Tidak ada yang menduga jika liburan kali ini adalah liburan keluarga terakhir bersama Bunda. Isak tangis keluarga Pak Sanjaya tidak bisa terbendung lagi. Kakak beradik saling berpelukan, menguatkan satu sama lain. Pak Sanjaya masih berbincang sama dokter di Klinik tersebut.
🌷
"Abis darimana Can? Ga keliatan sholat Magrib berjama'ah tadi di Mesjid" tanya Bapaknya Candra.
"Ada Pak, tapi di shaf paling belakang, datangnya pas udah mulai raka'at pertama soalnya abis antar anak perempuan ke Klinik yang deket sini" jawab Candra, lelaki abege kelas tiga SMP, yang tadi mengantar Lexa ke Klinik.
"Kenapa emangnya sampe kamu yang anter kesana? kamu abis buat dia luka? atau kalian abis berantem?" cecar Bapaknya Candra.
"Masa berantem sama anak perempuan Pak. Ibunya dia dibawa ke Klinik, nah dia ketinggalan dari keluarganya. Tapi kasian deh Pak.. pas kita sampe di Klinik, ibunya udah meninggal dunia" jelas Candra.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun... udah yuk kita siap-siap buat pulang. Tadi Bapak tanya kalo ada kapal nelayan yang mau kearah daratan Jakarta jalan sekitar satu jam lagi" ajak Bapak.
"Ya Pak" jawab Candra sambil merapihkan tas yang berisi alat-alat buat reparasi elektronik.
💐
Para karyawan Resort sedang berkoordinasi untuk pemulangan jenazah istrinya Pak Sanjaya menuju daratan Jakarta, mereka menghubungi kapal untuk memulangkan jenazah. Kapal khusus ini milik paguyuban warga Pulau Tidung yang berjarak sekitar lima belas menit dari Resort ini.
Ada dua kapal bersandar di Dermaga, satu kapal jenazah dan satunya lagi kapal pesiar yang disewa Pak Sanjaya untuk mereka balik ke daratan Jakarta.
.
"Kamu mau balik malam ini Can?" tanya Mas Akmal, Manager Resort yang sudah akrab sama Candra.
"Iya Mas, saya mau balik sama Bapak. Besok ada acara karang taruna buat persiapan hari kemerdekaan. Oh ya Mas.. Yang meninggal siapa Mas? pengunjung Resort?" tanya Candra penasaran.
"Istrinya Pak Sanjaya, pemilik Resort ini. Kamu ikut aja di kapal mereka, cuma keluarga mereka aja kok sama Mas yang akan ikut ke Marina Ancol. Daripada kamu naik kapal nelayan yang kecil, ombaknya lagi agak gede" ajak Mas Akmal.
"Ga enak lah Mas ... ga kenal tapi ikut-ikutan di kapal mereka" jawab Candra lagi.
"Udah gapapa... tapi kamu di kapal jenazah ya .. kalo kapal pesiar isinya keluarga Pak Sanjaya sama barang-barang bawaan mereka" ucap Mas Akmal.
"Makasih sebelumnya Mas.. nanti coba saya bilang ke Bapak dulu" jawab Candra.
"Ya udah sana.. kan lumayan bisa irit sekitar lima puluh ribuan" ujar Mas Akmal.
.
Keluarga Pak Sanjaya naik ke kapal pesiar, hanya Lexa yang ngotot mau ikut di kapal lain untuk mendampingi jenazah Bundanya.
Mas Akmal mendampingi Lexa duduk disamping jenazah almarhumah. Tangisnya tidak kunjung berhenti. Bahkan suara tangisnya melebihi kencangnya suara deburan air terkena mesin speedboat.
Candra sedang mengaji bersama Bapaknya, setelah selesai mengaji dia menghampiri Lexa, kemudian duduk disampingnya.
"Daripada kamu nangis kencang, lebih baik kamu ngaji aja yang kencang. Bunda kamu udah tenang dan baiknya kita ngaji biar kita juga tenang" ide Candra dengan gaya anak muda yang rada cuek.
Lexa langsung menghentikan tangisnya dan melihat kearah Candra dengan pandangan penuh amarah.
"Kakak ga ngerasain apa yang Lexa alamin sih. Jangan sok tau jadi orang" ucap Lexa dengan ketus sambil mengusap air matanya.
"Hargai lawan bicaramu Dek .. Bunda kamu pasti ngajarin yang baik-baik kan? Pikir deh kalo kamu sejutek ini, orang pasti akan bilang emang ga diajarin sopan santun sama ibunya? Jangan sampe dengan sikap kamu malah bikin jelek nama orang tua" kata Candra tegas.
Lexa tampak makin ga suka sama jawabannya Candra.
Mas Akmal kaget mendengar ucapan Candra dan muka penuh amarahnya Lexa. Melihat kondisi yang ga kondusif sedangkan didepan mereka ada jenazah, Mas Akmal coba memberi kode tangan dimulut agar Candra ga ngomong apa-apa lagi ke Lexa.
.
"Pa Akmal.. ini siapa sih? Kok bisa naik di kapal ini" tanya Lexa dengan nada ga suka melihat kehadiran Candra.
"Namanya Candra, dia bantu Bapaknya buat reparasi alat-alat elektronik di Kampung dekat Resort dan bantu maintenance listrik di Resort kita" jelas Mas Akmal.
"Suruh dia keluar ke geladak kapal, jangan disini, ga tau apa orang lagi berduka. Ga ada perasaannya segala sok nasehatin orang" ucap Lexa.
Tanpa basa basi Candra langsung menuju keluar setelah mendengar ucapan Lexa. Mas Akmal mengikuti Candra keluar menuju ujung kapal.
"Itu kan putri bungsunya Pak Sanjaya, kamu bisa ga sih bicara sopan. Selama ini kamu bisa kok sopan sama orang, kenapa sekarang kaya ga punya perasaan gitu? mereka sedang berduka Can" protes Mas Akmal.
"Maaf Mas.. abisnya saya kesel, lagi ngaji eh malah dia nangis mulu, mana makin kencang lagi nangisnya" gerutu Candra.
"Maklumlah.. anak bungsu kan gitu tabiatnya, manja pasti sama orang tua terutama Bundanya. Dan sekarang harus kehilangan secara mendadak. Pasti mentalnya juga jatuh dan jadi sensitif" tengah Mas Akmal.
Mas Akmal masuk kembali menemani Lexa. Bapaknya Candra tengah berbincang dengan nahkoda kapal.
Candra masih berdiri diujung depan kapal memakai jaket kontingen lomba O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) saat kelas enam SD dulu. Dia menikmati hembusan angin malam diatas kapal. Bulan purnama nampak indah sekali menghiasi langit. Perjalanan ini memakan waktu hampir satu jam.
💠
Candra dan Bapaknya biasa datang ke Pulau Sabtu siang, setelah sampai di Pulau biasanya mereka akan menitipkan barang bawaan termasuk tenda buat tidur di tempat Mas Akmal. Setelah rehat sejenak, Candra akan berkeliling bersama Bapaknya menjajakan jasa service barang elektronik di perkampungan warga. Jika beruntung ada yang memakai jasa, tapi kalo lagi ga beruntung maka bisa pulang tanpa hasil. Untuk ke Pulau mereka naik dari pelabuhan Muara Angke, kemudian naik perahu nelayan biayanya tergantung negosiasi, bisa antara dua puluh lima ribu sampai tiga puluh lima ribu. Tapi tentunya tidak ada jaket pelampung dan tidak nyaman di kapal tersebut karena terbuat dari kayu yang dipasang mesin sebagai penggeraknya.
Sejak kelas satu SMP, Candra ikut Bapaknya ke Pulau, dia bisa menyervis alat-alat elektronik yang dipelajari secara otodidak dengan hanya melihat cara kerja Bapaknya. Malamnya mereka akan tidur di tenda atau di Mesjid, keesokan harinya mereka akan kembali berkeliling lagi dan baru akan pulang malam hari. Karena kerjanya rapih dan apik, Mas Akmal menggunakan jasa keduanya buat bantu mengecek alat-alat listrik di Resort. Mereka akan dibayar per jumlah alat yang diservis. Karena sudah setahun terakhir rutin seperti itu, makanya Candra sangat akrab sama Mas Akmal yang menganggap Candra seperti adiknya sendiri.
💠
Suara tangis Lexa masih jelas terdengar, menyayat hati memang, tapi Candra mencoba untuk tidak protes lagi. Dari jendela kaca dia melihat Lexa masih menangis sambil memegang peti jenazah Bundanya. Ada rasa kasihan tiba-tiba menyeruak di hati kecil Candra.
"Sabar ya Dek ... semoga kamu jadi anak yang kuat setelah cobaan ini. Kamu masih punya Ayah dan kakak-kakak yang pastinya sayang sama kamu" ujar Candra dalam hati sambil memandang kearah Lexa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Muhtar Ndori
senja awal mula kisah dua insan itu dimulai....
2022-06-23
1
mei
wuidiiih Candra tegasnya 🤭
2022-05-15
1
Melanie Kusbandini
berat memang,
2022-01-24
1