Self Defense : Putri Ela
Pikiranmu dapat membunuh dirimu sendiri, jadi sebelum kau melakukan sesuatu pikir baik-baik secara berulang dan jangan terlalu panjang memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya skala berkala karena berpikir tanpa melakukan sama saja pembohong besar.
Manusia kerap sekali disandera oleh keadaan, seolah tak mampu melakukan apapun untuk bertahan pun sulit karena rasa ingin yang selalu saja dikekang dan hanya dapat terkenang. Ini tentang seorang anak yang kehidupannya selalu diambil oleh orang sekitarnya, yang paling dekat dengan dia, yang selalu menemani hari-harinya yang kacau menjadi malapetaka di kehidupannya.
Kali ini dia harus hidup seorang diri dan mempertahankan apa yang menjadi miliknya.
Ingin sekali menceritakan soal keinginan yang terpahat sepi akan kerangka besi yang setiap hari bertambah satu demi satu tak terkendali. Iya sering sekali meratapi mimpinya, inginnya dan rasa inginnya hanya di khayalan dan penentuan hidupnya ditetapkan dalam peraturan-peraturan yang harus diturutinya selalu dan hal tersebut tak dapat dielakkan olehnya.
Kisah itu terjadi begitu saja saat goresan benda tajam tepat mengiris pergelangan tangannya, ia tertunduk dan tersungkur tepat di bak mandi dengan air memenuhi bak mandinya dan derasnya air keran seolah orang di luar kamar mandi tersebut tak mendengar tangisnya. Tetesan darah dari goresan tangannya tak membuatnya kesakitan, air putih jernih berubah menjadi keruh kemerahan dan ia merendamkan badannya hingga membuat kepalanya ikut masuk dalam air bak tersebut, beberapa gelembung air dari mulutnya keluar seperti butiran buih lautan yang tak seberapa.
Iya tersadar dan membuka matanya sambil berkata dalam hati, “kukira aku sudah mati ternyata tuhan maha baik masih memperlakukanku dengan berbagai siksaannya di dunia sunyi ini, fana tak terkendali.”
Iya keluar dari pintu kamar mandi dengan mengenakan baju tidur dan membalut lukanya dengan perban, menatap tajam pada kaca kamar mandi. Menghela nafas dan mengambil gunting dan memotong rambut
panjang bergelombangnya.
“Say good bye, kamu sudah lama mati, jangan mencoba hidup kembali.” Lalu memecahkan kaca itu dengan tatapan sinis dan pergi tidur tanpa mengobati tangannya yang mengenai serpihan kaca tersebut.
Tangisnya mulai mederai dan seorang pria itu datang memeluknya dan mengobati lukanya itu setiap harinya. Tanpa berkata-kata dan banyak bicara.
Tepat menghempaskan badannya ke kasur disamping gadis itu sambil berkata, “Kau lelah dengan semua ini, kenapa masih kau berikan aku hidup. Kau masih lebih beruntung dari orang-orang kebanyakan.” Memeluk gadis itu dan gadis itu menutup mata dan terlelap dengan tangis mendekap lelaki itu.
Dipikirannya yah kalau lelah tidur dan berharap tak bangun kembali, karena bangun untuk menjalani hari lebih berat menurutnya ketimbang bermimpi dan bahagia dalam imaji.
"Jangan tidak bangun ya. Mengusap kepala gadis itu. Aku masih disini bersamamu dan menjagamu." Mengecup lembut kening gadis itu.
Matahari menembus jendela kaca kamar gadis itu, namanya Ela. Anak manusia yang sudah mulai beranjak dewasa itu terbangun dari tidurnya. Beranjak ke kamar mandi dan menyikat giginya, dan berkaca pada kaca yang setengah runtuh, sambil menggenggam sikat gigi dan melihatnya penuh dengan goresan dan darah kering sisah tadi malam, syukurlah goresan itu sudah dibalut rapi oleh lelaki itu.
Lelaki yang bernama Park Jisoo. "Lelaki yang tulus mencintai gadis aneh sepertiku." Batin gadis itu.
“Sialan jadi berbekas, aku kekurangan plaster lagi. Bergegas memakai seragam sekolah, berkaca merapikan rambut memakai jepitan dan memasangkan bet nama bertuliskan “Putri Ela” ginikan rapih, aku lupa memakai topi sambil tersenyum kecut dan cepat memakai sepatunya.
Mata melirik sekitar, kenapa matahari cepat sekali bersinar sambil menatap kearah matahari dan menghalau cahaya itu dengan tangan. "Sial, silau sekali. Berjalan perlahan di pinggir jalan. Ada teriakan memanggil namanya. Sialan, anak itu lagi." Dan bergegas menaiki bus yang sedari tadi ia tunggu tanpa menoleh kebelakang.
“Morning princess, gaya rambut baru? Hei kau dengar tidak.” Sambil duduk disampingnya.
Ela memilih memakai masker untuk menutupi luka di pipinya, dan tertidur tak menghiraukannya.
“la, Ela. Kita sudah sampai ayo turun.” Tanpa sadar menarik tangannya dan membuatnya terbangun dan mengikuti gerak laki-laki itu. Iya terbangun dengan spontan dan memandangi laki-laki itu, tinggi putih dan sangat ramah. Lalu melepaskan tangannya tepat di depan gerbang sekolah.
“Sakit bodoh.” Sentak Ela kepada lelaki itu.
“Eh, baru mau bicara ya? ada kemajuan. Kalau tidak kubangunkan dan kutarik kita mungkin sudah terlambat.” Gerutunya.
“Masa bodoh.” Pungkas gadis itu pada anak lelaki tersebut.
Ya Gerry, nama anak lelaki itu bernama Gerry. Seorang anak orang kaya kedua di kota Seoul, cucu paling kecil Pemilik perusahaan Global industri.
Ela dan Gerry memasuki ruangan.
Ela langsung duduk di kursinya dan dibantu Gerry untuk menariknya. Ela hanya menatap Gerry dengan sedikit sinis.
“Tak perlu merasa berterima kasih princess.” Bertingkah seakan dia pelayan gadis itu.
Ela tetap mengacuhkannya dan merapikan buku yang ada di laci mejanya.
“Gaya rambut baru yah?” ucap Karin mengejek.
Ela masih tak memperdulikan apapun yang dikatakannya. Melipat tangannya di meja dan tidur.
Gerry menatapnya dari seberang meja, dan tak mempedulikan Karin berbicara, berkemas menyiapkan buku-buku pelajaran.
“Kurang ajar ni anak, didiemin ngelunjak. Karin berdiri dari posisi awalnya menduduki meja belajarnya dan membuat Kania Lee dan Rena J ikut berdiri mengepung meja Ela. Kamu gak denger ya yang gua bilang?” Teriak gadis tersebut.
Ela bangkit dan memasang Earphone di telinganya dan melipat tangannya kembali untuk tidur. Dia seakan masa bodoh dengan omelan dan ocehan Karin, karena menurutnya menanggapi serangga kecil disekitarnya hanya akan menghabiskan tenaganya yang ingin disalurkan lewat tidur sepanjang
pelajaran di sekolah.
Merasa tak dihiraukan Karin menjambak rambut Ela yang membuat topi yang ia kenakan terjatuh di lantai, itu membuat teman-temannya satu ruangan kaget. membuat Kania dan Rena melebarkan tawa.
Ela masih saja diam tertidur tak menghiraukan apa yang dilakukan Karin padanya. Tiba-tiba dia berada dimana dia dulunya pernah berada pada tempat yang tak asing baginya dan melihat orang-orang yang amat dicintai dulunya.
Ela berjalan mendekati rumah pohon yang tak lain ada di halaman rumah neneknya. Ia melihat sosok anak kecil Iya terbangun dari mimpinya, memegang boneka kelincinya mengusap matanya yang baru terbangun. Hendak menangis, namun ia bingung bagaimana caranya turun dari rumah pohon dengan
anak tangga yang jarang sekali. Sebelum ia tau caranya pernah melihat seseorang tinggi kekar membawa pisau dan senapan membantai keluarga pamannya dan neneknya tepat di hadapannya.
Teriakan terdengar dari rumah nenek. Jedarrr. Darrr. Darrr. Tiba-tiba Ela menutup telinganya dan menangis tepat di bawah rumah pohon tersebut. Ia menangis dan melihat dirinya si anak kecil yang tidak tau apa-apa terdiam dan tercengang.
“Jangan turun jangan turun. Jangan.”
“Eh, lu gila ya, sambil menggoncang badan Ela.”
Ela terbangun dengan keringat dingin memandang Karin, Karin tercengang ketakutan dan mengambil topi yang tadi ia jatuhkan karena memukul Ela dan mencampakkan tepat di wajahnya. Sambil meninggalkannya pergi dengan Kania dan Rena.
Ela yang baru terbangun menatap kosong ke arah depan, Gerry langsung datang dan menanyai Ela, “ Are you Ok?”
Ela terbangun dan berdiri dari kursi keluar ruangan dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. “Gila, kenapa aku harus dihantui dengan kenangan itu. Dan kenapa aku memiliki potongan-potongan ingatan masa kecilku yang mengerikan itu? Kenapa aku tak mati saja saat itu? Kenapa aku menyuruh diriku sendiri untuk tidak turun? Kenapa?
Air terus mengalir, Ela masih saja mencuci mukanya berkali-kali agar menyadarkan dirinya bahwa semua sudah berlalu dan semua sudah lewat. Haruskah? Haruskah aku mengingatnya terus?” tanyanya pasra. Ingin memecahkan cermin kamar mandi sekolah dan ada tangan seseorang menariknya. Kau siapa?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments