Kita kerap sekali lupa dengan apa yang selalu ingin kita cita-citakan. Benar saja beberapa perlakukan membutuhkan pengakuan. Beberapa saat butuh waktu untuk bicara berdua, membicarakan hal apapun.
Kapasitasnya, jika kamu dapat menerima lebih banyak emosi dari cerita seseorang, terlebih pengaruh mental mereka
Bagaimana cara pandangmu terhadap hal tersebut?
Dan secara tak langsung membentuk mental lebih baik lagi, setelah mendengar pahami-pahami walau kebanyakan kamu tak mengalaminya langsung. Setidaknya mengertilah. "Dan hal tersebut yang hendak aku lakukan, agar aku tak terperangkap oleh rasa ingin dan hasrat orang lain dalam mengaturku agar aku tak mudah hancur." Saat itu juga Ela berkata dalam hati ditengah perjalanan menuju Kantor HK.
Dreeennnn...Dreeennn...Dreeen...
Sepeda motor itu melaju dengan kencangnya.
Palu telah dipukul, satu demi satu. Pengacara sekaligus sekretaris presdir pak Yang sudah berada di atas podium untuk berbicara. Lelaki itu mengetuk mic dan berkata. "Tes satu, dua yups, sudah ada suara. Baiklah para hadirin, 5 menit lagi kita akan memulai memasuki rapat direksi untuk pemilihan Direktur baru HK Grup, di mohon agar segera memutuskan suara untuk voting kali ini. Terimakasih." Ucapnya.
Kakek Ela memasuki ruangan, tak lama Istri kedua kakeknya dan Ibu Deren bersamaan dengan Deren. Sebelum duduk di ruangan melambaikan tangan dengan senyuman dan duduk sambil melipat kedua tangannya.
Ibu Deren Berbisik, "Kau harus memenangkan suara di rapat kali ini."
"Tenang saja Ibu, kakek sudah mengakui kualifikasi ku agar aku duduk sebagai Direktur." Memegang tangan wanita itu.
Tuan yang bersuara lagi, "Baiklah Voting akan kita mulai."
Motor melaju dengan kencangnya dan berhasil sampai di depan Gedung perusahaan HK Group. Ela melepas helm bersama Jiso memasuki pintu. Dan segera menaiki lift.
Suara pintu terbuka, saat setengah surah sudah terkumpul. Brakkkk...
"Ada apa ini, kenapa di tengah sidang ada yang datang." Ucap Ibu Deren
Beberapa paras pemegang saham menegang termasuk ibu Deren dan Istri kedua kakek.
Wanita yang baru masuk bersama lelaki itu menunduk dan berkata, " Maafkan saya saya terlambat, nama saya Ela Alderts." Dia menunduk dan menaruh tangan kanannya di dada dan segera berdiri tegak dan berjalan menuju kursinya yang berada tepat di samping Deren."
"Hey sweety kukira kau masih main kucing-kucingan dan bersembunyi di lembah atau suatu tempat karena takut gertakan dariku." hihi.
"Tenang saja, aku takkan lari atau menghindar. Jika kau naik, aku harus naik juga. Jika kau turun maka aku akan semakin diatas. hmmm." Mengacuhkan Deren dan menatap kakek.
"Sombong sekali kau wahai gadis kecil." Deren mencoba mengertak Ela namun dia tak peduli.
Pandangan Ela dan kakek saling bertemu, Ela tersenyum kepada kakek dan kakek membalas senyumannya dan berkata. "Cucuku yang penuh kejutan. hehe." tertawa kecil.
Tertawa kecil kakek Ela disadari oleh Istrinya yang ada di sampingnya. "Ada apa sayang? ada yang salah." bertanya dengan penuh penasaran.
"Tak apa-apa." jawab singkat kakeknya, dan memberi isyarat agar Pak Yang memulai kembali.
"Oh ternyata cucu tertua dari bapak Alderts yang telah lama berada di Indonesia kembali ke Korea. Baiklah kita mulai lagi Votingnya untuk pengangkatan Bapak Deren Alderts sebagai Direktur Di HK Grup." Ucap Pak Yang dari Atas podium.
Saat Petugas ingin mengumpulkan suara voting terdengar suara seorang pria yang berkata. "Maaf mengganggu. Selain pengangkatan Tuan Deren Sebagai Calon Direktur di Voting kali ini, saya Jiso Park menyarankan agar Nona Ela naik sebagai manajer di HK Grup, terimakasih." Usul lelaki itu.
Beberapa orang tercengang kembali, termasuk ibu dan nenek Deren.
Nenek Deren sekaligus Istri kedua Kekek Deren Angkat bicara, "Bagaimana bisa? sedangkan dia baru kembali kesini dan menduduki semester akhir?!"
Suara bergemuruh di ruangan rapat
Deren menatap Ela dan Ela menaikkan kedua tangannya seolah tak tau apa-apa dan kebingungan.
"Sudah-sudah, itu ide yang bagus. Saya juga setuju dengan hal itu." Ucap kakek.
Serentak Istrinya dan menantunya berkata. "Tapi Yah?!"
Kakek mengarahkan Pak Yang memulai Voting, sebelum iya berbicara Pak Han memotongnya. "Bagaimana bisa kita menaikkan anak yang belum genap 20 tahun ini memasuki perusahaan?" Ekspresi cemas.
Jiso membalas. "Sebagai kualifikasi yang sudah Nona Ela dapatkan di Indonesia di bagian sektor Perkembangan kebun teh di bogor walaupun dia bukan pemegang saham utama disana dia dapat mengembangkan usaha keluarga ibunya menjadi berkembang dan daun tehnya sudah terjual hampir di seluruh Indonesia. Dan."
Pak Han menyelah lagi, "Kita tidak bisa melihat dengan itu sa." sebelum sempat menyelesaikan ucapannya Jiso membalas memotong.
"Maaf pak Han, budayakan untuk tidak menyelah kata-kata anak muda ini karena saya belum selesai berbicara. Anda terlihat sangat tidak sopan sebagai orang tua." Tegasnya dengan mengacuhkan orang tersebut.
Hahahaha. Suara tawa Ela dan di sambut tawa kakek juga.
"Oops, sorry." kata Ela dan menaruh jari di tangannya seolah dia akan menutup mulutnya.
"Baiklah akan saya lanjutkan, perkembangan tanah di daerah pesisir pantai Ulsan dan sektor laut untuk pembuatan rumput laut sudah cukup berkembang atas kontrol langsung Nona Ela dan saya sebagai penanggung jawabnya. Dan yang terakhir Nona Ela memegang sahamnya sendiri di tambah saham Kedua orang tuanya makan sudah mencapai 68% dari suara belum termasuk dukungan dari saham saham saya sendiri. Terima Kasih." Ucap Jiso tegas.
Ela berdiri dan menatap tajam para pemegang saham di rapat direksi kali ini. "Hy guys, maaf maksud saya halo bapak ibu semua. Maaf sebelumnya saya datang mengejutkan banyak orang, benar sekali walaupun saya berada di bangku akhir sekolah saya meyakini bahwa saya mampu mengembangkan diri menjadi Manajer di HK Grup di bawah bimbingan langsung Kakek saya. Dan tak lupa saya memiliki ini. sambil menunjukkan kertas. Saya memiliki sebagian Saham yang ada. Saya mohon pertimbangannya untuk kalian semua. Terimakasih." Ela menutup dengan senyuman.
Beberapa orang menepuk tangan dan menyadari keberanian Ela dan Kakeknya juga menyetujui saran Ela.
Rapat Pun selesai semuanya keluar dari ruangan.
Ela bergegas pergi dari ruangan namun dihentikan oleh beberapa pengawal dan Jiso telah menunggu di parkiran.
"Ah. Ah. Au. Apa-Apaan kalian." Mengangkat paksa gadis itu.
Ela diseret memasuki Lift dan di dalamnya ada Kakeknya dan Tuan Yang. Sesampainya Ela di dalam Lift para pengawal melepaskannya.
"Lepaskan, kau membuat bajuku berantakan saja, saat lift terbuka. Eh kakek." tersenyum kaget
"Dasar anak nakal." satu jitakkan kecil mendarat di kepala Ela.
"Auuu.. sambil memegangi kepalanya. Kakeekkk!! sambil menghentakkan kakinya di lift dan merajuk, lihat rambutku jadi kacau." Merapikan rambutnya.
Pukulan mendarat kembali, "Dasar anak nakal. Ahhh Pukkk. Pukkk. Pukkk. Harusnya kau memberitahu rencanamu terhadap kakekmu yang sudah tua ini agar tidak kepikiran yang tidak-tidak tentangmu." Lelaki tua itu menghentikan pukulannya dan memeluk Ela.
"Maaf kakek. Ela membalas pelukannya. Ada banyak hal yang harus aku lakukan. Aku tak ingin kakek kepikiran lagi akan banyak hal." Gumangnya dengan ekspresi sebal
Pintu Lift terbuka.
"Aku pergi dulu ya kek." Ucapnya tergesa-gesa pergi.
"Tak bisakah kau tinggal di rumah?" Ucapnya.
"Disana sangat sesak, Aku akan pulang jika yang kucari sudah selesai." Melangkah keluar lift.
"Baiklah Hati-hati dijalan, selalu jaga kesehatan." Ucap lelaki itu.
"Kakek juga." Berjalan meninggalkan lift menuju parkiran karena Jiso sudah menunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments