Cinta Lama Belum Kelar
"Ayo lah daddy, ambilkan Raport aku." Pinta gadis iku dengan wajah memelas.
"Kenapa harus Daddy sih Nisa, kan ada Mami kamu yang dari dulu ngambil." Jawab pria di depannya
"Ayo lah Daddy, Nisa takut nilai Nisa jelek."Sambung Nisa mencoba menjelaskan pada Daddy nya yang super duper ini.
"Memangnya Kamu tidak belajar, sampai nilai kamu jelek?"
"Belajar sih dad, tapi kayaknya di SMA pelajarannya berat Daddy, semester berikutnya Nisa bakal lebih giat deh, Nisa janji."Puppy eyes nya di mainkan.
"Ya sudah kapan?"tanya pria itu dengan mendesah kesal.
"Besok Dad, jam sepuluh siang di SMA 2" jawab Nisa dengan semangat dan pria itu hanya mengangguk kan kepala bahwa ia mengerti permintaan Nisa itu.
"Yeay makasih Daddy, emang Daddy paling the best deh." Nisa memeluk pria itu dan berlalu meninggalkan ruang kerjanya.
"Nisa... Nisa, kalo ada maunya aja bisa semanja itu, coba tidak ada maunya cuek bebek." Gumam pria itu dengan menggeleng-geleng kepala melihat tingkah absurd gadis itu.
******
"Daddy jangan lupa nanti ke sekolah Nisa." Nisa mengingatkan pada pria itu untuk ke sekolah nya tanpa di ketahui mami nya.
"Siap." Jawabnya singkat dan Nisa berangkat ke sekolah.
Sesampainya disekolah, Nisa bertemu dengan sahabatnya Berta, Sinta dan Bayu.
"Eh gimana Kamu Nisa, jadi siapa yang mau ambilkan raport mu?" Tanya Sinta saat nisa baru saja datang.
"Ada Daddy yang siap datang menggantikan Mami Aku yang super galak." Jawab Nisa dengan wajah seramnya mempraktekan kalo maminya marah.
"Ada-ada aja dech kamu Nisa, apa bedanya coba Mami ma daddy kamu, kalo nilainya jelek yaaaa marah lah."Sambung Berta.
"Beda dong, Daddy aku baik banget, pasti tidak akan marah." Jawab Nisa dengan senyum-senyum sendiri.
"Wah Nisa, mencurigakan banget, kamu rayu apa Daddy mu?" Imbuh Bayu dengan tatapan curiga.
"Sial kamu bay ..hahahaha." Mereka ketawa lepas saat guru lewat di depannya.
"Eh Bu Sarah, selamat pagi Bu." Ucapan selamat paginya kompak banget dah.
"Pagi semuanya, pagi-pagi dah seneng banget, ada apa nih?" Tanya Sarah dengan ramah.
"Eh enggak ada apa-apa kok Bu..hehehehe" jawab Nisa sambil cengar-cengir.
"Oya nanti usahakan orang tua kalian datang ya! Karena ini pertama kali pertemuan dengan wali murid." Sarah mengingatkan pada muridnya.
"Siap Bu" jawab Bayu tegas.
"Ya sudah ibu ke kelas dulu, nanti langsung antar kan orang tua kalian di kelas ya." Sambung Sarah dan berjalan menuju kelasnya.
" Bu Sarah cantik banget ya Berta, coba bu Sarah masih seumuran Kita, pengen deh jadi pacarnya." Ucap Bayu sambil memperhatikan langkah guru idolanya itu.
"Dasar jomblo karatan, makanya pacaran biar tidak kejauhan menghayal nya." Jewer Nisa pada Bayu.
"Gimana bisa dapet pacar, orang tiap Aku dekat sama cewek kalian dulu nyamperin ceweknya, ya pada takut lah." Ucap Bayu dengan wajah kesal
dan disambut tawa oleh lainya.
"Seneng banget kayaknya" Tiba-tiba suara berat terdengar dari belakang mereka, seketika mereka menoleh bersamaan.
"Daddy, lama amat datangnya, yang lain dah dikelas tuh, kirain daddy gak dateng" Rajuk Nisa pada pria itu.
"Kalau kuatir tidak datang kenapa tidak telpon?"Tanya pria itu. " Itu tandanya nisa yakin daddy akan datang kan?" Sambungnya, dan nisa hanya tersenyum manja pada pria itu.
"Ayo Daddy, Nisa antar!" Nisa bergelayut di lengan pria gagah itu menuju kelas yang dimaksud.
"Dah rame ya Nisa?" Tanya pria itu.
"Iya Dad, sekarang sudah jam berapa, daddy terlambat hampir 1 jam." Jawab Nisa pura-pura ngambek, padahal kelas batu saja di buka oleh Ibu Sarah.
Sesampainya di ruang kelas
"Tok tok tok" Nisa mengetuk pintu dan masuk ruangan.
"Pagi Bu Sarah Daddy nisa sudah datang Bu." Ucap Nisa pada Sarah yabg masih menunduk.
"Ah ya Ni-sa." Saat melihat dan akan menyambut Nisa dan Daddy-nya, Sarah tergagap dan kelu sesaat
menyadari guru favorit nya terdiam Nisa menegurnya "Bu Sarah ini Daddy Saya." Suara Nisa membubarkan lamunannya sejenak.
"Ah ya silahkan duduk Bapak." Sarah sengaja menggantungkan kalimatnya karena dia takut salah orang.
"Ah ya, saya Arvan, Arvan Mahendra" Pria itu menyambut uluran tangan Sarah, sejenak Sarah terpaku pada wajah itu "Masih ingat Saya" suara pria itu pelan tapi jelas dan mengagetkan Sarah dari Kamu nya nya lagi.
"Ah ya pak Arvan silahkan duduk, dan mohon menunggu orang tua lainya" Ucap Sarah setenang mungkin, karena dalam harinya sudah bagaikan tabuh genderang mau perang.
"Nisa bisa tunggu Daddy di luar." Ucap pria itu, sedangkan Sarah mencoba mengalihkan pandanganya dari Nisa dan Daddy-nya, mencoba untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan ya, saat Arvan akan mendekat pada Sarah orang tua murid lain pun masuk beramai-ramai (mungkin mereka sudah janjian). akhirnya diurungkan niat Arvan untuk menyapa Sarah lebih dekat.
Akhirnya pembagian raport dimulai dari siswa yang berprestasi, nilai Nisa tidak buruk tapi masih dibawah standar Mami nya, sehingga dia tidak berani meminta mami nya untuk mengambilnya.
Giliran raport Nisa dan Arvan maju dengan wajah tegang.
"Nisa coba dech liat, kenapa sama Daddy-mu, wajahnya tegang amat ketimbang ambil raport aja." Celetuk Berta dan diikuti oleh teman lainya
"Bener kata mu Ber, wajah Daddy-nya Nisa." Sinta membenarkan ucapan Berta.
"Baru pertama ambil raport kali Berta, jadi tegang." Jawab Nisa.
"Iya kali ya"Di iyakan saja pendapat Nisa.
"Maaf Bapak Arvan ini raport dari Ananda Nisa Prasetia Mahendra, untuk saat tahap awal nilai ananda sudah bagus, tapi jika ditingkatkan lagi belajarnya akan lebih baik, ananda Nisa sangat rajin di kelas dan mengerjakan tugasnya, mungkin agak dikurangi mainnya, biar sedikit fokus pada pelajarannya." Jelas Sarah beruntun dan dibuat setenang mungkin, karena ini adalah tahun pertama Sarah menjadi wali kelas, dan harus dihadapkan oleh wali murid.
"Lia Saya tau Kamu ingat Saya, tapi ini kenapa"Tanya Arvan sedikit berbisik.
"Maaf pak Arvan, ada yang perlu Saya jelaskan lagi? Ini adalah nilai-nilai dari ananda Nisa, mohon diperiksa, dan jangan di marahi anaknya ya pak!" Sarah mencoba tersenyum ramah pada Arvan.
"Maaf pak Arvan jika sudah tidak ada lagi bisa bergantian dengan wali murid lainya." Ucap Sarah dengan sangat sopan namun Arvan tidak bergerak dari kursinya.
"Lia, Saya tau Kamu marah, tapi beri Saya waktu untuk menjelaskan." Suara Arvan di buat se-pelan mungkin sehingga yang lain tidak mendengarkan.
"Maaf pak bisa bergantian dengan wali murid lainya?karena kerja juga punya pekerjaan yang harus segera di selesaikan." Ucap Sarah sangat ramah dan senyumnya sungguh membuat orang terpaku melihatnya.
Mau tidak mau Arvan pun beranjak dari kursinya, karena di rasa wali murid lain sudah mulai berbisik tentangnya.
.
.
.
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ike NurKhasannah Tan
emang gitu sih
2024-07-31
1
arhabi
mulai baca nih, moga enggak mengecewakan
2024-03-04
1
try again
seru nih....
2023-02-27
1