Setelah meninggalkan mereka berdua, aku pergi melihat papan pengunguman pembagian kelas.
Ren Gill, kelas 12-A.
Begitulah yang tertera pada papan pengumuman tersebut.
"Kelas 12-A, ya."
Pembagian kelas dilakukan secara acak, begitulah menurut kebanyakan orang. Fakta yang sebenarnya adalah kelas dibagi dalam tingkatan pengawasan oleh beberapa pihak dan untukku, kelas A terlalu berlebihan. Seperti yang diharapkan dari SMA Atradika, selain memiliki nama aneh sistem pendidikannya juga cukup rumit.
"Mungkin aku harus mengulang semuanya .... "
Aku sudah bersekolah di sini semenjak kelas 11 bisa dibilang, aku adalah murid pindahan tahun kemarin. Banyak yang masih belum aku ketahui tapi, aku memiliki beberapa informasi dari berbagai sumber terpercaya dalam sekolah. Jabatanku di sini adalah sebagai anggota komite kedisiplinan rahasia sekolah atau disebut, Netra.
Tugasku sebagai anggota Netra adalah mengawasi kedisiplinan seluruh siswa juga, sebagai hakim di bagian kedisiplinan. Kebanyakan anggota Netra dipilih oleh ketuanya dari berbagai metode seperti, kau tidak pernah berpihak kepada siapapun, menjunjung tinggi keadilan dan beberapa kriteria khusus. Organisasi Netra tidak diketahui oleh kalangan siswa dan jika ada yang mencoba mengakses informasi tentang kami, orang itu akan segera dilenyapkan tanpa ampun.
SMA Atradika memiliki berbagai kelebihan seperti, perpustakaan yang memiliki buku unik, KKM dengan nilai 50, ujian masuk khusus hanya untuk para pendaftar dan para siswa bebas ingin mengikuti jam mata pelajaran apapun yang mereka inginkan.
SMA Atradika memiliki semboyan yang berbunyi, "Kebebasan adalah hal utama." kalimat itu dipajang pada setiap papan pengunguman yang ada di sekolah.
...
"Yo, bagaimana kabarmu?"
Lee duduk di sebelahku.
"12-A, kau?"
"Sama."
Lee mengarahkan tanda V kepadaku.
"Bagaimana dengan daftar para siswa?" tanyaku.
"20 orang siswa biasa, 8 orang siswa berprestasi dan 3 orang terakhir adalah Netra."
Aku kembali melihat daftar siswa yang ada di kelas kami untuk memastikan jumlah siswa dan ternyata, kurang satu orang.
Kelas 12-A memiliki 30 orang siswa.
"Kurang satu orang?"
Lee yang mengerti dengan pikiranku tersenyum dengan penuh kemenangan.
"Ada siswa pindahan?"
"Tepat sekali~ menurutmu, bagaimana orangnya?"
"Mungkin dia adalah seorang penyendiri."
Aku hanya menjawabnya asal-asalan supaya Lee memberitahuku informasi yang lebih lanjut.
"Salah! Jawabannya adalah ... jreng! jreng! jrenggg! ... " Lee mendekatkan mulutnya ke telingaku lalu berkata, "Aku juga tidak tahu."
Merasa dipermainkan, aku memberikan tatapan dingin kepadanya.
"Ja-jangan salahkan aku! Meskipun aku adalah ketuanya, para atasanlah yang menentukan siapa saja yang akan bergabung."
Lee mengalihkan pandangannya ke arah lain dan memperkecil suaranya.
Jadi, ada satu anggota yang tidak diketahui akan bergabung dengan kami.
Tiba-tiba aku teringat dengan gadis itu.
Mendadak, Lee berbisik kepadaku.
"Kau sedang teringat dengannya?"
Aneh, padahal aku tidak menunjukkan sesuatu yang akan membawanya pada kesimpulan seperti itu.
Ternyata, gadis itu menghampiri kami.
"Ah, begitu ya." Mulutku tak sengaja mengatakannya.
Lee mengecilkan suaranya agar tidak ada yang mendengar pembicaraan kami.
"Ngomong-ngomong, aku juga berpikiran yang sama denganmu."
...
Sebelum mencoba duduk di dekat kami, gadis itu dengan sopan meminta izin kepada Aku dan Lee.
"Bolehkah aku bergabung dengan kalian?"
"Duduklah, kau bebas ingin melakukan apapun sesukamu."
Setelah mendengar jawabanku, dia duduk di dekat kami.
"Aku selalu kepikiran dari tadi, hey Renna~ bagaimana kalau kalian berdua berkenalan?"
Lee tersenyum nakal sambil menggoda ... Rena? Siapa itu?
"Maaf atas ketidaksopananku karena terlambat memperkenalkan diri ... " Gadis itu berdiri di dekatku lalu berkata, "Namaku, Rena Enkira. Panggil saja, Rena." Dia mengarahkan salam jabat tangan kepadaku.
"Ren Gill." Aku menerima jabat tangannya.
Tangannya cukup halus dan lebih kecil dari milikku.
"Areree~ aku mencium bau-bau cin-"
"Diam." Aku segera melepaskan tanganku dan menyela Lee.
Tubuh Lee mengecil karena suaraku yang cukup dingin.
"Kenapa hanya berdiri?"
Seakan sedang melamun, Rena tersadarkan karena pertanyaanku.
"Ah!" Dia segera duduk kembali.
Wajah Lee mulai menunjukkan sesuatu yang aneh.
Aku tahu, dia pasti sedang merencanakan sesuatu. Hanya ada beberapa pilihan, jalur Neraka dan jalan tikus menuju Neraka. Lee tidak akan tersenyum seperti itu jika dia tidak merencanakan sesuatu yang cukup busuk, sama seperti pikirannya.
"Ngomong-ngomong ... Rena menurutmu, apa kau sudah punya teman di sini?"
Lee menatap Rena dengan tatapannya yang bagiku itu terlihat menjijikan.
Karena tidak ingin terlibat, aku hanya diam sambil mendengarkan.
"Masih belum."
"Kalau begitu, maukah kau menjadi teman Ren?"
Lee sangat bersemangat untuk memintanya menjadi temanku.
"Eh?" Rena tidak tahu ingin menjawab apa karena sudah wajar, dia tidak mengerti dengan alur percakapan ini.
"Aku harap kau mau akrab dengan Ren." Lee menurunkan sedikit postur tubuhnya ke arah Rena.
Merasa tidak nyaman, aku mencoba untuk menghentikan kejahilannya.
"Hentikan, kau hanya membuat dia ketakutan."
"Bukankah itu baik bagimu untuk akrab dengan orang lain selain aku?"
"Kata-katamu cukup menyayat hatiku."
Aku tak bisa berkata lebih dari itu.
"A-aku mengerti, mulai sekarang mohon bantuannya."
Rena tersenyum ke arahku seakan sedang melihat suatu makhluk yang rendah dari dirinya.
Aku hanya bisa mendesah dalam kelelahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Mash💕
Kkm mereka 50 tapi bagi sekolah lain mungkin 90
2019-08-06
1
Roy
Ini sekolah atau tempat penampungan kelinci percobaan dah...
2019-08-05
2
Dahliah
Terpaksa mengerti nih😂😂😂
Ngeliat yg lain ngeup, saya mau ikut uga...
Up! Up! Up!🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙
2019-08-03
1