Senja
Senja selalu menerima langit apa adanya.
Hanya senja yang tau cara berpamitan dengan indah. Setidaknya mengajarkan kepada kita bahwa keindahan tak harus datang lebih awal.
Kenapa senja terdengar lebih romantis dari fajar? Karena sebuah perpisahan akan lebih mudah dikenang dari pada sebuah pertemuan.
Senja paham bahwa kita adalah sepasang insan yang merajut kisah namun belum bisa terselesaikan. Sebab senja lebih tau bagaimana cara permisi tanpa ada sedikit pun insan yang merasa tersakiti.
🌺
Tiga perempuan belia yang usianya hanya berseling sekitar dua tahunan, berlarian dibibir pantai dengan bahagianya. Becanda dengan ombak yang terus mendekati mereka, menyentuh lembutnya hamparan pasir, pantai tersebut sangat terjaga kebersihannya, jadi bisa dinikmati dengan nyaman oleh para pengunjung. Suasana pantai ramai karena musim liburan, tapi sore ini tampak agak lengang karena banyak para tamu yang bermain sedari pagi, jadi sorenya memilih untuk beristirahat. Para warga sekitar juga tidak banyak yang bermain ke pantai karena sedang ada hajatan di rumah sesepuh kampung.
Keluarga Pak Sanjaya sedang menikmati liburan akhir tahun didalam negeri saja untuk kali ini, biasanya mereka akan pergi keluar negeri selama dua minggu full, karena banyak kerjaan yang tidak bisa ditinggal lama oleh Pak Sanjaya dan kesehatan istrinya yang kurang baik selama dua bulan belakangan ini, membuat mereka memutuskan hanya berlibur disalah satu pulau dari Kepulauan Seribu. Mereka menginap di Resort yang merupakan salah satu gurita bisnis milik keluarga Pak Sanjaya.
Pak Sanjaya memiliki tiga orang putri, mereka saling menyayangi satu sama lain dan sangat kompak. Terkadang juga memakai baju yang sama untuk menunjukkan kekompakan mereka.
Secara medis, istri Pak Sanjaya tidak diketahui pasti penyakitnya. Sudah berupaya untuk melakukan pengobatan di Rumah Sakit ternama baik diluar dan didalam negeri, puluhan dokter sampe taraf profesor, dari pengobatan medis hingga alternatif, ga mampu mendeteksi dengan pasti penyakitnya. Berbagai alat canggih serta metode pengobatan paling mutakhir sudah dilakukan tapi ga ada perbaikan kondisi kesehatannya. Setahun yang lalu, istrinya Pak Sanjaya secara tiba-tiba kakinya ga bisa berjalan dan badannya gampang lelah tanpa ada sebab musabab. Bahkan bisa pingsan seketika tanpa diketahui juga penyebabnya.
"Lexa.. tolong dorongin Bunda keujung Dermaga disana ya, Bunda mau liat senja, keliatannya senja kali ini sangat berbeda" pinta Bundanya Lexa.
Lexa sang putri bungsu, anak kelas enam SD ini pun mendorong kursi roda secara perlahan diatas jembatan kayu menuju ujung Dermaga.
"Mau kemana Bun?" tanya Mba Flo, kakaknya Lexa, anak tertua Pak Sanjaya.
"Mau liat senja diujung Dermaga" jawab Bunda sambil menunjuk kearah tujuannya.
Lexa terus mendorong kearah ujung Dermaga dengan perlahan.
"Sebentar aja ya Bun... anginnya agak lumayan besar, nanti Bunda kedinginan malah tambah sakit" saran Lexa pelan.
Bunda mengangguk.
Pak Sanjaya menyusul begitu melihat Lexa mendorong Bundanya, Pak Sanjaya menemani istri dan putri bungsunya diujung Dermaga. Lexa mengunci roda kursi roda yang diduduki Bunda, Lexa duduk di jembatan sambil berpegangan dibatas Dermaga, Pak Sanjaya duduk disamping kursi roda istrinya. Mereka bertiga berbincang hal ringan disertai canda tawa, apalagi Lexa sebagai bungsu sangat manja, jadi sering jadi hiburan buat keluarga. Sesekali Lexa mengabadikan momen kebersamaan mereka bertiga di ponsel canggih milik Ayahnya.
"Inget ga Yah... dulu kita menikah dibibir pantai dalam suasana senja dan sepertinya semesta mendukung karena dikemudian hari semua anak-anak kita pun lahir dikala senja" ingat Bunda sambil tersenyum manis kearah suaminya.
"Ingatlah... kita juga pertama ketemu disebuah pantai dikala senja.... tujuh belas tahun yang lalu ya... Dan enam bulan kemudian kita langsung menikah. Cinta pada pandangan pertama saat di Pantai Krakal Jogja" jawab Pak Sanjaya sambil mengusap tangan istrinya.
"Ceritanya lagi mengenang masa lalu ya Ayah dan Bunda ... Lexa tinggal sebentar ya, Bunda sama Ayah silahkan berduaan dulu" goda Lexa sambil bangkit dari duduknya.
"Disini aja Lexa... Bunda sudah lama ga kamu pijitin kakinya. Udah ga sayang ya sama Bunda sampe ga punya waktu buat Bunda lagi?" tanya Bunda dengan suara lembutnya.
"Maaf ya Bun.... Lexa sibuk ikut les, kerja kelompok sama ngerjain tugas sekolah. Maklumlah udah kelas enam SD, banyak ujian yang harus dilalui mulai dua bulan yang akan datang. Lexa kan mau lanjut di sekolah yang bagus itu loh Bun .. seleksi masuk kesana ketat banget, jadi Lexa mau usaha buat masuk kesana. Do'akan ya Bun" pinta Lexa sambil memijit kaki Bundanya.
"Tanpa kamu minta juga Bunda pasti do'akan yang terbaik buat anak-anak tercinta Bunda" ucap Bunda penuh kasih sayang.
"Senja itu selalu setia... Ga pernah janji buat kembali, hanya butuh waktu buat menepati. Karena senja tau jika meninggalkan bukan berarti mengakhiri, tapi meninggalkan hanya untuk menguji sebuah kesetiaan" kata Pak Sanjaya sambil menatap senja.
"Itu kalimat yang ga asing deh, kalimat yang pernah Ayah ucapin kalo mau kerja jauh dan Bunda ga ikut" ingat Bunda.
"Ya... kalimat sakti saat kita baru nikah tapi Ayah diminta almarhum Papa buat ngawasin project di Mandalika. Kan Bunda saat itu masih kuliah dan akan ujian semesteran. Jadi tiga minggu ya kita berjauhan.. ngalamin LDR an yang beraaattt banget" ujar Pak Sanjaya sambil tersenyum.
"Iya.. Ayah paling ga bisa jauh-jauhan dari Bunda .... nanti kalo Bunda jauh dari Ayah kira-kira Ayah bisa ga ya?" tanya Bunda tiba-tiba.
"Ngomong apa sih Bun.. jangan begitu ngomongnya.. pamali" ujar Pak Sanjaya.
Kemudian mereka pun melanjutkan berbincang tentang rencana sekolahnya Lexa. Kali ini Mba Flo dan Mba Qisha (anak kedua Pak Sanjaya) baru ikut bergabung.
Mba Flo mengambil kamera DSLR lengkap dengan tripodnya, dia mengatur kamera tersebut untuk mengabadikan kebersamaan mereka dikala senja saat ini. Namanya punya anak perempuan, pasti mulutnya rame, jadilah sesi foto menjadi ajang saling berdebat tentang pose yang bagus. Yang satu maunya berdiri, yang lainnya maunya jongkok, ada yang mengusulkan berbaris sesuai urutan umur dan masih banyak lagi idenya. Kedua orangtuanya hanya melihat sambil tertawa kecil.
Tepat pukul lima lewat tiga puluh menit, sore hari ... badan Bunda kembali lemas dan langsung tidak sadarkan diri. Semua kaget dan saling berteriak panik.
"Bun....Bun.." Pak Sanjaya coba mengguncang tubuh istrinya.
Mba Flo juga memeriksa hembusan angin dari hidung. Tampak mukanya sudah sedih.
"Ayah... cepat kita ke klinik terdekat" ide Mba Flo dengan tanggapnya.
Pak Sanjaya mendorong kursi roda dengan kencang, kearah perkampungan warga di Pulau tersebut. Mba Flo membantu disampingnya. Mba Qisha membenahi kamera yang tadi dipakai kemudian ikut berlari tanpa melihat kearah Lexa yang masih diam terpaku. Seakan Lexa terbius oleh suasana panik yang terjadi didepan matanya, dia hanya bisa menangis melihat kejadian didepan matanya yang berlangsung dengan cepat.
.
"Dek... Kenapa nangis? Keluarganya dimana?" tanya anak laki-laki yang diperkirakan sepantaran Mba Flo.
"Ke klinik Kak.... saya ga tau klinik yang mana. Bisa tolong antar saya kesana?" tanya Lexa sambil mengusap air matanya.
Remaja muda itu mengantar Lexa kearah perkampungan. Dia bukan penduduk disana, tapi tiap akhir pekan selalu ke Pulau ini. Membantu Bapaknya mencari rejeki sebagai tukang reparasi elektronik, pasang listrik dan rekanan pemeliharaan instalasi listrik di Resort milik Pak Sanjaya.
.
"BUNNDAAA.... bangun Bun... Jangan tinggalin kita" suara Mba Flo terdengar histeris.
Mba Qisha pun menangis dan memeluk Pak Sanjaya. Lexa yang baru sampai didepan pintu klinik langsung lemas seketika melihat pemandangan didepan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Ulil
fajar lebih ke pertemuan dan senja perpisahan
2024-03-10
1
IF
Bagus banget ini kalimatnya
2023-09-01
1
Muhtar Ndori
kangen sama Senja jadi baca lagi he.. he..
2022-06-23
1