Part 3

Asher meringis kesakitan akibat tendangan Yuki yang mengenai pusakanya. Istri baru nya itu bukan hanya nakal tapi langsung di cap durhaka sejak malam itu juga. Belum ada sejarahnya seorang Asher yang digandrungi banyak wanita mendapat penolakan, hanya saja memang dia tipe laki-laki yang setia, sehingga ketika hatinya berlabuh dengan Azumi, tidak mudah baginya untuk pindah ke lain hati.

Zumi adalah seorang Dokter spesialis kandungan. Selain cantik, dia juga kalem dan lembut hatinya, wajar saja kalau Asher jatuh hati padanya. Sementara Yuki, gadis supel yang rame dan pastinya tidak mau di atur-atur. Namun, semenjak menikah dia menjadi lebih tertutup dan pendiam.

Yuki terus berkomat-kamit melantunkan doa agar persembunyiannya tidak di temukan oleh Asher. Dia berharap pagi segera menyambut.

"Nyonya... nyonya..." Seorang asisten rumah tangga menggoncang bahu Yuki yang tengah tertidur di balik bilik mushola rumah Asher.

"Eh... udah pagi?" tanya gadis itu tergagap.

"Iya nyonya, udah pagi. Nyonya kok tidur di sini?" tanya asisten rumah tangga yang baru di ketahui bernama Tami.

"Oh... tadi habis sholat subuh terus ketiduran bik," jawab Yuki jujur. Memang dari semalam lari dari kamar, ia tidak bisa tidur begitu habis sholat subuh langsung tertidur.

"Nyonya masih mau di sini, tidak mau kembali ke kamar?"

"Eh, kamar ya bik... iya bentar."

Yuki melangkah dengan ragu. Menaiki satu demi satu anak tangga dengan perasaan gamang. Bersiap jika nanti mungkin akan mendapat amukan suaminya.

Ceklek

Yuki membuka pintu kamar yang semalam ia tempati dengan perasaan bergetar. Namun, ketika pintu terbuka ruangan itu nampak sepi tak berpenghuni.

"Kemana mas Asher?" tanya Yuki dalam hati. Matanya nyalang melihat kesemua sisi kamar, kamar mandi, walk in closet tapi tidak ada. "Syukurlah..." batin gadis itu lega.

Sejak hari itu, sudah seminggu ini mereka tidak pernah bertemu. Asher selalu berangkat kantor pagi hari sebelum Yuki bangun, dan pulang ketika Yuki sudah tertidur. Mereka juga tidur di kamar yang berbeda. Gadis itu malah merasa senang karena tidak harus satu kamar. Bagaimana pun kejadian malam itu membuat ia sedikit merasa bersalah.

"Apakah aku harus meminta maaf jika bertemu nanti? Ah salah siapa memaksaku, lagian dia mabuk. Aku yakin seratus persen dia tidak respect padaku mengingat perkataannya tempo hari yang secara terang- terangan sangat membenciku," gumam Yuki galau.

Hari ini adalah weekend, jadi besar kemungkinan Asher ada di rumah. Yuki bingung hendak ke luar dari kamar. Tapi belum juga ia menemukan solusi pagi ini hendak melakukan apa, tiba-tiba pintu kamar gadis itu di ketuk dari luar. Bik Ema menyuruhnya untuk sarapan bersama di meja makan.

Yuki mengiyakan, setelah mengatur rasa nervous yang tiba-tiba melanda, dengan percaya diri menuruni anak tangga menuju ruang makan. Dari jarak sepuluh meter, Yuki bisa melihat sosok pria yang tengah duduk sambil membelakangi dimana saat ini Yuki berdiri.

Bik Ema yang melihat Yuki mematung saja di tempat, segera menghampirinya. Seperti mengetahui kegugupan gadis itu.

"Nyonya kenapa diam?" tanya Bik Ema menuntun ke meja makan.

Yuki duduk tepat di hadapan segaris dengan Asher. Mereka makan dalam diam. Sampai isi piring di depan ke duanya sama-sama habis.

Yuki berniat meninggalkan meja makan terlebih dahulu karena sudah selesai dari tadi dan Asher tak kunjung berbicara apa-apa.

"Yuki..." Suara beratnya menghentikan laju geraknya yang hendak berdiri.

Yuki menatap sekilas, sejurus kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain karena tak mampu menatap manik mata hitam yang tengah menatapnya lekat.

"Duduk, aku mau bicara," katanya lirih dengan nada yang hati-hati. Wajahnya begitu dingin dan ini membuat gadis itu... merinding.

Yuki menurut dan bersiap mendengarkan kira-kira kata-kata apa yang ingin di ucapkan pria dingin berstatus suaminya itu.

"Nanti malam aku akan tidur di kamar mu, bersiaplah. Aku tidak ingin kejadian minggu lalu terulang lagi," kata pria itu dingin tanpa ekspresi.

Jangan tanyakan bagaimana hati gadis itu. Karena saat ini ia hanya bisa menunduk dengan perasaan gugup. Pria itu bangkit dari duduknya meninggalkan Yuki begitu saja yang masih membatu di ruang makan.

Kata-kata Asher terus terngiang-ngiang di kepala Yuki. Berputar-putar seperti kaset rusak. Gadis itu terus mondar mandir di kamar, berharap menemukan solusi Kira-kira rencana apa agar ia bisa mangkir dari yang namanya malam pertama pengantin.

Yuki bukannya tidak tahu. Umurnya sudah 20 tahun, tentu sudah tahu hal itu. Tapi apa jadinya kalau hal itu di lakukan dengan orang yang tidak dicintainya bahkan mungkin membencinya.

Ah bahkan, Asher jenis pria seperti apa pun ia tak tahu. Yuki tidak menemukan satu clue sedikitpun tentang dia, yang ia tahu dia pria dingin yang menyebalkan.

Siang ini Yuki berencana mencari kak Zumi, mulai dari menelfon rumah, menelfon teman-temannya yang ia tahu, dan berkunjung ke tempat kerjanya, namun kata orang kantor kak Zumi masih cuti, bahkan kak Zumi cuti sampai dua minggu ke depan.

"Jadi Kira-kira kak Zumi ini pergi kemana?" tanya gadis itu dalam hati.

Rupanya kepergian Yuki dari rumah berniat mencari Zumi, terendus oleh Asher, sehingga tanpa Yuki ketahui dia telah di awasi.

"Hm... sepertinya ada orang yang tengah mengikuti aku." Yuki berjalan lebih cepat dan segera meninggalkan lokasi.

Sudah sore hari, Yuki masih berkeliaran di jalan raya. Berusaha dengan keras, satu persatu mengunjungi tempat-tempat yang mungkin sering di jangkau oleh kak Zumi. Namun, hasilnya nihil. Yuki tidak menemukan keberadaan kakaknya.

Huhf....

Keringat mulai membanjiri tubuhnya. Yuki putuskan sore ini untuk pulang dengan perasaan hampa dan campur aduk. Sesampainya di rumah sudah hampir maghrib, gadis itu langsung bersih-bersih di kamar mandi. Usai mandi, melaksanakan tugas sebagai orang muslim dan menyiapkan buku, keperluan yang akan dibawa ke kampus besok. Sebelumnya merampungkan tugas terlebih dahulu.

Sekitar jam setengah delapan bik Ema memanggilnya untuk makan malam. Yuki seperti biasa turun. Namun kali ini, ia makan sendiri karena Asher sedang tidak ada di rumah dan menurut penuturan dari Art, Asher pergi dari tadi siang belum kembali.

Entah mengapa Yuki sedikit lega, dan berharap malam ini Asher lupa dengan apa yang di bicarakan tadi pagi. Setelah makan malam, perempuan itu langsung kembali ke kamar untuk tidur. Namun, berhubung baru jam delapan ia sama sekali belum ngantuk di tambah terus terngiang-ngiang kata-kata Asher pagi hari tadi.

Aku nanti malam akan tidur di kamar kamu, bersiap lah.

Yuki begidik ngeri mengingatnya, bagaimana kalau nanti malam Asher benar-benar datang dan meminta haknya? Haruskah ia menolak, oh tidak. Bisa jadi dia tambah murka dan Yuki? Tentu saja malaikat melaknatnya. Untuk menetralisir rasa gugupnya, gadis itu berinisiatif membaca buku agar cepat ngantuk dan tertidur.

Namun baru beberapa lembar ia mulai membaca buku, pintu kamar perempuan itu di buka dari luar tanpa di ketuk, seketika sosok tampan Asher menyembul dari balik pintu dan secara refleks jantung gadis itu hampir melompat dari peraduannya, saking kagetnya.

Yuki terlihat gugup dan bingung, sementara Asher menatap istrinya begitu intens. Susah payah gadis itu menelan salivanya gugup, pria di depannya terus mengikis jarak. Menatap Yuki dengan mata hitamnya yang lekat, membuat gadis itu mati kutu.

Terpopuler

Comments

Mia Fahri

Mia Fahri

seru bagus ceritanya

2024-03-27

0

Enung Samsiah

Enung Samsiah

jdi degdegan bacanya,,,

2023-10-19

1

gia nasgia

gia nasgia

jeng...jeng...jeng .😄

2023-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!