Part 15

Dari tempat kost Gea Yuki langsung meluncur ke Anomali coffe. Amar sudah datang lebih dulu ketika gadis itu sampai.

"Ki, kamu baik-baik aja kan?" tanya Amar khawatir, pria itu langsung menghampiri begitu Yuki sampai.

"Iya, baik," hatiku yang tidak baik-baik saja Mar.

"Syukurlah, aku kira kamu hari ini nggak akan datang. Aku telfon berkali-kali nggak di angkat, aku chat nggak di balas padahal udah di read lho. Kamu marah sama aku?"

"Emmm... itu...HP aku... di rampas."

"Hah, beneran? Tapi kamu nggak kenapa-napa kan?" Yuki menggeleng pelan.

"Pantesan nggak ada balasan sama sekali padahal online, aku kira kamu beneran marah."

"Nggak lah... nggak ada alasan untuk marah sama kamu." Obrolan mereka terpaksa harus berakhir karena sudah harus perfom.

Tak sadarkah dirimu sayang

Kau telah melukai hatiku

Saat ku lihat dengan mataku

Kau bercumbu mesra bersamanya.

Sayang terimakasih tuk semua

Selama ini kau telah menyakitiku

Ku Terima semua keputusan mu

Di dalam hatiku.

[Dadali_Di saat aku tersakiti]

Yuki begitu menghayati lagunya, suaranya yang luwes di tambah petikan gitar Amar yang mendayu menambah siapapun yang mendengarnya ikut terbawa halu.

Sore ini pengunjung Kafe begitu rame, waiter tanpak rame lancar bolak balik dari meja ke meja. Perfom Yuki hari ini cuma sampai jam setengah enam.

Perasaan Yuki mendadak tidak enak dan pingin cepat pulang. Padahal biasanya males banget kalau udah urusan pulang ke rumah. Setelah numpang maghriban di lokasi kerja ia langsung berkemas pulang.

Kali ini rencananya Yuki mau menyetop taksi di sebrang jalan, berharap ada yang lewat. Berhubung tidak membawa ponsel ya mau bagaimana lagi pasrah saja. Amar seperti biasa mengajak pulang bareng, tapi berhubung tidak searah tentu gadis itu menolak mentah-mentah. Kasihan pikir Yuki, bareng Amar terlalu merepotkan pria itu.

Pria itu tidak menyerah, dia malah ikut duduk di samping Yuki sambil mengamati kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.

"Oke deh, kalau tidak mau di antar tidak apa-apa tapi izinkan aku tetap menemanimu sampai kamu mendapatkan taksi, baru aku bisa pergi dengan tenang."

Yuki mengangguk pasrah dan berharap bisa segera ada taksi lewat. Sebenarnya Amar bisa saja memesankan taksi atau ojol melalui ponselnya, namun ia punya misi lain dan pastinya duduk berdua dengan Yuki adalah misi yang pertama.

"Kamu kenapa tidak cerita."

"Hah... soal?" Yuki yakin sekarang dahinya sedang berkerut indah karena bingung dengan pertanyaan Amar.

"Soal status kamu, soal rumah tangga kamu. Kenapa di pendam sendiri."

Huhf

Yuki menghela nafas pelan. "Kamu tahu dari mana?"

"Aku pasti mencari tahu tentang seseorang yang telah mencuri hatiku," ujar pria itu menatap jalanan.

Yuki semakin tidak tahu dengan maksud Amar berkata seperti itu.

"Yuki... izinkan aku membantu mu. Jangan terlalu mencemaskan perasaan mu, aku yang akan menyembuhkannya."

"Amar... aku istri orang, bagaimana mungkin aku berdua-duan dengan mu di sini. Kamu pulanglah dan jangan pernah mencari tahu sedikit pun tentang aku."

"Aku sudah tahu semuanya, makanya aku pingin nganterin kamu pulang. Jangan khawatir, aku akan menunggumu sampai kamu benar-benar berpisah dengan suamimu."

"Kamu ngomong apa sih Mar...?"

"Please cari kebahagiaan mu sendiri, jangan biarkan masa muda mu terjebak dalam pernikahan konyol yang tak tentu arah."

Yuki menatap getir pria di sampingnya, semua yang ia katakan benar tapi ia bisa apa untuk saat ini selain menunggu waktu.

Amar tentu benar ini memang pernikahan konyol, mana ada mempertahankan rumah tangga dengan saling menyakiti.

"Ayo bangun dan tunjukan pada dunia, kamu baik-baik saja, dan sekarang biarkan aku mengantarmu."

"Ini akan membuatmu semakin terluka Amar, aku tidak bisa menjanjikan apapun statusku masih sangatlah jelas jadi akan menimbulkan masalah."

"Jangan khawatir, aku orang yang cukup kuat. Cuma satu, tolong jangan abaikan aku, jangan cuek dan tetaplah menjadi Yuki yang ceria seperti sebelumnya."

Yuki tersenyum, walaupun banyak kemalangan yang menimpanya, namun masih ada orang-orang yang peduli dan sayang dengan dirinya.

"Ayo tunggu apalagi, mau nunggu di sini sampai subuh."

"Ck, isya aja belum udah ngomongin subuh." Yuki menggerutu, namun langkahnya sejalan dengan langkah pria itu.

"Nih pakai helmnya, jangan manyun terus. Jelek tahu."

Akhirnya gadis itu menurut, di antar pulang oleh Amar bahkan ia sama sekali tidak menolak ketika Amar mengantar sampai depan pintu gerbang. Yuki akan mulai pemberontakan terhadap Zumi dan Asher yang terkesan menjeratnya. Gadis itu bosan menjadi Yuki yang manis, ia akan berpura-pura dekat dengan Amar supaya Asher bertambah membencinya dan dia tidak tahan dengan kelakuannya lalu menceraikan Yuki. Yah dengan begitu pasti Asher tidak punya alasan lain.

"Hati-hati sampai ketemu besok, " ucap Yuki seraya melambaikan tangan, pas kebetulan mobil Asher masuk dan Yuki yakin pria itu melihatnya. Yuki berharap Asher hari ini marah dan benar-benar mengusirnya secara suka rela dari rumah ini.

Yuki langsung masuk ke dalam begitu motor Amar menghilang di tikungan. Berjalan dengan tergesa dan ingin rasanya segera melempar tubuhnya ke kasur.

"Bik, bi Ema..." Yuki memanggil ART di rumahnya karena ada perlu.

"Iya Non, ada apa?" ke dua ART itu langsung segera menghampiri Yuki.

"Bi Ema atau bi Tami terserah deh siapa saja. Tolong nanti antar makan malam aku ke kamar ya. Aku mau makan di kamar aja," pinta gadis itu pada ke dua ARTnya yang langsung di angguki ke duanya.

"Iya Non siap."

"Kak Zumi di rumah nggak bik."

"Ehem..." Tiba-tiba Asher sudah masuk ke dalam dan berdehem sebentar memergoki Yuki yang tengah berbincang dengan bibik.

"Lupakan saja pertanyaan ku bik, jangan lupa pesanan aku. Aku ke kamar dulu ya." Asher nampak memperhatikan obrolan singkat Yuki dengan bibi. Yuki yakin pria itu tengah kepo namun tak bereaksi. "Ah masa' bodoh lah, aku nggak peduli."

Yuki langsung menuju kamarnya. Lalu menuju kamar mandi, membersihkan badan yang terasa lengket seharian beraktifitas. Kali ini ia tidak mengunci pintu karena ia pikir bibik akan mengantarkan makanan untuknya

Na na na na

Yuki bersenandung ria di kamar mandi, benar-benar seperti konser ala-ala Yuki dengan beground dinding kamar mandi dan musik gemericik air.

Sementara Asher begitu penasaran dengan sesosok pria yang tadi mengantar Yuki. Ia sebenarnya hendak protes namun segera di urungkan niat itu, jangan sampai terlalu ketara kalau dirinya merasa geram dengan sikap suka-suka Yuki.

Kekesalanya bertambah tatkala ia hanya duduk seorang diri di meja makan dan melihat sendiri bi Ema tengah menenteng nampan berisi makanan yang akan di bawa ke kamar Yuki.

"Bi, mau dibawa kemana?"

"Mohon izin Tuan, nona Yuki meminta makan di kamar."

"Apa dia sakit?"

"Kurang tahu Tuan, mohon maaf saya permisi."

"Tunggu bi, biar saya saja."

Bik Ema terdiam sejenak, sejurus kemudian mengangguk, dan meletakkan nampan tersebut ke atas meja.

Tok tok tok

Yuki langsung menyuruh nya masuk. Sudah pasti itu Bibi yang tengah mengantar makanan. Kalau Asher yang masuk ia tahu pria itu tidak pernah mengetuk pintu lebih dulu.

Klek

Pintu terbuka, "Taruh di atas meja tolong bik," Yuki berbicara tanpa menoleh, sibuk sendiri mematut di depan cermin. Bayangan Asher yang tertangkap pantulan cermin di depannya membuat gadis itu kaget setengah menjerit.

"Om...?" seru Yuki setengah memekik. Pria itu diam saja namun langkahnya perlahan mulai mendekati Yuki. Berdiri dari hadapannya kurang dari dua meter. Matanya memindai tubuh gadis itu dari kaki sampai ke atas.

Terpopuler

Comments

Nuris Wahyuni

Nuris Wahyuni

masak org tuanya aser gak tau klau anaknya da nikah lg kata horang kaya??

2023-04-24

0

gia nasgia

gia nasgia

Asher nggak jelas 😡

2023-03-16

0

Nur fadillah

Nur fadillah

Nah mulai kan...makanya...😠😠

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!