Asmara Sang Pelakor

Asmara Sang Pelakor

Aku bukan PELAKOR

Mariska Khairunnisa menatap tetesan air hujan diluar jendela yang jatuh membasahi bumi dengan seorang gadis kecil di pangkuannya yang sedang tertidur. Iska biasa di panggil mengelus dengan lembut rambut putri semata wayangnya yang sangat ia cintai dan tentunya keluarga satu-satunya yang Iska miliki saat ini.

Bukanlah sebuah kesalahan Mariana Qinan putri Iska terlahir ke dunia tetapi tentu saja hasil buah cintanya dengan sang kekasih Januar Raddan yang Iska panggil mas Janu.

5 tahun lalu tepatnya Iska melahirkan Ana seorang diri di rumah sakit tanpa ada yang mendampingi seorangpun. Karena ternyata kekasih yang sangat di cintainya sudah menikah mempunyai keluarga.

Seperti tersambar petir di siang hari bolong saat Iska mengetahui yang sebenarnya, saat Iska di labrak oleh Amalia Maharani isteri sah dari mas Janu.

"Jadi selama ini lo selingkuhan suami gue?" tanya Lia.

"Siapa yang Mbak maksud Suami?" tanya Iska heran.

"Masih saja ngelak lo ya!" Lia menyiram Iska dengan jus di mejanya.

Iska hanya tertegun dan merasa kaget juga. Tiba-tiba Janu kembali dari toilet dan menyaksikan isteri dan kekasihnya sedang bersama.

"Li-Lia ... apa yang yang sedang kau lakukan disini?" gagap Janu.

"Ini Janu suami gue!" tatapnya pada Iska.

Deg.

Iska terkejut mendengar ucapan wanita di hadapannya ternyata Janu yang selama 1 tahun terakhir di pacarinya sudah mempunyai isteri.

"Aku bisa jelasin semuanya Lia," mohon Janu.

"Hah Mas kau tega padaku dan berselingkuh dengannya!" Lia marah.

"Maafkan aku Lia. Aku tidak sengaja aku khilaf!" ucap Janu.

Iska yang mendengar ucapan Janu merasa kalau dirinya begitu hina dan seperti wanita yang tidak punya harga diri. Khilaf selama satu tahun dan sudah berhubungan melewati batas.

"Lo pasti goda-goda suami gue, kan?" tuduh Lia.

"Siapa yang goda suami Mbak? saya gak pernah melakukan itu. Tanya sendiri saja pada suami Mbak dia yang mengejar-ngejar saya," tatapan Iska tidak lepas dari Janu dengan penuh amarah di matanya.

"Dasar pelakor!" Lia menjambak rambut lebat Iska.

"Hentikan Mbak! sakit!" teriak Iska.

Mereka bertiga sudah menjadi tontonan semua orang yang berada di kafe itu. Tapi, Lia tidak menghentikan tindakannya dan terus menyakiti Iska. Janu mencoba memisahkan mereka tapi sangat sulit.

"Hentikan Lia hentikan." Janu mencoba menghentikan Lia.

"Diam Mas! perempuan ini harus di kasih pelajaran karena udah jadi Pelakor," ucap Lia.

"Mbak! saya bukan pelakor. Saya tidak pernah tahu kalau Mas Janu sudah menikah. Mas Janu selalu bilang padaku kalau dia masih bujang. Aku juga tidak sudi kalau tahu Mas Janu sudah menikah." Jelas Iska sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

"Heh yang namanya pelakor ya tetap pelakor tidak akan berubah dan selamanya akan terus begitu. PE-LA-KOR ...!" Lia masih emosi.

"Lia sudahlah jangan di teruskan malu di lihat oranglain," bujuk Janu.

"Siapa yang malu? aku tidak malu! kalian yang menanggung malu disini terutama si pelakor ini. Biarkan saja oranglain menonton dan tahu kalau perempuan ini adalah PE-LA-KOR!" Lia menggebu-gebu meluapkan amarahnya.

"Sudah Mbak ngomongnya? silahkan Mbak ambil suami Mbak yang brengs*k itu saya gak butuh!" tunjuk Iska. "Dan satu lagi untukmu Mas Janu. Jangan pernah cari-cari aku lagi aku kembalikan cincin darimu ini!" Iska melepaskan cincin di jari manisnya yang Janu berikan sebulan lalu.

"Jangan pernah ganggu aku lagi!" Iska pergi dari kafe itu tentunya dengan hujatan orang-orang disana yang meneriakinya pelakor.

Iska terpukul dengan kejadian yang baru saja dia alami tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan seperti ini. Selama ini Iska hanya membayangkan kebahagiaan yang akan di songsongnya bersama kekasih yang begitu di cintainya tapi itu ternyata hanyalah kesalahan.

Iska pulang ke rumahnya dengan menaiki taksi dengan matanya yang sembab Iska masuk ke dalam rumahnya. Rumah warisan dari orangtuanya yang sudah lama meninggal dan Iska sekarang memang tinggal hanya seorang diri.

Iska masuk ke dalam kamar membanting semua pigura yang berisikan fotonya bersama Janu membuang semua barang pemberian Janu dan tidak hentinya menangis.

"Mas Janu tega padaku! mas Janu pembohong! mas Janu tega!!!" Iska menangis histeris.

"Aku sudah berikan segalanya padamu mas. Bahkan kesucianku aku relakan untukmu karena aku yakin kalau kita akan menikah dan aku menjadi isterimu tapi apa mas apa ...."

Mbak Sarni tetangga Iska yang selama ini selalu baik pada Iska mendengar Iska menangis kemudian menghampirinya.

"Iska kamu kenapa? menangis sampai histeris seperti ini?" Sarni memeluk Iska.

Iska tidak sanggup berkata-kata lagi dan menangis di pangkuan Sarni.

"Sudahlah hentikan jangan menangis lagi. Istirahatlah!" Sarni menidurkan Iska di ranjangnya.

Tanpa keluar satu katapun dari mulutnya dan Iska sudah menghentikan tangisnya sampai akhirnya Iska tertidur karena cukup lelah menangis.

Sarni melihat sekitar kamar Iska yang sangat berantakan. Sarni sudah merasa kalau Iska seperti ini karena pacarnya Janu yang memang Sarni juga kenal karena sering datang ke rumah Iska. Sarni membereskan semuanya dan memutuskan untuk menginap di rumah Iska karena khawatir terjadi apa-apa kalau malam.

Sarni sudah seperti kakaknya sendiri dan keluarga Sarni juga selalu baik pada Iska.

Keesokan harinya. Iska terbangun dengan kepala yang begitu berat dan terasa sangat pusing sekali.

"Dimana aku? ya ampun kepalaku pusing sekali." Iska memegangi kepalanya.

"Kamu sudah bangun Ka?" tanya Sarni.

"Mbak! kepalaku pusing sekali," lirih Iska.

"Iya kamu kemarin menangis terus makanya kepalamu pasti jadi pusing," ujar Sarni. "Ini minumlah teh hangat biar lebih enak badanmu." Sarni menyodorkan secangkir teh panas.

"Terima kasih Mbak. Aku malah merepotkanmu!" ucap Iska.

"Tidak apa-apa! kamu sudah seperti adik Mbak sendiri nasib kita sama tidak punya keluarga lagi." Sarni mengelus rambut Iska.

Iska memeluk Sarni. "Nasib kita engga sama Mbak! Mbak punya suami yang menyayangi Mbak, mertua yang begitu baik dan anak-anak yang berbakti pada Mbak. Nasib kita tidak sama Mbak!" lirih Iska.

"Apa yang kamu maksud Ka?" tanya Sarni.

"Mas Janu Mbak, ternyata selama ini mas Janu bohong padaku ternyata dia sudah memiliki isteri dia sudah menikah Mbak." Iska kembali menangis.

"Janu?"

"Iya Mbak mas Janu tega padaku, mas Janu jahat padaku Mbak!" tegas Iska.

"Mbak tidak menyangka kalau Janu seperti itu! sudahlah jangan menangis lagi Ka. Mungkin Janu memang bukan jodohmu Mbak yakin kamu akan dapatkan jodoh terbaik dari Allah." Sarni mencoba menenangkan Iska.

"Terima kasih Mbak udah ada untukku dan mau aku repotkan. Juga mau mendengarkan keluh kesahku kegundahanku." Iska mengahapus air matanya.

"Apa kamu tidak akan bekerja hari ini?" tanya Sarni.

"Sepertinya tidak Mbak. Kepalaku masih pusing, biar aku minta izin saja pada bosku." Iska meraih tasnya dan mengirim pesan pada Hana bosnya.

Iska menyunggingkan senyumnya. "Mas Janu emang jahat! bahkan dia tidak meminta maaf padaku. Tidak ada mencariku atau mengirimkan pesan maaf untukku!" Iska menjadi muak pada Janu.

⬇️⬇️

Terpopuler

Comments

Merry Dara Santika

Merry Dara Santika

Mampir sore ka

2021-08-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!