Bab 03

"Heh,,,,, Bangun wanita bodoh,,,!!"

Zanna sedikit kaget dengen teriakan dari lelaki yang semula di anggapnya kejam itu. Ia segera bangkit dari tidurnya.

Zanna cukup tersipu ketika ketahuan tidur di sembarang tempat.

Ia mencoba merapikan baju dan juga rambutnya yang terlihat sangat berantakan.

Bahkan ia baru tersadar jika dirinya hanya mengenakan kaos pendek dan celana panjang longgar yang sudah sobek bagian lutut dan ada noda darah disana.

Tanpa aba-aba, Deon duduk tepat di samping Zanna, dan itu membuat Zanna sedikit menggeser posisi duduknya.

"Berikan kakimu!!!" Titah Deon tanpa ekspresi.

Zanna mengernyitkan dahinya seakan merasa salah dengan pendengarannya.

"Berikan kakimu!!!" Deon mengulang ucapannya, namun Zanna msih terbengong dengan suara itu.

Deon meraih kaki kiri Zanna dan meletakannya di pangkuan Deon.

Zanna sedikit kaget dan berusaha menolak, namun Deon lelaki yang tak butuh penolakan, meski Zanna menolak, lelaki itu akan tetap melakukannya.

Jadi Zanna memilih pasrah setelah pemberontakkannya tak di gubris oleh Deon.

Deon menaikkan celana panjang Zanna sampai batas lutut dan nampaklah luka yang darahnya sudah mulai kering disana.

Deon sedikit kaget ketika tau luka itu ternyata cukup lebar.

TUK

Tanpa aba-aba Deon langsung mengetuk pelan jarinya di kepala Zanna.

"AAuuuu" Pekik Zanna kaget.

"Kenapa,,,,????" Tanya Zanna sedikit judes karena kesal.

"Wanita bodoh,,,,,, Kenapa membiarkan lukanya seperti ini, apa kamu tidak bisa pergi ke rumahsakit untuk mengobati ini" Deon mengomel panjang lebar, Zanna hanya bisa menghela nafas.

"Ini tidak seberapa, luka kecil" Zanna menjawab enteng meski sebenarnya luka itu cukup sakit.

"Kalo infeksi bagaimana?" Deon kian galak menjawab.

"Apa pedulimu??? Toh jika aku mati juga nggak akan ada yang merasa kehilangan aku" ucapan itu begitu enteng Zanna ucapkan dengan mulutnya, namun seakan mencambuk hati Deon dengan begitu keras.

"Mungkin jika aku mati juga tak akan ada yang benar-benar merasa kehilangan aku" Gumam Deon dalam hati.

Deon lantas meraih sebuah kapas dan mulai membersihkan luka Zanna dengan air hangat yang sudah d siapkan asisten rumahnya barusan.

Zanna mencengkeram sofa dengan begitu kuat, ia menahan sakit itu sekuat tenaga, ia sangat tidak ingin di anggap cengeng oleh Deon.

Namun melihat ekspresi Zanna yang diam-diam ia sembunyikan, Deon tersenyum.

"Kalo sakit bilang saja!!" ujarnya.

Namun Zanna menggeleng meski matanya sudah memerah menahan sakit dan perih di lututnya.

"BISA CEPET NGGAK,,,,,," Zanna yang merasa kesakitan berkata dengan begitu keras dan membuat Deon tertawa.

Deon sangat faham jika Zanna merasa kesakitan, jadi ia meniup-niup luka Zanna sambil mebersihkan tanah dan debu yang menempel disana.

Setelah sekian lama berjuang menahan sakit.

"Sudah......." ucap Deon dengan nada senang.

"Ada lagi???" Tanya Deon.

Zannapun menunjukkan telapak dan jari kakinya yang sedikit terluka.

Deon menghela nafas kasar. Zanna hanya meringis sambil menunjukkan lukanya.

Namun luka lainnya hanya luka kecil, jadi Zanna bisa merasakan sakitnya dengan sedikit santai.

"Kenapa kamu kesini?" Tanya Deon dengan nada datar tanpa menoleh ke arah Zanna sedikitpun.

"Aku ingin mengembalikan uang ini padamu, aku tidak berhak menerimanya, kamu sudah menganggap lunas semua hutangku hanya dengan menemanimu ngobrol saja aku sudah sangat berterimakasih" Zanna menundukkan kepalanya menahan malu.

Deon tersenyum acuh.

"Uang segitu tak berarti apa-apa untukku"

Zanna mengepalkan tanggannya, merasa pria di depannya sangatlah sombong. Namun Zanna tak mengucapkan apapun.

"Bukankah kamu bilang jika kamu sangat suka dengan fashion" ucap Deon lagi.

Zanna mengangguk sambil menaikan kedua alisnya.

Deon mengamati penampilan Zanna yang terlihat sangat berantakan, lalu ia tertawa kecil dan membuat Zanna mengernyitkan dahinya.

"Mau sehebat apapun kemampuan kamu dalam merancang baju, jika penampilanmu seperti ini. Maka tak ada yang akan menganggap kemampuamu"

Zanna mengangguk mengerti.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Zanna dengan polosnya bertanya.

"Ikut aku!!" Kemudian Deon mulai melangkah meninggalkan ruang tamu dengan jalannya yang cukup cepat.

Ia sudah berdiri tepat di depan pintu mobil ketika menyadari Zanna belum ada di belakangnya, lalu ia kembali untuk mengecek Zanna.

Rupanya dari kejauhan Deon melihat Zanna yang berjalan lambat kaarena kakinya yang sakit. Segera Deon menghampiri Zanna dan segera memapahnya.

"Mau kemana sihh kita??" Tanya Zanna sedikit penasaran.

Namun Deon tak menggubris ucapan Zanna dan etaap fokus dengan jalannya.

Lalu Deon segera mendudukkan Zanna di mobilnya.

Hampir setengah perjalanan, namun keduanya sama-sama membisu, tak mengucapkan sepatah katapun.

Namun Zanna begitu tercengang ketika ia sampai di sebuah mall terbesar di kota itu. Matanya bahkan berkaca-kaca menahan bahagia.

"Aku selalu bermimpi bisa ke tempat ini...." Gumamnya.

Deon yang mendengar itu hanya tersenyum tanpa menanyakan alasannya.

Lalu keduanya segera turun dari mobil dan Deon dengan sigap segera menuntun Zanna.

Saat memasuki mall, Zanna begitu terpana dengan dekorasinya yang begitu memukau, berbagai lampu warna-warni dengan berbagai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam.

"Indah sekali......" Pekik Zanna penuh takjub.

Deonpun tersenyum senang, merasa tak sia-sia ia membawanya kesana.

Kemudian Deon mengajak Zanna memasuki sebuah toko baju dan memilih beberapa baju yang menurut Zanna sangatlah bagus.

Deon menyuruh pelayan untuk membantu Zanna barganti pakaian. Pelayanpun menurutinya dan segera memilih baju yang sangat bagus untuk Zanna kenakan malam ini.

Selagi Zanna berganti, Deon segera membereskan pembayarannya dan ketika menoleh ia sedikit kaget melihat Zanna yang sudah berdandan cantik sembari tesipu malu.

Beberapa detik Deon terdiam sambil fokus menatap Zanna.

BBUUGG

"AAuuu" pekik Zanna.

Zanna terjatuh karena hills yang ia kenakan, di tambah luka di kakinya. Deon segera tersadar dari lamunannya dan segera menolong Zanna.

"PELAYAN,,,,,,, Bisa bawakan aku sandal yang flat saja, soalnya dia kakinya sakit" Ucap Deon sembari melepaskan hills di kaki zanna.

Setelah selesai keduanya segera meninggalkan toko itu dengan beberapa paperbag besar.

"Apa ini tidak berlebihan??" Tanya Zanna saat mengetahui paperbag itu berisi baju untuk Zanna.

"Tidak......" Jawab Deon singkat. Lalu mengajak Zanna untuk makan malam di restoran terdekat.

Zanna sedikit malu melihat Deon. Tidak seharusnya ia menerima semua pemberian dan ajakan Deon. Bukankah itu seperti menurunkan harga dirinya.

Zanna masih melamun ketika Deon memanggilnya, namun Deon membiarkannya.

Sampai makanan yang mereka pesan datang baru Zanna segera tersadar dan langsung heboh melihat makanan yang begitu menggugah selera.

"Lama sekali aku tak pernah makan makanan ini...... Sepertinya enak sekali......." Pekik Zanna heboh.

Deon tersenyum, merasa lucu dengan tingkah Zanna yang selalu takjub dan membuat senang perasaan Deon.

Keduanya menikmati makanan itu dengan penuh nikmat. Keduanya bahkan tak canggung untuk tertawa bersama untuk hal sepele yang menurut mereka lucu.

#####

Adiz.Ck

Terpopuler

Comments

syafridawati

syafridawati

like mampir saling dukung ya

2021-08-12

2

_*"@N💖N@"*_

_*"@N💖N@"*_

next kk othor semangat 💪💪💪

2021-06-19

1

Tina Anton

Tina Anton

Lanjut thor.. Kayanya seru nih

2021-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!