Kebahagiaan adalah hasil dari sikap yang seseorang dalam melihat suatu masalah. Setiap hal tergantung mata, pikiran dan spontanitas kita dalam melakukan berbagai hal. Terlebih hal ini menjadi acuan dalam pengembangan diri, maka kuasailah pikiranmu sebelum pikiranmu sendiri yang menghancurkanmu kalau sekarang disebut dengan, "Overthinking."
Sebelum kejadian menghancurkan cermin kamar mandi.
Kita sering berpikir saat pikiran negatif mencoba merasuki fikir disaat itulah kamu akan merasa menjadi manusia paling menyedihkan bahkan menjadi korban dari kejahatan yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri. seperti biasa di setiap pagi tepat pukul 8 pagi, penyakit itu menyerang sistem kepalaku, hanya setengah hanya setengah dan denyutnya menyakitkan. istilah medis disebut dengan migrain. Denyutnya membuatku histeris benar saja beberapa ingatan di masa lampau berhasil menguasaiku. kedua tangan yang memegang kepala merasakannya sekali lagi.
Tangan ini berhasil meraih sebotol obat diatas meja itu namun terjatuh tepat di bawah kolong tempat tidur. "Sial, kenapa harus terjatuh." Tangan yang berusaha meraih dalam kegelapan tak sampai juga dan dapat. gebrak...Astaga kepalaku terantuk sebelum keluar dari bawah tempat tidur. Sial, sungguh sial sekali.
Sebuah cahaya mengkilat mendadak terlihat, warna merah pekat. itu apa ya, bergegas berdiri dan mengambil sebuah senter kecil untuk melihat benda apa yang ada di bawah kolong tempat tidur tersebut. uniknya tepat di bawah tempat tidur tersebut ada sebuah laci kecil yang terkunci. Haaa Cimmmmm. Sial, disini banyak sekali debu. Eh kenapa aneh sekali ya, bisa-bisanya di bawah Tempat tidur ini ada sebuah laci rahasia, aku harus cari dimana kuncinya. Rasa penasaran itu kuurungkan, dan bergegas mengambil segelas air hangat dan meminum obat sebelum segala sesuatunya menjadi kacau."
Dering telpon berbunyi.Kring. Kring. Kring.
Seolah tak mendengar, Ela mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk dan bergegas perlahan melihat ponsel dan melihat panggilan tak terjawab sebanyak 3x bertuliskan "Bukan Manusia" Mck... "Untuk apa manusia ini menghubungiku? ingin pamer dengan kekayaannya atau apa?"
Tingnung. Tingnung. Bel apartemennya berbunyi berkali-kali, sebelum Ela sempat melihat orang yang ada dibalik pintunya tersebut dan membuka pintunya. Suara tembakan terdengar dengan kerasnya. Dorr. Dorr. Dorr. Dengan cepat Ela menghindar dan peluru berhasil menghancurkan jam kayu yang ada di sampingnya, seketika membuat jam kayu itu mati tak berdetak kembali. Dengan cepat Ela menarik kerah baju lelaki yang tinggi putih tersebut. Lelaki itu dengan sigap mengangkat tangannya dan berkata, "surprise my sweety hihihi." sambil tertawa sinis membuat jengkel.
"Mau apa kau disini? sambil spontan memiting lehernya."
"Tahan-tahan," sambil menepuk tangan Ela yang sedari tadi mencekik kepalanya.
Dengan perlahan Ela merenggangkan pitingan nya dan memitingnya kembali sekuat tenaga sampai pistol di tangan kanan nya terjatuh dan suara teriakan terdengar.
"Jika kakek tak menyanyangimu sama sepertiku pasti sudah ku bunuh kau detik ini juga."
"Tenang sweety, tenang." Masih dengan mengangkat tangan dan sedikit menekuk hendak mengambil pistol namun berhasil di tendang cepat Ela memasuki bawa sofa.
"Jangan macam-macamnya." sambil menunjuk lelaki itu. Iya berdiri dan berpindah ke sofa dengan santainya.
"Kita sering melakukan hal ini dan melewati masa-masa paling kelam, jadi santai saja. Kau akan ingat hal-hal di masa kecil kita saat pelarian di Korut menuju Belanda, dan bersyukurlah jika saat ini kau bisa hidup damai di Indonesia."
"Masalahmu apa denganku? sambil berjalan ke belakang sofa tempat lelaki itu duduk. Yah lelaki ini adalah sepupuku, cucu kakek dari istri keduanya orang Korea asli, namanya Deren. Aku mengakui, berkat neneknya kami dapat selamat dari pengejaran tentara Korut saat itu hingga sampai kerumah utama kakek yang ada di Korea Selatan." ucapku dalam hati.
"Ayolah, waktumu seminggu lagi di Indonesia, minggu depan kau harus sampai di Korea. Jika kau tak ingin melihat kakek marah kau harus datang tepat waktu. Iya berdiri dan merapikan jas abu-abunya itu dengan rapi. Sampai ketemu di Incheon, jika sempat aku akan menjemputmu di bandara."
"Huuh...Pergilah, aku tak ingin melihat wajahmu, sungguh kau itu adalah pengganggu, tak bisakah kalian membiarkan aku hidup damai disini."
Sebelum keluar dari pintu, Deren mengangkat tangan kanannya, "Ayolah Sweety, kau harus cekatan dan bekerjasama dengan baik denganku pastinya. oh iya, titip pistolku ya. Oh iya, sebenarnya aku juga terpaksa mendatangimu karena paksaan dari kakek, jaga dirimu baik-baik saja dan turuti perintah kakek kalau kau tak mau mati, see you muach. Sambil menghilang dari balik pintu."
Kaki Ela gemetar dan lemas, dia tersungkur di lantai. "Mengapa mereka tak pernah melepaskanku untuk hidup damai dan aman disini. Nging, ahh. Kepalaku, Sambil memukul kepalanya dan pandangan terlihat gelap, Ela kehilangan kesadaran karena efek samping dari obat yang diminum menyebabkan kantuk berlebih. Sial, setengah sadar Ela pun masih menggerutu. Kalau saja Efek samping obatnya terjadi 30 menit lalu mungkin aku sudah mati tertembak Oleh Deren sialan itu dan sepertinya ada yang aneh dengan diriku. Dan kehilangan kesadaran.
**
Ela tak mengetahui dengan pasti penyakit apa yang ada di dalam tubuhnya, Ela terbangun di atas tempat tidur dengan selang infus yang tergantung di atas tempat tidur. Ela melihat, seorang wanita paruh baya yang mengurusnya selama ini di Indonesia. Ela segera bangkit dan dan membuat wanita itu terbangun.
"Nona? apakah sudah baikan," ucapnya.
"Sudah bik." Ela melihat sekitar dan Kamar apartemennya sudah rapi dan dibersihkan oleh wanita paruh baya itu. namanya Bik Ijah, nama panggilan kas di Indonesia. Wanita ini dari dulunya hingga saat ini adalah kepala keamanan keluarga Alderts.
"Maaf nona, saya terlambat datang dan lupa membawa vitamin nona. Harusnya saya datang lebih cepat agar kejadian ini tidak terjadi." sambil menunduk minta maaf.
"Tak apa bik, lagian bibik taukan Deren Alderts adalah anak dari keluarga Alderts yang memiliki 98% otak pengacau."
"Saya Akan menyiapkan keberangkatan nona untuk minggu depan. Tuan sudah memerintahkan saya mengurus semua yang nona perlukan untuk keberangkatan."
"Tenang bik, jangan cepat-cepat mengusirku dari sini banyak hal yang harus aku lakukan di waktu yang mepet ini. Semoga saja sempat, sambil menghela nafas dan bersandar di dinding tempat tidur."
"Baiklah nona, jika ada yang diperlukan akan segera saya persiapkan."
"Satu lagi bik, tolong persiapkan kebutuhan saya besok untuk kepergian ke Villa di Bogor."
"Ada apa non? kenapa ingin ke Bogor?"
"Ada barang saya yang tertinggal sewaktu berkunjung kesana."
"Baiklah akan saya persiapkan malam ini juga nona, apakah nona memerlukan supir?"
"Tidak usah, saya akan pergi sendiri dengan mobil. persiapkan saja segala sesuatunya."
"Siap nona, jika ada yang nona inginkan lagi beritahu saya segera." sambil berdiri dan berbalik membawa bubur ayam kesukaan Ela.
"Ya Tuhan, aku takkan bisa memakan Bubur ini lagi ketika mendarat ke Korea."
"Nona bisa saja."
"Sambil mengunyahnya. dan tersenyum." Dan kembali teringat akan ingatan masa kecilnya saat di Villa Bogor lalu Ela tersenyum. "Akhirnya aku tau sesuatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments