Mariska Khairunnisa menatap tetesan air hujan diluar jendela yang jatuh membasahi bumi dengan seorang gadis kecil di pangkuannya yang sedang tertidur. Iska biasa di panggil mengelus dengan lembut rambut putri semata wayangnya yang sangat ia cintai dan tentunya keluarga satu-satunya yang Iska miliki saat ini.
Bukanlah sebuah kesalahan Mariana Qinan putri Iska terlahir ke dunia tetapi tentu saja hasil buah cintanya dengan sang kekasih Januar Raddan yang Iska panggil mas Janu.
5 tahun lalu tepatnya Iska melahirkan Ana seorang diri di rumah sakit tanpa ada yang mendampingi seorangpun. Karena ternyata kekasih yang sangat di cintainya sudah menikah mempunyai keluarga.
Seperti tersambar petir di siang hari bolong saat Iska mengetahui yang sebenarnya, saat Iska di labrak oleh Amalia Maharani isteri sah dari mas Janu.
"Jadi selama ini lo selingkuhan suami gue?" tanya Lia.
"Siapa yang Mbak maksud Suami?" tanya Iska heran.
"Masih saja ngelak lo ya!" Lia menyiram Iska dengan jus di mejanya.
Iska hanya tertegun dan merasa kaget juga. Tiba-tiba Janu kembali dari toilet dan menyaksikan isteri dan kekasihnya sedang bersama.
"Li-Lia ... apa yang yang sedang kau lakukan disini?" gagap Janu.
"Ini Janu suami gue!" tatapnya pada Iska.
Deg.
Iska terkejut mendengar ucapan wanita di hadapannya ternyata Janu yang selama 1 tahun terakhir di pacarinya sudah mempunyai isteri.
"Aku bisa jelasin semuanya Lia," mohon Janu.
"Hah Mas kau tega padaku dan berselingkuh dengannya!" Lia marah.
"Maafkan aku Lia. Aku tidak sengaja aku khilaf!" ucap Janu.
Iska yang mendengar ucapan Janu merasa kalau dirinya begitu hina dan seperti wanita yang tidak punya harga diri. Khilaf selama satu tahun dan sudah berhubungan melewati batas.
"Lo pasti goda-goda suami gue, kan?" tuduh Lia.
"Siapa yang goda suami Mbak? saya gak pernah melakukan itu. Tanya sendiri saja pada suami Mbak dia yang mengejar-ngejar saya," tatapan Iska tidak lepas dari Janu dengan penuh amarah di matanya.
"Dasar pelakor!" Lia menjambak rambut lebat Iska.
"Hentikan Mbak! sakit!" teriak Iska.
Mereka bertiga sudah menjadi tontonan semua orang yang berada di kafe itu. Tapi, Lia tidak menghentikan tindakannya dan terus menyakiti Iska. Janu mencoba memisahkan mereka tapi sangat sulit.
"Hentikan Lia hentikan." Janu mencoba menghentikan Lia.
"Diam Mas! perempuan ini harus di kasih pelajaran karena udah jadi Pelakor," ucap Lia.
"Mbak! saya bukan pelakor. Saya tidak pernah tahu kalau Mas Janu sudah menikah. Mas Janu selalu bilang padaku kalau dia masih bujang. Aku juga tidak sudi kalau tahu Mas Janu sudah menikah." Jelas Iska sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
"Heh yang namanya pelakor ya tetap pelakor tidak akan berubah dan selamanya akan terus begitu. PE-LA-KOR ...!" Lia masih emosi.
"Lia sudahlah jangan di teruskan malu di lihat oranglain," bujuk Janu.
"Siapa yang malu? aku tidak malu! kalian yang menanggung malu disini terutama si pelakor ini. Biarkan saja oranglain menonton dan tahu kalau perempuan ini adalah PE-LA-KOR!" Lia menggebu-gebu meluapkan amarahnya.
"Sudah Mbak ngomongnya? silahkan Mbak ambil suami Mbak yang brengs*k itu saya gak butuh!" tunjuk Iska. "Dan satu lagi untukmu Mas Janu. Jangan pernah cari-cari aku lagi aku kembalikan cincin darimu ini!" Iska melepaskan cincin di jari manisnya yang Janu berikan sebulan lalu.
"Jangan pernah ganggu aku lagi!" Iska pergi dari kafe itu tentunya dengan hujatan orang-orang disana yang meneriakinya pelakor.
Iska terpukul dengan kejadian yang baru saja dia alami tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan seperti ini. Selama ini Iska hanya membayangkan kebahagiaan yang akan di songsongnya bersama kekasih yang begitu di cintainya tapi itu ternyata hanyalah kesalahan.
Iska pulang ke rumahnya dengan menaiki taksi dengan matanya yang sembab Iska masuk ke dalam rumahnya. Rumah warisan dari orangtuanya yang sudah lama meninggal dan Iska sekarang memang tinggal hanya seorang diri.
Iska masuk ke dalam kamar membanting semua pigura yang berisikan fotonya bersama Janu membuang semua barang pemberian Janu dan tidak hentinya menangis.
"Mas Janu tega padaku! mas Janu pembohong! mas Janu tega!!!" Iska menangis histeris.
"Aku sudah berikan segalanya padamu mas. Bahkan kesucianku aku relakan untukmu karena aku yakin kalau kita akan menikah dan aku menjadi isterimu tapi apa mas apa ...."
Mbak Sarni tetangga Iska yang selama ini selalu baik pada Iska mendengar Iska menangis kemudian menghampirinya.
"Iska kamu kenapa? menangis sampai histeris seperti ini?" Sarni memeluk Iska.
Iska tidak sanggup berkata-kata lagi dan menangis di pangkuan Sarni.
"Sudahlah hentikan jangan menangis lagi. Istirahatlah!" Sarni menidurkan Iska di ranjangnya.
Tanpa keluar satu katapun dari mulutnya dan Iska sudah menghentikan tangisnya sampai akhirnya Iska tertidur karena cukup lelah menangis.
Sarni melihat sekitar kamar Iska yang sangat berantakan. Sarni sudah merasa kalau Iska seperti ini karena pacarnya Janu yang memang Sarni juga kenal karena sering datang ke rumah Iska. Sarni membereskan semuanya dan memutuskan untuk menginap di rumah Iska karena khawatir terjadi apa-apa kalau malam.
Sarni sudah seperti kakaknya sendiri dan keluarga Sarni juga selalu baik pada Iska.
Keesokan harinya. Iska terbangun dengan kepala yang begitu berat dan terasa sangat pusing sekali.
"Dimana aku? ya ampun kepalaku pusing sekali." Iska memegangi kepalanya.
"Kamu sudah bangun Ka?" tanya Sarni.
"Mbak! kepalaku pusing sekali," lirih Iska.
"Iya kamu kemarin menangis terus makanya kepalamu pasti jadi pusing," ujar Sarni. "Ini minumlah teh hangat biar lebih enak badanmu." Sarni menyodorkan secangkir teh panas.
"Terima kasih Mbak. Aku malah merepotkanmu!" ucap Iska.
"Tidak apa-apa! kamu sudah seperti adik Mbak sendiri nasib kita sama tidak punya keluarga lagi." Sarni mengelus rambut Iska.
Iska memeluk Sarni. "Nasib kita engga sama Mbak! Mbak punya suami yang menyayangi Mbak, mertua yang begitu baik dan anak-anak yang berbakti pada Mbak. Nasib kita tidak sama Mbak!" lirih Iska.
"Apa yang kamu maksud Ka?" tanya Sarni.
"Mas Janu Mbak, ternyata selama ini mas Janu bohong padaku ternyata dia sudah memiliki isteri dia sudah menikah Mbak." Iska kembali menangis.
"Janu?"
"Iya Mbak mas Janu tega padaku, mas Janu jahat padaku Mbak!" tegas Iska.
"Mbak tidak menyangka kalau Janu seperti itu! sudahlah jangan menangis lagi Ka. Mungkin Janu memang bukan jodohmu Mbak yakin kamu akan dapatkan jodoh terbaik dari Allah." Sarni mencoba menenangkan Iska.
"Terima kasih Mbak udah ada untukku dan mau aku repotkan. Juga mau mendengarkan keluh kesahku kegundahanku." Iska mengahapus air matanya.
"Apa kamu tidak akan bekerja hari ini?" tanya Sarni.
"Sepertinya tidak Mbak. Kepalaku masih pusing, biar aku minta izin saja pada bosku." Iska meraih tasnya dan mengirim pesan pada Hana bosnya.
Iska menyunggingkan senyumnya. "Mas Janu emang jahat! bahkan dia tidak meminta maaf padaku. Tidak ada mencariku atau mengirimkan pesan maaf untukku!" Iska menjadi muak pada Janu.
⬇️⬇️
Iska berada di rumah seharian tidak kemana-mana hanya merenungi nasibnya yang buruk. Iska duduk di pojok ranjangnya dan menatap sendu keluar jendela.
"Pak, bu. Kenapa gak bawa aku pergi juga dengan kalian. Aku tidak sanggup seperti ini saat aku menemukan lelaki yang membuatku nyaman dan aku sangat mencintainya tapi ternyata dia lelaki yang sudah menikah. Kenapa dunia ini begitu jahat padaku!" Iska menangis.
Mbak Sarni datang menghampiri Iska dengan membawa nampan berisikan makanan. Dari pagi Iska belum makan sedikitpun dan membuat Sarni menjadi khawatir.
"Iska makanlah!" suruh Sarni.
"Aku tidak lapar Mbak," jawab Iska.
"Iska bersedih boleh tapi jangan sampai gak makan nanti kamu sakit Iska. Ayolah makan!" bujuk Sarni.
Iska berpikir kalau nanti dirinya sakit hanya akan merepotkan Mbak Sarni saja. "Terima kasih ya Mbak. Aku makan sekarang!"
"Nah gitu dong!" senyum Sarni. "Iska, kamu harus tabah dan kuat menghadapi ini. Pasti Allah punya rencana baik untukmu ke depannya, masih untung kamu tahu kalau Janu sudah menikah sekarang. Coba kalau kamu tahu Janu sebenarnya setelah kalian menikah itu akan lebih sakit!" ucap Sarni.
Mbak gak tahu kalau aku sudah menyerahkan kesucianku padanya! itu yang aku sesali sekarang. Aku sudah tidak perawan Mbak.
Batin Iska.
Air mata Iska tak terasa menetes mengingat semua itu. "Terima kasih Mbak sudah baik padaku dan mau mengurusku juga." Iska menghapus air matanya dan melanjutkan makannya walaupun dengan sangat perlahan-lahan.
"Habiskan ya! Mbak mau ke belakang dulu." Sarni berlalu pergi.
"Benar apa yang mbak Sarni bilang! aku seharusnya merasa bersyukur karena tahu sebelum menikah dengan mas Janu," gumam Iska.
"Semangat Iska semangat jangan menangisi Janu lagi! kamu harus melihat masa depan hidupmu masih panjang." Iska menyemangati diri sendiri.
Keesokan harinya.
Iska merasa lebih lega karena sudah meluapkan semua kegelisahannya kemarin setelah menangis seharian. Iska sudah siap untuk pergi ke kantor seperti biasanya.
"Mbak Sarni aku pergi ke kantor dulu ya," senyum Iska.
"Nah gitu dong harus tetep semangat jangan galau terus," ucap Sarni.
Iska berangkat dengan ojeg online yang di pesannya.
Sesampainya di kantor Iska merasa heran karena setiap orang yang di lewatinya menatap Iska begitu sinis dan seperti yang tidak suka.
"Orang-orang kenapa sih melihatku seperti itu?" gumam Iska.
Ayu sahabat Iska menghampiri Iska di meja kerjanya dan menunjukan sebuah video dari ponsel Ayu. "Iska lihatlah! kamu viral."
Iska kaget melihat video dirinya dengan isteri Janu tersebar dan sampai viral. "Cobaan apalagi ini?"
"Gimana ceritanya sih Ka?" tanya Ayu.
Iska menceritakan semuanya pada Ayu dan Ayu paham apa yang terjadi sebenarnya. "Yang sabar ya Ka! aku akan selalu mendukungmu. Aku tahu kamu seperti apa!" Ayu memeluk Iska.
"Iska di panggil Bu Hana!" ucap Robi.
"Hahhh apalagi ini?" Iska merasa prustasi.
Iska masuk ke dalam ruangan Hana. "Ibu memanggil saya?"
"Iya. Duduklah!" ucap Hana.
Hana bos Iska masih muda dan belum menikah juga umurnya juga tidak jauh dengan Iska hanya berbeda beberapa tahun di atas Iska.
"Ada apa bu memanggil saya?" tanya Iska penasaran.
"Emmh dari kemarin berseliweran gosip tentang dirimu! dan banyak karyawan lain yang mengadu padaku dan menyuruhku untuk memecatmu," ucap Hana.
"Jadi ibu akan memecat saya?" tanya Iska.
"Aku ingin dengar dulu kebenarannya dari mulutmu sendiri tentang gosip yang beredar," pinta Hana.
Iska menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa sampai video itu viral. Hana paham karena Iska juga sudah 2 tahun bekerja dengannya dan selama ini pekerjaannya juga bagus.
"Emmmh begitu! ya untunglah kamu tahu sekarang sebelum menikah dengan lelaki itu," ucap Hana santai.
"Jadi ibu percaya pada saya? dan tidak akan memecat saya?" tanya Iska.
"Untuk apa aku memecatmu? kamu tidak punya kesalahan pada kantor dan lagian kan selama ini kerjamu juga bagus. Kenapa aku harus memusingkan gosip yang beredar," jawab Hana santai.
"Ah terima kasih bu. Saya bersyukur punya bos yang baik dan begitu pengertian," senyum Iska.
"Sudah sana kembali lagi kerja dan inget gak usah dengerin omongan oranglain. Kita sendiri yang tahu kebenarannya," ucap Hana.
"Sekali lagi makasih bu. pasti saya selalu semangat dan bekerja dengan baik." Iska membungkukan badannya dan kembali ke mejanya lagi.
Iska kembali dengan senyuman di bibirnya. Walaupun banyak orang yang hujat setidaknya masih ada satu dua orang yang percaya padanya dan memberikan semangat.
"Apa yang terjadi?" tanya Ayu.
"Bu Hana percaya padaku. Bu Hana tidak akan memecatku dan aku malah di suruh lebih semangat lagi untuk bekerja," jelas Iska.
"Ahhh memang bu Hana itu bos terbaik. Aku senang kamu tidak di pecat." Ayu memeluk Iska.
Hana keluar dari ruangannya dan memberikan pengumuman.
"Untuk kalian semuanya stop bergosip apapun atau tentang apapun! saya tidak ingin dengar apa-apa lagi. Apalagi yang tidak ada urusannya dengan kantor, saya tidak suka sesuatu yang pribadi di campurkan dengan pekerjaan. Lanjutkan pekerjaan kalian semua!" Hana kembali keruangannya. Dan semua orang setuju dengan apa yang Hana bilang dan bersikap seperti biasanya lagi.
Terimakasih bu Hana. Terima kasih ya Allah masih ada orang-orang baik di sekitarku sehingga aku tidak merasa sendirian.
Batin Iska.
Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore sudah waktunya pulang kerja. Iska pulang bersama dengan Ayu di antar Ayu dengan motornya.
Sesampainya di rumah Iska. Iska begitu kaget karena Janu sudah ada di depan rumahnya sepertinya sedang menunggu Iska pulang.
"Ka Lihat Janu di depan rumahmu!" ucap Ayu.
"Mau ngapain lagi sih dia? gak tahu malu!" Iska merasa emosi.
Ayu menemani Iska karena takut terjadi apa-apa.
"Ka akhirnya kamu pulang juga. Aku menunggumu dari tadi," ucap Janu sok baik.
"Mau apalagi sih kesini?" ketus Iska.
"Aku mau minta maaf padamu Ka. Aku tahu aku salah dan aku ingin memperbaiki semuanya. Aku memilih kamu dan akan meninggalkan Lia," mohon Janu.
"Hah kemarin waktu aku di labrak isterimu itu kamu diam aja! sampai aku di siram, di jambak kamu hanya diem aja. Sekarang mohon-mohon dan bilang memilihku! Emang gak tau malu," jelas Iska.
"Maafkan aku Ka maafkan." Janu meraih tangan Iska.
"Lepaskan. Plakkk ..." Tangan Iska menampar pipi Janu.
"Pergi darisini dan jangan pernah kemari lagi!" bentak Iska.
"Tapi Ka ..." Janu memohon pada Iska.
"Mbak Sarni, mas Ali tolongin aku." Teriak Iska.
Sarni dan Ali suaminya keluar dari rumahnya dan menghampiri Iska.
"Mbak, Mas. Tolong usir dia darisini, dia sudah menggangguku!" Iska masuk ke dalam rumah bersama Ayu di belakangnya.
"Kamu dengar sendiri, kan? apa yang Iska bilang. Sudah sana pergi atau aku laporkan ke polisi karena udah mengganggu oranglain," ancam Ali.
Janu tidak bisa berkutik lagi dan akhirnya pergi meninggalkan rumah Iska.
Sarni dan Ali menghampiri Iska. "Dia sudah pergi Ka! tenang saja kalau dia masih kemari biar Mas laporkan ke polisi," ucap Ali.
"Terima kasih ya Mbak, Mas sudah membantuku," ucap Iska.
"Kalau begitu kita pulang dulu ya." mereka berlalu pulang kembali ke rumahnya.
Ayu memeluk Iska dan berusaha menguatkan Iska. Setelah Iska merasa tenang barulah Ayu pamit pulang karena hari sudah berganti malam.
⬇️⬇️
Seminggu berlalu dan semuanya berjalan seperti semula tidak ada masalah yang menghampiri Iska lagi. Suatu hari Iska ikut meeting di luar kantor bersama Hana.
"Aku harap presentasi kamu bisa membuat kerjasama baru," ucap Hana. Mereka sedang menunggu client di sebuah restoran di dekat kantor mereka.
"Baiklah bu. Terimakasih sudah mempercayakannya padaku," ucap Iska.
Client yang di tunggupun akhirnya datang. Seorang lelaki paruhbaya dan sekretarisnya seorang lelaki juga tapi masih muda.
"Maaf menunggu lama karena tadi macet di jalan," ucap sekretarisnya.
Meeting pun di mulai dan Iska yang presentasi tapi dari gelagat kedua pria itu tidak mengenakan dan seperti bisik-bisik membicarakan Iska.
"Bagaimana pak?" tanya Hana.
"Emmmh bagus sekali. Saya tertarik pada program perusahaan anda. Tapi aku juga tertarik dengan pegawaimu ini, bukannya dia perempuan yang sempat viral beberapa waktu lalu karena jadi Pelakor," jelasnya.
"Maaf pak itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita. Jadi sepertinya tidak perlu di bahas," jawab Hana.
Iska merasa malu dan menundukan kepalanya tanpa berani melihat setiap orang.
"Kalau kamu perlu uang tidak perlu jadi Pelakor biar sama om aja. Tinggal temani om dan kamu akan dapatkan banyak uang," godanya.
"Braaggh"
Hana menggebrak meja. "Bapak jangan sembarangan bicara ya pada karyawan saya! secara tidak langsung bapak sudah melecehkan wanita. Saya sebagai wanita merasa tersinggung mendengar ucapan bapak tadi." Hana marah.
"Kenapa malah anda yang marah? ya sudah kita batalkan saja kerjasama kita. Saya tidak mau bekerjasama dengan orang-orang munafik!" Kedua lelaki itu pergi.
"Hiks ... hiks ... maafkan saya bu gara-gara saya, ibu yang harus menanggung semuanya dan perusahaan juga kena imbasnya," Iska hanya bisa menangis di hadapan Hana.
"Tidak apa-apa Iska! aku tidak suka pada lelaki seperti itu yang suka melecehkan wanita. Udah tua bangka juga masih saja seperti itu!" ketus Hana.
Iska sedikit lebih lega karena ternyata Hana tidak marah dan malah mendukungnya.
"Terimakasih bu," senyum Iska.
"Ya sudah kita makan dulu saja. Setelah selesai kita kembali lagi ke kantor." Kata Hana.
Mereka menghabiskan makanan yang mereka pesan dan setelah itu kembali ke kantor.
Waktu menunjukan pukul 5 sore waktunya pulang kerja. Biasanya Iska naik ojeg online atau di antar oleh Ayu, tapi hari ini badan Iska terasa sngat lelah dan pegal sekali makanya Iska memesan taxi online.
Iska sudah sampai di rumahnya, turun dari taxi dengan badannya yang melemah dan seperti tidak ada tenaga lagi.
"Ya ampun kenapa badanku lelah sekali sih. Pegal-pegal dan tidak enak, sepertinya aku akan sakit." Iska berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Iska ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur merasakan badannya yang tidak enak. Makan pun tidak nafsu, makanan yang tadi di belinya tidak di sentuh samasekali. Iska hanya meringkuk di bawah selimutnya dan kemudian tertidur.
Keesokan harinya,
Iska memaksakan untuk bangun tetapi badannya menolak dan tetap terbaring di ranjangnya.
Tok! Tok!
"Iska ..." panggil Sarni.
Iska terpaksa bangun dan membukakan pintu untuk mbak Sarni.
"Maaf Mbak lama. Badanku tidak enak," ucap Iska.
"Kamu sakit? wajahmu pucat sekali." Sarni menempelkan tangannya pada kening Iska.
"Kamu demam! ayo istirahatlah di kamar." Sarni memapah Iska ke dalam kamarnya.
"Mbak beliin bubur ya dan beliin obat juga di warung," ucap Sarni.
"Tunggu Mbak ini uangnya. Sekalian beli makanan atau jajanan juga untuk anak-anak Mbak." Iska menyodorkan uang 50ribu.
"Tunggu ya jangan kemana-mana." Sarni pergi dengan cepat.
"Ya ampun badanku benar-benar sakit dan ngilu sekali." Iska berbaring kembali dan meraih ponselnya.
"Ya ampun ponselku mati. Bagaimana aku menghubungi bu Hana?" Iska meletakkan ponselnya kembali.
Tidak lama kemudian Sarni sudah kembali dan membawakan bubur dan obat untuk Iska. "Ini makanlah biar ada tenaga dan kamu juga harus minum obat."
"Terima kasih ya Mbak selalu di repotkan olehku," ucap Iska.
"Sudahlah! jangan di pikirkan. Ayo makanlah habiskan buburnya kan mau minum obat," senyum Sarni.
"Ah sudah cukup sepertinya Mbak. Aku tidak nafsu makan!" ujar Iska.
"Ya tidak apa-apa. Yang penting ada makanan masuk." Sarni membereskan bekas makan Iska.
Iska meminum obatnya dan kemudian kembali tidur. Sarni yang melihat Iska merasa kasihan di saat sakit seperti ini tidak ada siapapun di sampingnya. Sarni membetulkan selimut Iska lalu berlalu pulang.
2 hari Iska terbaring sakit dan tidak ada perubahan apapun masih sama dengan hari pertama. Iska ingin ke kamar mandi dan kepalanya sangat pusing dan berat.
Bruuugh ....
Iska jatuh pingsan di depan kamarnya. Sarni yang baru datang kaget mendapati Iska pingsan. Sarni panik, karena suaminya tidak ada di rumah Sarni memanggil tetangga yang lainnya untuk membantu Sarni.
Mertua Sarni juga datang untuk membantu. Ada 3 orang tetangga yang membantu juga. "Sarni coba panggil dokter biar kesini biar periksa Iska udah mau 3 hari masih sakit," suruh mertua Sarni.
"Baik Mbok!" Sarni menelpon dokter puskesmas yang bisa di panggil.
Sarni terus mencoba menyadarkan Iska dan akhirnya Iska tersadar sebelum dokter datang. "Aduh kepalaku pusing sekali Mbak!" ucap Iska.
"Tadi kamu pingsan!" ucap Sarni. Tidak lama kemudian dokter datang dan memeriksa keadaan Iska.
"Apa yang kamu rasakan?" tanya Dokter.
"Kepalaku kleyengan pusing, badan juga pegel gak enak kadang ada sedikit rasa mual juga," jelas Iska.
"Emmmh coba saya cek ya." Dokter memeriksa perut Iska. Dokter hanya tersenyum dan perkiraannya kalau Iska Hamil.
"Kapan terakhir haid?" tanya Dokter.
Deg.
Nafas Iska terasa sesak saat dokter menanyakan itu, dia baru ingat kalau bulan ini belum haid sama sekali sudah telat hampir 2 minggu. Karena masalah yang menimpanya waktu itu sampai tidak sadar kalau belum haid.
"Emmmh sepertinya sudah terlambat dok," gagap Iska.
"Dugaan saya sepertinya kamu hamil. Tapi untuk lebih jelasnya mending tespack dulu atau engga ke rumah sakit biar di infus dan sehat kembali," jelas Dokter.
Iska tidak bisa berkata-kata lagi mendengar penjelasan dari dokter. Ingin teriak dan menangis bahkan ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga. Tak terkecuali semua orang yang ada disana mereka juga mendengar penjelasan dari dokter dan merasa kaget karena Iska belum menikah dan tidak punya suami.
3 orang tetangga tadi saling bisik-bisik dan bergosip tentang Iska dan kemudian pergi. "Kita pamit duluan ya semuanya."
"Ayo dokter biar saya antar ke depan," ucap Sarni.
Semua orang pergi dan Iska hanya bisa menangis. Si Mbok mertua Sarni yang mendengar Iska menangis menghampiri Iska. "Ndok kenapa bisa terjadi?"
"Hiks ... hiks ... aku khilaf Mbok aku salah aku berdosa," Iska menangis.
Si Mbok memeluk Iska dan menangisi juga keadaan Iska. "Sing sabar ndok ini ujian! kuatkan hatimu."
Kenapa semuanya terjadi padaku? aku ingin mati saja! aku tidak sanggup untuk melewati ini semua. Aku mau mati!
Teriak batin Iska.
⬇️⬇️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!