Bertaubatlah Key.

Allahu Akbar Allahu Akbar.

Suara adzan berkumandang pertanda waktunya melaksanakan shalat Maghrib. Tampak banyak orang-orang yang kini berjalan beramai-ramai atau sendirian menuju masjid untuk melakukan ibadah kepada Sang Maha pencipta.

Setelah adzan dan Iqomah selesai, shalat Maghrib pun dilaksanakan di masjid maupun yang ada di rumah.

Di sebuah kos-kosan tepatnya dalam sebuah kamar. Seorang wanita muda tengah berdandan cantik dengan make-upnya. Malam ini ia akan pergi keluar bersama pacarnya, bukan malam ini saja sebenarnya, melainkan malam-malam sebelumnya pun ia tetap jalan-jalan bersama pacarnya setelah Maghrib.

"Mau kemana Key?" tanya teman wanita itu yang baru saja selesai shalat Maghrib.

"Biasa," jawab Keyla Nadhifa Almaira. Seorang wanita berusia 25 tahun.

"Apa kau tidak mau shalat dulu, kau tidak pernah shalat, Key." Teman Keyla mencoba menasehati.

"Aku sudah memakai make-up, nanti luntur lagi. Lain kali saja," jawab Keyla terus mengolesi bibirnya dengan lipstik.

"Key, sadarlah. Kau sudah terlalu jauh dari Allah, Key. Sebaiknya kau cepat-cepat putuskan pacar mu itu dan bertaubat," tegur teman Keyla yang bernama Sinta.

"Memangnya kau sudah dijamin masuk surga hingga bisa menyuruhku bertaubat. Apa kau pikir dengan kau shalat setiap hari kau dijamin masuk surga?" tanya Keyla ketus.

"Memang aku belum tentu mendapatkan surga key, tapi apa salahnya jika aku mengingatkan mu. Kalau yang shalat saja belum tentu masuk surga lalu bagaimana dengan yang tidak shalat, key?" jawab Sinta mencoba membuat temannya itu untuk segera bertaubat.

"Dengarkan aku yah, Sin. Apapun yang aku lakukan itu urusan ku, bukan urusanmu. Jika kau tak menyukaiku aku akan pindah, lagi pula pacarku sudah membelikan apartemen untuk ku. Kau tak perlu repot-repot berkoar-koar untuk memintaku bertaubat. Aku akan bertaubat jika aku sudah kaya, mengerti!" tegas Keyla berdiri mengambil tas branded nya.

"Yah, kau memang akan mendapatkan semua yang kau inginkan, Key. Mulai dari apartemen, barang branded, uang yang banyak. Tapi, kau membayar semua yang kau inginkan dengan tindakan yang salah," sinis Sinta yang sudah muak dengan tingkah Keyla.

"Jaga bicara mu yah, Sin! Kau itu baru saja selesai shalat tapi mulutmu sangat kotor! Memangnya kau sudah sangat suci, ha? Kita hanya beda jalan dalam berbuat dosa, Sin! Lagi pula aku tidak menjual harga diriku, aku hanya bersenang-senang saja!" tegas Keyla membuka pintu dengan kasar.

"Pergilah, pergi dari sini dan temui pacar mu yang hebat itu! Kalau bisa jangan pulang-pulang! Dasar keras kepala," ketus Sinta memilih masuk ke kamar mandi.

"Aku tidak akan kembali, camkan itu! Barang-barang ku akan ku bawa nanti," balas Keyla lalu menutup pintu dengan keras.

Mendengar pintu yang di tutup dengan keras, Sinta keluar dari kamar mandi dan mengelus dadanya. Semenjak Keyla berpacaran dengan Alan, Keyla menjadi wanita yang pembangkang, suka keluar malam dan juga bermain di club malam.

"Semoga pintu hidayah terbuka untuk mu, Key."

****

Keyla berjalan menuju halaman kos-kosan dengan wajah kesal. Ia sangat malas jika di nasehati, seolah-olah ialah yang paling hina di dunia ini.

Namun wajah kesal itu langsung berganti dengan wajah gembira ketika sebuah mobil mewah datang memasuki halaman kos.

Dengan senyuman yang merekah, Keyla berjalan menuju mobil lalu masuk ke mobil itu.

"Malam, honey." Keyla menyapa.

"Malam juga, honey," sapa balik Alan selaku pacar Keyla.

"Malam ini kita mau kemana?" tanya Keyla menatap wajah Alan yang tampak sangat tampan.

"Hm, bagaimana kalau ke club saja?" tawar Alan tersenyum sensual.

"Boleh, tapi dengan satu syarat."

"Apa itu, sayang? Katakan saja, aku akan melakukan apapun untuk mu," ucap Alan membuat Keyla senang.

"Nanti saja kalau sudah sampai di club." Mobil pun melaju menuju pusat kota yang ramai dan juga penuh hiburan malam.

Inilah keseharian Keyla, pergi jalan-jalan bersama sang kekasih. Menghabiskan malam dengan perbuatan maksiat, pergi ke club bahkan berpacaran di hotel.

****

Di sisi lain.

Rafka baru saja selesai makan setelah mengaji tadi sebentar. Ia makan sembari melakukan video call dengan Umi, Abi dan Razka.

"Apa masih enak?" tanya Aria melihat anaknya yang lahap memakan bekal yang ia siapkan. Padahal Rafka bisa membeli, tapi laki-laki itu memilih ingin makan masakan Umi-nya.

"Masih," jawab Rafka mencuci tangannya karena ia sudah selesai makan.

Rafka pun menyimpan piring dan juga gelas lalu kembali duduk di meja makan.

"Coba lihat apartemen Abang," pinta Razka.

Dengan senang hati Rafka memperlihatkan bentuk dalam apartemen nya. Apartemen dengan satu kamar, dapur dan ruang tamu.

"Kenapa tidak pilih apartemen yang besar?" tanya Razka. Jika ia ada diposisi abangnya, ia akan memilih apartemen yang besar dan mewah.

"Untuk apa? Kan sama saja." Rafka kembali duduk di meja makan.

"Tidak sama, kalau apartemen yang besar dan mewah itu punya ciri khasnya sendiri. Kalau Abang tinggal di apartemen kecil seperti itu lalu bagaimana jika kami datang ke sana? Kami mau tidur dimana?" oceh Razka membuat Aria dan Gabriel hanya bisa tertawa sembari mendengar saja.

"Kalau kalian datang kita tidur di lantai saja, Abang akan membelikan karpet yang tebal nanti." Benar-benar tak habis pikir, Rafka itu sangatlah perhitungan kalau untuk diri sendiri, kalau untuk orang lain Rafka akan dengan senang hati memberikan uangnya.

"Ah, terserah Abang sajalah."

Rafka tampak tertawa melihat wajah kesal adiknya. Adiknya itu memanglah sangat suka dengan kemewahan dan juga fasilitas yang lengkap. Walau begitu, Razka bukanlah orang yang sangat ketergantungan dengan harta. Hanya saja prinsip laki-laki itu adalah jika ada uang kenapa tidak digunakan.

"Yasudah, kalau begitu pergilah istirahat. Kau pasti lelah," sela Gabriel.

"Belum isya, Abi."

"Lah? Belum yah? Di sini sudah," ucap Gabriel.

"Abi, Rafka ini di luar negeri bukan luar kota," ucap Rafka terkekeh melihat wajah Abi nya yang tampak kebingungan.

"Oh, iya juga yah." Gabriel tertawa diikuti anggota keluarga nya. Perbincangan yang hangat bukan.

"Apartemen mu dekat dengan masjid?" tanya Gabriel.

"Dekat, Abi. Bisa jalan kaki," jawab Rafka.

"Besok belilah mobil mu agar kau bisa dengan mudah ke rumah sakit."

"Iya, Abi."

"Sudah mendekati waktu shalat isya, Abi. Kita sudahi dulu video call nya yah, sampai jumpa lagi. Jaga kesehatan, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh."

Tut

Tut

Panggilan video pun berakhir, Rafka langsung pergi bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Walau ia lelah, tapi ia tak mau ketinggalan shalat di masjid.

Setelah membersihkan wajah dan mengambil air wudhu serta mengganti pakaiannya. Rafka pun pergi ke masjid dengan berjalan kaki. Senyuman nya terbit begitu saja ketika melihat anak-anak kecil yang berlarian sembari tertawa menuju masjid.

_

_

_

_

_

_

Eum, bang Rafka 😌 Maukah kau menjadi imam author 😭😂

jangan lupa like komen dan juga vote nya. Agar author makin semangat untuk update nya.

Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah

tbc.

Terpopuler

Comments

Ayni Sari

Ayni Sari

semoga ceritanya bagus

2024-01-26

0

Mimi Ilham

Mimi Ilham

mampir

2023-08-11

1

Nanda Lelo

Nanda Lelo

rafka turunan sifat uminya
razka Abi nya bgt tuh

2023-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!