Part 17

Azumi sedang mengepak pakaiannya ke dalam koper. Memasukan satu persatu sampai koper itu terlihat penuh lalu menutupnya kembali.

"Bawa barangnya banyak banget Zu, emang mau pergi berapa hari."

"Kalau nggak ada perubahan tiga hari mas, kenapa?"

"Aku pasti akan sangat merindukanmu. Aku akan kesepian tanpa mu," ucap pria itu sendu. Zumi tersenyum, sejurus kemudian dia mengusap lembut pipi Asher.

"Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir, oh ya... mas nggak bakalan kesepian karena Yuki akan menemani mas dan menyiapkan semua keperluan mas, baik-baik di rumah. Tolong bersabar dengan sikap Yuki dan beri dia kesempatan untuk di cintai."

"Apa kamu nggak terluka kalau aku mencintai wanita lain."

"Aku akan baik-baik saja selama perempuan itu Yuki Tanzeela adik ku mas." Asher diam saja tidak menanggapi lagi kata-kata Zumi.

Zumi juga tidak mau di antar sampai bandara, ia memilih memesan taksi saja dari pada di antar Asher. Mereka berjalan keluar dari kamar, beriringan menuju lantai bawah dengan Asher membawakan koper Zumi.

"Yuki...." Panggil kak Zumi, menghampiri adiknya yang tengah duduk di gazebo taman rumah Asher. Tempat favorit Yuki kalau lagi di rumah. Tempat yang selalu menjadi saksi bisu kesedihan dan kegalauan gadis itu selain kamarnya.

Di gazebo itu juga salah satu tempat Yuki menuangkan ide-ide mendesain.

"Iya kak," Yuki berdiri lalu menghampiri kak Zumi yang sedang berjalan mendekati.

"Aku mau berangkat," pamitnya memberi tahu Yuki. Ia mengantar kak Zumi sampai depan pintu dimana di depan sana sudah ada taksi yang sedang menunggu.

"Hati-hati kak," ucapku tulus, Zumi memeluk adiknya lalu mencium manis pipinya. Hal yang selalu membuat Yuki menjadi merasa tak menentu, dengan sikapnya yang selalu manis tentu saja membuat Yuki tak bisa membenci kakaknya. Walaupun sebenarnya Yuki kesal dan marah dengan sikapnya yang seakan memenjarakan ke dalam pernikahannya.

"Titip Asher ya..." kata kak Zumi mengulas senyum.

Sumpah, ini salah satu kata yang paling Yuki benci dari mulutnya. Selalu saja berkata titip, seakan-akan gadis itu seorang penjaga bak baby sitter.

*M*enyebalkan.

Usai pamit dan memeluk Yuki, kak Zumi beralih pamit kepada Asher. Yuki lihat wajah pria itu sangat sendu, bahkan langsung memeluk kak Zumi lumayan lama, serasa enggan untuk berpisah. Kak Zumi mengurai pelukannya lebih dulu setelah melirik adiknya dan menangkap wajah adiknya mulai cemberut, mungkin merasa tidak enak.

Asher mengantar kak Zumi sampai depan pintu mobil lalu membukakan nya untuk Zumi. Pemandangan yang begitu sweet, namun lagi-lagi membuat hati gadis itu bertalu-talu, merasa iri hati tidak pernah di perhatikan semanis itu. Iya inilah Yuki yang kadang mempunyai hati yang kotor dan iri hati, hanya karena tidak di perlakukan adil oleh suaminya.

Sepeninggalan kak Zumi, Yuki langsung kembali ke taman belakang. Ia hendak mengambil laptop yang tadi masih tertinggal di gazebo. Yuki menutup laptop yang tadinya masih menyala, lalu ia akan beralih ke kamarnya. Namun tak dinyana Asher menghampiri gadis itu di gazebo.

"Ngadem di sini ternyata enak juga ya?" kata pria itu tenang, duduk tak jauh dari tempat gadis itu.

Yuki meliriknya, tumben-tumbenan pria dingin itu mau membuka suaranya lebih dulu. Hadis itu bangkit berdiri dan hendak pergi, sengaja mengabaikan Asher yang sepertinya ingin memulai berkomunikasi baik dengannya.

"Yuki..." langkah gadis itu terhenti karena suara bariton suaminya.

"Apa?!" jawabnya ketus.

"Aku minta maaf, aku minta maaf dengan sikapku selama ini. Aku sudah memutuskan untuk menerimamu dan maafkan aku bila ingin memiliki ke duanya."

"Ck," Yuki terkekeh tak percaya. Ia memandang wajahnya malas. Bagaimana mungkin ada orang yang seegois itu. Ingin memiliki ke duanya itu sah-sah saja bila ke duanya sama-sama ikhlas dan ridho untuk di madu, tapi berbeda halnya dengan Yuki, ia sama sekali tidak sudi untuk di madu. Baginya hanya pria kejam yang melakukan hal itu.

"Terserah apa mau mu, aku sudah tidak peduli lagi dengan urusan mu. Tolong hentikan omong kosong mu Tuan Asher, aku semakin muak dengan kelakuan mu," tegas Yuki lantang.

Yuki lirik mulut pria itu berkedut hendak mengucapkan sesuatu, namun perlahan mulai menormalkan ekspresi wajahnya yang kesal setengah mati. Asher menatap dongkol istrinya yang berlaga acuh.

"Aku tidak peduli, dan aku tidak sudi melaksanakan apa pun yang di pasrahkan untukku mengenai Asher. Aku yakin pria itu mampu mengurusi dirinya sendiri tanpa bantuan ku sekalipun," gumam Yuki kesal seraya melangkah menjauh dari pria itu.

Yuki tahu Asher mulai jengah dengan sikap cueknya. Tapi ia tak ambil pusing, Yuki tetap melakukan kegiatan apapun sesuka hatinya, seperti hari ini hari ke dua kepergian Zumi dari rumah, Yuki memutuskan pergi memuncak bersama anak-anak di puncak semeru. Puncak Mahameru yang terletak di Jawa Timur itu adalah pilihan yang tepat untuknya, menjadi Yuki yang dulu, benar-benar Yuki yang seru dan tak mau di atur.

"Jangan salahkan aku yang jadi seperti mas, aku sudah cukup berjuang untuk pernikahan bodoh ini, saatnya aku menyenangkan diri, bersama teman-teman ku," batin Yuki.

Walaupun Yuki sudah bisa menebak jawaban dari Asher, tapi ia tetap harus berpamitan bukan?

"Em.... Om, besok pagi aku mau izin ke malang." Saat ini kami tengah melaksanakan makan malam bersama. Yuki lihat pria itu menghentikan kunyahannya lalu menatap istrinya tajam, dingin tanpa suara.

"Bolehkan? Tentu boleh dong Om!" Yuki tak gentar sedikitpun, walaupun pria itu terlihat kesal dan mengeraskan rahangnya.

"Terserah, bukankah kamu tidak mau lagi peduli dengan urusanku?"

Yes yes yes Yuki girang dalam hati.

"Iya ya, Om benar, aku hanya ingin memberi tahu tanpa mengurangi rasa hormat ku. Terimakasih Om...." Yuki tersenyum. lega tanpa mau tahu kegondokan hati suaminya.

***

Sebenarnya Asher sangat penasaran dengan rencana kepergian Yuki ke Malang. Pria itu bahkan tidak bisa tidur semalaman hanya untuk memikirkan hal itu. Ia sampai lupa bahwa sehari yang lalu juga Zumi pergi ke luar kota tapi dia tidak segundah ini. Asher hanya tidak mau terlihat peduli dengan Yuki, entahlah ada apa dengan hatinya.

Asher bahkan datang pagi-pagi sekali ke kamar Yuki yang sudah rame karena bik Tami dan bi Ema sedang membantu membereskan keperluan gadis itu.

"Bik... tolong tinggalkan kami berdua, aku ada perlu ngomong dengan Yuki," titah pria itu dingin. Ke dua ART itu beringsut mundur dan ke luar dari kamar. Menghentikan aktifitasnya yang tengah mengepak mengemasi barang majikannya.

"Aku tidak mengizinkan kamu pergi Ki, Zumi akan marah jika kamu tidak menurut denganku!" ujar Asher serius menatap Yuki tajam.

Hehehe

"Jangan khawatir Tuan Asher, ku pastikan kak Zumi hanya marah sebentar, lalu akan kembali menjadi Zumi yang manis kembali," Yuki sama sekali tidak menggubris larangan pria itu.

"Kenapa kamu menjadi sangat keras kepala dan tak tahu diri!" sarkas Asher lantang. "Seharusnya kamu tetap di rumah selama Zumi tidak ada," jelasnya marah.

"Ck, ya aku memang tidak tahu diri, tapi satu hal bahwa aku sudah sangat muak dengan pernikahan ini," jawab gadis itu tak kalah lantang.

"Apapun itu, kamu tetap tidak boleh pergi!" tegas Asher marah.

"Atas dasar apa Om melarangku?" tanya Yuki merendah.

"Aku ini masih suamimu, dan turunkan nada bicaramu."

"Hah," Yuki tersenyum sinis. "Suami dari mananya Om, aku sudah tidak sudi menganggap kamu seperti suami sejak Om tidak pernah menghargai perasaanku lagi, sejak Om memilih menikah lagi dan sejak Om memaksaku secara kasar." Luruh sudah air mata yang sedari tadi Yuki tahan, akhirnya jebol juga. Yuki muak jengah, marah, jenuh dan... menyerah.

Asher tercekat diam membatu, dia tidak menyela sedikitpun perkataan Yuki.

"Jadi apa mau mu?" tanyanya melembut.

"Om harus bisa memilih pernikahan kita? Atau pernikahan kak Zumi?"

"Hahaha...." Asher tertawa sumbang.

"Kenapa aku harus memilih, tentu kamu sudah tahu jawabannya."

"Oke kalau begitu, sekarang lepaskan aku, talak aku," tantang Yuki yakin.

"Akan aku pastikan itu terjadi, tunggu saja bila hari itu tiba." Asher lalu pergi meninggalkan kamar Yuki.

"Kenapa tidak sekarang saja, aku sudah tidak sabar menanti hal itu!" teriak Yuki lantang.

Gadis itu pergi dengan hati dongkol setengah mati, hidup bersama Asher selalu membuat tekanan darahnya naik, karena terlalu sering berseteru, dan adu mulut. Cukup menguras emosi dan menguji kesabarannya.

Yuki keluar rumah dengan hati yang berkecamuk. Yuki lihat Amar sudah stand by di depan gerbang. Pria itu memang selalu ada untuknya.

"Udah, dapat izinnya?" tanya Amar begitu mendapati gadis itu menghampirinya. Yuki mengangguk.

"Kenapa kamu nangis? Asher marah? Dia kasar sama kamu? Ayo masuk ke mobil kamu bisa cerita semuanya denganku."

Terpopuler

Comments

Sur Yhanie

Sur Yhanie

good job Yuki...ngebangkang truss...itu hukuman buat si asher

2023-11-14

0

gia nasgia

gia nasgia

Next

2023-03-17

0

pimoyyy 🐣

pimoyyy 🐣

Udah ngk sanggup lagi aku ingin komen. ah nyeseklah, apapun alasan Zumi tapi nyesek loh ini woy 🥲

2023-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!