" ketus Keyla kesal pada laki-laki yang ada dihadapannya.
"Gang ini terlalu gelap, aku tak bisa melihat." Rafka memilih berjalan meninggalkan Keyla.
"Hei tunggu! Bagaimana denganku?" Keyla menyusul Rafka.
"Bukan urusan ku, Bu." Keyla membulatkan matanya, bagaimana bisa ada orang yang memanggilnya ibu.
"Aku bukan ibu-ibu!" kesal Keyla.
"Oh."
Ketika Rafka ingin keluar, tiba-tiba saja ada segerombolan pria yang datang dari mulut gang. Mereka tampak membawa senter dan juga kayu.
"Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" tanya salah satu dari mereka.
"Kami mengejar pencuri, tapi pencurinya kabur." Rafka mengatakan yang sebenarnya.
"Lalu kalian menikmati malam bersama di gang yang gelap ini, yah."
"Astaghfirullah, pak. Itu tidak benar," sangkal Rafka.
"Ayo keluar!"
Mereka pun membawa Rafka dan Keyla keluar dari gang lalu kembali mengintrogasi.
"Cepat jujur, apa yang kalian lakukan di sana!"
"Kami tidak melakukan apa-apa, pak. Kami hanya mengejar pencuri," jawab Rafka.
"Halah, mana ada maling mau ngaku. Bawa saja mereka ke balai kota," sela salah satu dari mereka semakin membuat suasana panas.
"Tidak pak, kami tidak bersalah."
"Kalian pilih ikut kami atau kami akan menyeret kalian hingga warga-warga tau kelakuan kalian!" ancam mereka.
Rafka pun akhirnya pasrah dan memilih mengikuti bapak-bapak itu, ia tak salah. Dengan secepat mungkin ia menghubungi Abi dan Umi-nya. Semoga Abi nya bisa membantu menyelesaikan kesalahpahaman ini.
.
_
_
_
_
_
_
Owalah, bang Rafka kena fitnah🤦🏼♀️
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!