Sehari-hari Bapaknya Candra berjualan bubur ayam keliling di komplek perumahan dan mangkal disebuah SD. Kalo weekend ga dagang karena biasanya orang-orang komplek akan masak di rumah atau bepergian, sekolah pun libur, jadi sepi dagangan.
Sejak empat tahun yang lalu, Bapaknya Candra diajak tetangganya buat jadi tukang servis keliling di Pulau tiap weekend, hingga hari ini hanya dia yang melakoni pekerjaan tersebut karena tetangganya sudah tidak kuat lagi untuk pergi-pergi jauh.
🌷
Kapal sudah merapat di Dermaga Marina Ancol. Jenazah istrinya Pak Sanjaya diturunkan dari kapal dan dimasukkan ke sebuah ambulance yang sudah disiapkan oleh pihak keluarga untuk menjemput, isak tangis keluarga yang menyambut pun pecah. Semua larut dalam duka yang sama. Ada bus juga yang sudah disewa untuk membawa keluarga dan kerabat yang ikut menyambut kepulangan jenazah.
Sekali lagi Mas Akmal menawarkan pulang bareng karena rumah mereka searah. Sama-sama tinggal di didaerah Cinere, tapi Pak Sanjaya di Komplek dekat Mall, kalo Candra di perkampungan yang berbatasan dengan jalan tol.
Karena sudah jam satu dinihari, maka Candra pun setuju. Dia dan Bapaknya turun didekat Mall, dari sana mereka melanjutkan jalan kaki sekitar lima belas menit. Setelah sampai di rumah, Candra langsung mandi karena berasa gerah. Ibu, adik dan kakaknya sudah tampak tertidur pulas.
🌺
Satu persatu pelayat datang memenuhi kediaman Pak Sanjaya. Karangan bunga dan makanan silih berganti datang dari rekan kerja dan handai taulan Pak Sanjaya. Pak Sanjaya tampak tegar menerima ucapan dukacita dari para pelayat yang hadir.
.
Sesuai dengan pesan Bunda dimasa hidupnya, beliau ingin dimakamkan berdampingan dengan makam orang tuanya, sebagai penghormatan terakhir yang dapat dilakukan keluarga hanyalah memenuhi pesan terakhirnya itu, mengantarkan Bunda ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Jasad Bunda kini terbaring sendiri di pusaranya, keluarga melepasnya dengan kesedihan yang teramat sangat.
Ketiga putri Pak Sanjaya masih tampak terpukul. Semenjak tiba di rumah, mereka terus menangis disamping jenazah Bundanya, hingga kini di pusaranya yang telah tertimbun tanah pun ketiganya masih juga menangis. Betapa anak-anak sangat dekat sama Bundanya, jadi suatu hal yang menyakitkan kehilangan secara tiba-tiba sosok Bundanya.
"Bun... Setelah ini ga akan ada lagi yang akan bangunin Lexa tiap jam dua dini hari buat mengajak sama-sama sholat tahajud" ucap Lexa dalam hati sambil mengusap nisan kayu yang baru tertancap.
"Bunda .. kenapa tinggalin Mba secepat ini, siapa yang nanti akan memeluk Mba kalo lagi ada masalah?" ratap Mba Flo.
"Bun... Mba ga ada yang nasehatin tiap kali salah.. kalo Ayah jarang sama kita semua karena sibuk kerja" ucap Mba Qisha dalam hati.
.
Acara pemakaman telah selesai dilaksanakan, satu persatu para pelayat meninggalkan pemakaman, tempat Bunda dibaringkan untuk selamanya, tinggal keluarga inti Pak Sanjaya yang masih tetap terpaku memandangi gundukan tanah merah, makam Bunda.
Sesekali Lexa melihat Ayahnya menyeka air matanya sedangkan Mba Qisha masih tertunduk dalam do’a-do'a yang khusyu dia panjatkan. Lexa dan Mba Flo pun tidak berusaha menutupi kesedihan, dibiarkan butir-butir hangat itu terus mengalir di wajah mereka tanpa bisa tertahan.
Hari semakin terik, dengan hati berat, akhirnya semua meninggalkan pemakaman dengan membawa pulang semua kenangan tentang Bunda. Kenangan yang tidak akan mati walaupun jasad telah berpisah dari raga.
💠
_Beberapa bulan kemudian_
Candra berhasil lulus dari sebuah SMP negeri favorit di kotanya. Dia pun sudah mendaftarkan diri di sebuah SMA negeri favorit juga lewat jalur lomba olahraga yang sering dia ikuti. Bukan karena nilai tidak mencukupi untuk masuk ke sekolah tersebut, tapi dia cukup sadar diri jika zonasi masih jadi polemik, tempat tinggalnya jauh dari sekolah manapun jadi kans diterima lebih kecil. Bisa saja dia pakai jalur raport karena statusnya sebagai pelajar dengan peringkat tertinggi di sekolahnya, tapi dia ingin memberikan kesempatan kepada temannya yang lain untuk memakai jalur prestasi raport. Ada memang sebuah SMA negeri di kecamatan dekat tempat tinggalnya, tapi masih sekolah rintisan baru dan masih menumpang disekolah lain, sehingga belum bisa menerima banyak siswa. Jadilah dia memakai jalur prestasi agar memudahkan lolos ke SMA negeri yang sudah lama diincarnya. Prestasinya pun bukan kaleng-kaleng, dia sudah pernah ikut PON saat usianya tiga belas tahun dan memenangi berbagai lomba-lomba renang hingga tingkat nasional. Kepiawaiannya dalam olahraga renang dan lari marathon membuat dia menjadi atlet andalan Kota bahkan Propinsi sejak usia tingkat junior. Makanya badannya lebih tinggi dari anak-anak sepantarannya karena rutin berolahraga.
Mungkin terdengar menjadi suatu hal yang janggal, bagaimana seorang anak dengan keterbatasan ekonomi tapi mampu menekuni olahraga renang yang merupakan salah satu olahraga mahal?.
Jadi ceritanya, dulu sewaktu kecil dia pernah tinggal di Jawa Tengah bersama Mbahnya sampai dia kelas empat SD. Dibelakang rumah Mbahnya ada laut. Jadi dia terbiasa bermain dengan arus, belajar renang bareng teman-teman sebaya di Pantai, sesekali suka diajak pakleknya ke kolam renang, pas masuk kolam renang gerakannya bisa lebih cepat karena ga ada arus yang dilawan. Sejak pindah ke SD di bilangan Cinere, ada kegiatan renang sebulan sekali dari sekolahnya. Saat teman-teman sekelasnya baru bisa meluncur bahkan takut buat berenang, Candra sudah bisa renang bolak balik, sehingga guru olahraga memintanya menjadi asisten untuk kegiatan renang. Dia bertugas membantu mengawasi dan mengajarkan berenang ke teman-teman lainnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, dengan kemampuan renangnya Candra dan rupanya guru olahraganya juga salah satu pengurus Persatuan Olahraga Renang ditingkat Kota. Jadilah Candra bisa direkomendasikan untuk mempelajari teknik renang dengan baik secara gratis berstatus atlet Kota.
Saat kelas enam SD dia sudah mengantongi berbagai gelar kejuaraan renang hingga tingkat Propinsi, hal inilah yang membuat dia masuk ke dalam squad yang diberangkatkan ke PON. Dari kejuaraan tersebut, Candra bisa membeli baju renang dan perlengkapan renang lainnya yang sesuai SNI. Sisanya dia tabung, karena keinginannya buat sekolah yang tinggi demi mengubah nasib keluarga sudah dicanangkan sejak lama. Bisa dibilang dia juga getol cari duit tambahan asalkan halal. Sejak SD sudah membantu Bapaknya berdagang bubur tiap libur sekolah, ditingkat SMP dia ikut Bapaknya menjadi tukang reparasi.
Walaupun ditengah himpitan ekonomi yang bak gali lobang tutup lobang, keluarga Candra hidup bahagia dan tetap memegang teguh agamanya. Bapak sangat keras mendidik agama kepada keempat anaknya. Bahkan Candra pernah merasakan sabetan sapu lidi dari Bapaknya karena bolos mengaji di Mesjid tiap ba'da Maghrib. Inilah yang membuat sebagai anak kedua tetapi merupakan anak lelaki tertua, kakaknya perempuan, Candra menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan bisa mengayomi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Melanie Kusbandini
masih suka aja, semua masih sesuai kendali. ijin promosi, karya baru aku Dahlia Pekat. baru banget.
2022-01-26
0
Kendarsih Keken
💪💪💪 Cand
2022-01-18
1
💕Desember💞
Renang ternyata olah raga y Candra...
2021-12-26
1