"Lelaki paling menyebalkan yang pernah ku kenal......." Zanna masih bergumam sambil menunggu telurnya matang.
"Siapa yang menyebalkan.....?"
Zanna menoleh, mencari tau seseorang yang mengatakan itu. Dan seketika mukanya memerah ketika tau Deon sudah berdiri di pintu dapur.
"Emmmbbbbb Itu..... anu......" Zanna tergagap, bingung harus berkata apa.
Deon tersenyum.
"Aku menyebalkan ya?????"
"Ti... tidak kok tuan muda......" Zanna buru-buru menyanggahnya.
"Cih...... Aku benci cewek yang lemah dan cemen sepertimu" Raut muka Deon menjadi datar.
Zanna menjadi kian kesal, lalu tanpa ragu Zanna memaki Deon dengan penuh amarah.
"Ya...... Kamu..... Cowok paling menyebalkan yang aku kenal. Tak mau menghargai pendapat orang lain, selalu memaksa orang lain. Tak tau diri. Bersikap dingin.........." Zanna tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tertunduk malu saat mengingat hal lain tentang Deon. Zanna berfikir jika Deon juga sangat baik padanya, meski terkadang acuh tapi ia ternyata sangat peduli pada Zanna.
Zanna bahkan berfikir jika Deon adalah orang yang paling mempedulikan Zanna setelah ibunya, terlebih lagi Deon adalah orang lain bagi Zanna, tak punya hubungan kerabat atau bahkan keluarga.
"Cih...... Kenapa kamu langsung menjelek2anku seperti itu setelah aku bilang jika tak menyukai wanita yang lemah dan cemen??? Apa kamu berharap aku menyukaimu???" ucap Deon dengan menarik senyum di sudut bibir kirinya.
Seketika muka Zanna langsung memerah.
"Eee...... e...... Enggak begitu......" Zanna kian bingung harus menjawab apa, ia merasa semua yang ia lakukan dan ucapkan selalu saja salah.
Tapi saat melihat muka Zanna yang memerah Deon malah tertawa senang lalu pergi begitu saja meninggalkan Zanna yang belum selesai dengan roti telurnya.
Zanna mengelus dada, mencoba menenangkan degup jantungnya yang ia rasa sangat cepat, apalagi saat mendengar ucapan Deon yang terakhir, Zanna kembali tersenyum.
"Nggak mungkin kan kalo aku menyukai tuan muda Deon....." Zanna menyanggah pemikirannya.
#####
Deon duduk santai di kursi kantornya, memandang jendela kaca yang ada di sebelah kanannya, nampak beberapa pepohonan hijau menjulang tinggi.
Ia teringat tingkah konyol Zanna barusan, gadis bodoh yang entah mengapa membuatnya merasa tenang ketika berada di sampingnya. Ia bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana Zanna dengan kesal mengucapkan semua keburukannya. Deon tidak marah, ia malah merasa ucapan Zanna itu lucu. Apalagi tatkala Zanna tiba-tiba berhenti dan termenung sejenak. Ia sangat yakin jika saat itu Zanna sedang mengingat semua kebaikannya.
Malah dengan bangganya Deon berfikir jika ia sangat berbaik hati pada Zanna dan ia sama sekali tak menghiraukan ungkapan buruk tentangnya.
Tak lama berselang asisten Sam datang ke ruangan Deon, ia buru-buru memposisikan dirinya seakan sedang mengerjakan tugas penting.
Sam membawa beberapa dokumen yang harus ia tandatangani, Deon segera mengambilnya dan menarikan penanya di atas dokumen yang Sam berikan.
"Sam..... Apa kamu tau bagaimana rasanya jika kita mencintai seseorang?"
Sam sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia hanya bisa menyeringai sembari menatap Deon dengan wajah kebingungan.
Seingat Sam, Deon bukanlah lelaki yang mudah untuk jatuh cinta kepada seseorang, lalu mengapa tiba-tiba ia menanyakan hal tentang cinta.
"Apa yang sedang anda tanyakan tuan muda???? Apa anda sakit?" Ia benar-benar berfikir jika tuan mudanya itu sedang sakit sehingga tak bisa berfikir normal.
Dengan galak Deon menatap Sam, ia begitu emosi dengan pertanyaan Sam yang berkata bahwa ia sakit. Sam langsung bergidik ketakutan.
"Aku nggak sakit........" Jawab Deon tegas lalu kembali menandatangani dokumen satu persatu.
"Sudahlah..... Lupakan saja!!!!" Ucap Deon kemudian sembari menyodorkan berkas yang sudah selesai Deon tandatangani.
TOK TOK TOK
Pintu di ketuk dengan lembut, lalu seorang berparas cantik dengan bodinya yang sexy masuk ke ruangan Deon.
Sam yang menyadari situasi segera meminta ijin kepada Deon untuk meninggalkan ruangan, namun Deon mencegehnya.
"Tetaplah disini Sam...... Masih ada bisnis yang harus kita bicarakan"
Sam termangu dan mengangguk saja mendapat perintah dari tuan mudanya itu.
"Selamat siang Deon sayang....... Apa anda ingat jika minggu depan adalah hari pertunangan kita, bagaimana jika sore ini kita pergi ke butik untuk sekedar mencari pakaian yang cocok untuk kita"
Jessy melangkah dengan anggun ke arah sofa dan mendudukan dirinya disana, kaki jenjangnya ia lipat dengan cantik, menambah kharisma kecantikan yang selalu ia pancarkan.
Deon menghampiri Jessy dan duduk di hadapannya.
"Aku sudah menegaskan, jika aku tak akan menikahimu, kenapa kamu masih kekeuh dengan keinginanmu?" Deon berkata dengan ketus, lalu membenturkan punggungnya di dandaran sofa.
Jessy sangat menyukai Deon, banyak kelebihan yang Deon miliki meski sikap dinginnya tak pernah berubah sejak dia mengenalnya dulu.
"Bukankah orangtuamu yang menginginkan ini?" Jessy tersenyum dengan penuh ketenangan.
"Bodoh........ Wanita bodoh yang selalu mengemis cinta padaku meski aku tak akan pernah memberikannya" Bahkan Deon tak melihat ke arah Jessy sedikitpun. Ia bahkan malah merasa jijik dengan Jessy yang selalu mengejarnya.
"Apa yang kamu inginkan dariku??" Tanya Deon.
Jessy bangkit dari duduknya dan menghampiri Deon yang ada di seberangnya, mendudukan dirinya di samping Deon, hal itu membuat Deon kian risih dan menggeser tubuhnya untuk menjauh sedikit.
"Kenapa kamu selalu menghindariku?" Jessy berkata dengan kesal namun masih terlihat anggun.
Deon menyeringai.
"Bahkan sejak awal pertemuan kitapun aku selalu menghindarimu, kenapa kamu masih berharap padaku?"
Ingatan 5 tahun lalu begitu saja terlintas di fikiran Jessy. Pesta pernikahan seorang teman yang membuat mereka bertemu di satu tempat. Ingatan itu samar namun sangat nampak sikap dingin Deon. Awalnya Jessy berfikir jika itu hal biasa dan ia bisa mengatasinya, jadi ia menerima dengan senang ketika tiba-tiba mama Deon mengundangnya untuk makan malam di rumahnya.
Bahkan ketika makan malampun Deon hanya diam dan memilih untuk meninggalkan meja makan saat makan malam baru saja di mulai.
Jessy merasa sangat jengkel dengan ingatan itu, namun ia tak boleh menyerah untuk mendapatkan hati Deon. Baginya hidup bersama Deon adalah masa depannya, ia bisa hidup dengan lebih baik lagi. Menjadi keluarga besar nan terhormat.
Adiz.Ck
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments