Tiga bulan sudah Bapaknya Candra meninggal dunia. Kecelakaan di jalan raya saat akan mengantar kakaknya Candra menuju ke sekolah. Bapak meninggal ditempat kejadian, sedangkan Mba Deti (kakaknya Candra) mengalami kelumpuhan.
Sejak Bapaknya meninggal, Ibu dan Mba Deti berjualan bubur ayam didepan rumah kontrakan mereka buat menopang perekonomian keluarga. Candra yang duduk di SMA kelas XI pun harus ikut mencari nafkah. Apa saja mereka kerjakan dengan prinsip asal halal. Sewa kontrak rumah tujuh ratus ribu sebulan karena ada dua kamar tidur seperti rumah tipe 36, itu juga udah paling murah untuk daerah sana. Candra serta dua adiknya, Arie dan Heru, semua masih sekolah. Arie sekarang SMP kelas IX dan Heru kelas VI SD. Untunglah semua sekolah di sekolah negeri yang ga ada bayaran bulanan.
Tiap Sabtu dan Ahad, Candra meneruskan pekerjaan Bapak sebagai tukang reparasi alat elektronik di Pulau serta Resort milik Pak Sanjaya yang makin besar dan berkembang. Kalo ga ada yang servis di perkampungan, Candra suka mendampingi para wisatawan yang mau snorkling atau bermain jetski.
Selain Resort, kini Pak Sanjaya pun menyediakan wahana hiburan air seperti banana boat, jetski, keliling pulau dengan kapal serta snorkling. Mas Akmal melihat potensi Candra yang bisa mudah akrab dengan para tamu apalagi kalo tamunya wanita-wanita muda. Tingginya yang mencapai seratus delapan puluh lima centimeter, badan tegap ala atlet dengan bahu yang bidang, potongan rambutnya yang rapih serta senyumnya yang hangat, membuat siapa saja yang memandangnya jadi suka. Apalagi cara bicaranya yang mampu menyihir lawan bicara.
Dengan segala kepribadian serta sikap ngemongnya Candra, pantaslah dia didapuk menjadi ketua OSIS di sekolahnya.
"Bu... besok selepas sekolah, Acan langsung ke Pulau ya .. Alhamdulillah tadi Mas Akmal telepon ada kerjaan lumayan banyak disana. Masang instalasi listrik. Mau ada acara pernikahan pemilik Resort" ucap Candra sambil menggoreng kerupuk, kacang dan bawang buat dagangan Ibunya.
"Kan besok kamu sekolah" kata Ibu Ning.
"Ya Bu.. sepulang sekolah. Nanti Acan langsung ke Rawa Belong, terus ikut rombongan Wedding Organizer ke Pulau. Lumayan kan ada tebengan gratis, bisa irit ongkos" ujar Candra.
"Ya udah sana, kamu rapihin bajunya, pulang Ahad?" tanya Ibu Ning.
"Belum tau Bu, liat nanti aja pulangnya kapan, kan Senin juga libur tanggal merah, selagi disana ada kerjaan yang menghasilkan ya disana dulu ... Acan rapihin bajunya nanti abis goreng-goreng ini dulu. Lumayan kan bisa buat stok tiga hari Ibu dagang, maaf ya Bu jadi ga bantu Ibu dagang bubur" kata Candra.
"Kamu memang anak yang bertanggung jawab Can.. sebagai anak lelaki tertua, kamu mampu menggantikan peran Bapak" puji Bu Ning.
"Bu.. do'akan aja biar rejekinya lancar. Semua juga Acan lakukan buat keluarga kita" ujar Candra sambil merapihkan peralatan masak.
"Semoga lelahmu menjadi Lillah ya Can" do'a Ibu.
"Aamiin ya rabbal'alamin" jawab Candra.
Dikeluarga, Candra memang bertanggung jawab bagian goreng-goreng, kalo Arie bagian ngaduk bubur selepas sholat tahajud. Ibu dan Mba Deti bagian dagang dan bebenah. Si bungsu Heru biasanya bagian disuruh-suruh, misalnya kantong plastik atau stryfoam habis, dia yang akan ke warung buat beli.
Dagang bubur adalah satu-satunya penghasilan utama keluarga mereka. Bahkan ga jarang mereka makan bubur setiap hari kalo dagangan ga habis. Candra dan Arie ga mengijinkan Ibunya berdagang keliling karena ga ada yang bantu buat dorong gerobaknya.
Uang hasil lomba-lomba renang dan penghasilan dari servis elektronik yang Candra kumpulkan sejak usia tiga belas tahun hingga sekarang ini, sudah banyak dipakai untuk berobat Mba Deti karena yang nabrak melarikan diri seusai menabrak dan sisanya buat bayar kontrakan.
Allah memang Maha Baik, disaat bulan depan bingung cari uang kemana buat bayar kontrakan, Candra dapat job dari Mas Akmal yang bayarannya sebesar uang buat bayar kontrakan. Arie pun punya rencana kalo tiap weekend, dia akan berjualan bubur keliling sama Ibu. Mba Deti juga akan menjual es, mie instan dan gorengan didepan rumah. Semua memang harus turun tangan mencari nafkah, bukan sekedar buat mengisi perut aja, tapi mereka juga harus bisa membayar tempat berteduh kala panas dan hujan serta kebutuhan hidup lainnya.
🌺
"Pesta besar-besaran ini ya Mas" kata Candra sambil memasang lampu di kamar yang rencananya akan dijadikan kamar pengantin.
"Ya pastilah... Pak Sanjaya sang pemilik Resort ini yang menikah ... Lagipula kan istrinya ini masih gadis, wajar kalo minta pesta karena kan baru pertama kali nikah" jawab Mas Akmal dengan santai.
"Masih muda ya Mas calon istrinya Pak Sanjaya?" tanya Candra penasaran.
"Ya usia dua puluh lima tahun cukup lah... Ga terlalu muda atau tua" jawab Mas Akmal.
"Lumayan jauh usia sama Pak Sanjaya berarti" lanjut Candra.
"Kalo ga salah sekitar dua puluh dua tahun bedanya, tapi Pak Sanjaya kan masih keliatan awet muda, jadi ga kaya bapak dan anak hehehe" ucap Mas Akmal lagi.
"Namanya juga jodoh ya Mas.. rahasia Allah, ga ada yang tau" kata Candra.
.
Keesokan paginya, semua orang sudah makin terlihat sibuk. Candra mengambil nasi kotak yang disediakan buat para panitia dan pegawai Resort. Dia ingin menikmati sarapan sambil melihat sunrise jam enam pagi di ujung Dermaga.
Candra duduk menghadap laut, meletakkan nasi kotak dan air mineral kemudian mencuci tangannya pakai air laut. Entah higienis atau tidak, yang penting konsepnya mencuci tangan aja. Bagi orang seperti dirinya yang sering hidup di alam bebas seperti ini, asal ketemu air cukuplah buat membersihkan anggota tubuhnya, ga perlu sabun atau hand sanitizer.
Dia membuka nasi kotak yang berisi nasi, telur balado, mie goreng, capcay, kerupuk dan pisang. Makan dipinggiran Dermaga sendirian sambil menatap lautan yang masih tampak biru bersih adalah keberkahan luar biasa buat dirinya pagi ini.
Baru saja dia akan menyuap sendokan pertama, matanya tiba-tiba tertuju ke seorang wanita dengan rambut panjang terurai tersapu angin, wanita itu memandang lautan dengan wajah sedih. Dilihatnya tengah berada di kayu pembatas dan duduk seorang diri. Ada kekhawatiran dari Candra kalo wanita ini akan terjun bunuh diri.
"Mba.... awas hati-hati nanti bisa kecebur, soalnya itu kayunya ga terlalu kencang buat disenderin" teriak Candra yang membuat wanita itu bergerak mendekat kearah Candra duduk.
Wanita cantik berhidung mancung kini duduk disebelahnya. Rambutnya masih terurai dan dimainkan angin laut.
"Makan Mba?" tawar Candra.
"Sha...Qisha..panggil aja gitu, emang tampang saya tua apa ya sampe dipanggil Mba?" ucap Qisha.
"Ga sih... tapi kalo cewe ngelamun tuh keliatan lebih tua aja... Oh ya.. saya Candra, terserah panggil apa aja" jawab Candra.
"Kayanya mukanya familier banget ya disini .. penduduk atau karyawan Resort?" tanya Qisha.
"Bukan keduanya... saya cuma tukang servis keliling di Pulau ini" ucap Candra sambil menikmati nasi box nya.
"Laper banget kayanya Can" ledek Qisha.
"Ya nih.. semalaman begadang bantu instalasi listrik sama benerin beberapa alat elektronik di Resort, kan saya mah sering kerja lepas disini" cerita Candra.
"Keliatannya kamu masih muda" ujar Qisha penasaran.
"Saya masih kelas XI, wajarlah masih muda..hehehe" jawab Candra dengan pedenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Ulil
saling bahu membahu untuk keluarga,, kita tanam kn sedari kecil,, biar kalau kita udah berkeluarga tetep rukun/bukan d beban kn untuk anak tertentu
2024-03-10
1
Ulil
gk ada cerita ujuk ujuk kok dh ninggal ae
2024-03-10
1
Melanie Kusbandini
seneng bisa menikmati santapan yang dihadirkan senja. jangan lupa kunjungi karya aku ya kakak, Dahlia Pekat.
2022-01-28
1