Awas Jatuh Cinta (0330) Cinta Dalam Keabadian
Sore itu, pukul setengah empat. Raka sedang berada di sebuah halte menunggu bus yang akan dinaiki. Cuaca sangat tidak mendukung hari ini, langit sepenuhnya ditutupi awan hitam dan perlahan hujan mulai membasahi. Tempat yang tepat bagi Raka untuk berteduh di sini, yakni di halte bus.
Tiba-tiba datang seorang gadis mendekatinya. Rambut hitam legamnya sudah basah karena hujan, begitu pun dengan pakaiannya. Raka melirik dan memperhatikan gadis itu. Langsung saja jantungnya berdebar-debar tak karuan dan lidahnya kelu tak mampu mengeluarkan sepotong kata. Padahal ia ingin sekali memberikan sweaternya yang ada di dalam tas untuk gadis itu. Namun Raka tak berdaya, ia bahkan tak mampu untuk bergerak sedikit pun.
Tubuhnya serasa semakin mematung saat gadis itu mulai mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia sembunyikan di balik rambutnya. Gadis itu sangat menikmati hujan ini, ia merasakan hujan masuk ke dalam hatinya melalui setiap tetes yang mengenai telapak tangannya. Raka merasa penasaran dengan yang sedang dirasakan gadis itu, ia pun mencoba meniru menikmati hujan seperti yang gadis itu lakukan.
Raka meliriknya kemudian menyamakan posisinya dengan gadis itu. Kini gadis itu tengah menutup matanya, ia sedang menikmati setiap sentuhan air hujan yang meresap ke dalam pori-porinya. Raka yang masih melihatnya sedari tadi semakin dibuat tertegun olehnya.
Namun tiba-tiba saja, Raka terkejut. Ia ketahuan tengah memperhatikan. Lalu cepat-cepat ia membuang pandangan, bisa dikira otak mesum kalau ia masih menatap gadis itu tanpa sedikit pun berkedip. Ia harus membuyarkan pandangannya dari gadis itu. Meskipun terasa berat.
Waktu tentu saja berpihak pada Raka, hujan semakin menambah volumenya. Sehingga membuatnya dan gadis itu bisa bersama lebih lama lagi. Ditambah lagi, bus yang ditunggu-tunggu belum kunjung datang. Hari pun semakin larut dan semakin dingin. Wajah gadis itu mulai pucat, sepertinya ia kedinginan.
Ayolah Raka beranikan dirimu, berikan sweater itu padanya!
Raka mencoba mengumpulkan keberanian, perlahan ia membuka tasnya dan mengambil sweater tersebut. Namun sialnya, di saat yang bersamaan, bus yang ditunggu gadis itu datang dan berhenti di hadapan mereka. Langsung saja gadis itu masuk tanpa permisi ataupun sekedar menoleh kepada Raka.
Akhirnya Raka hanya bisa mematung dan menelan kekecewaan. Ia menyalahkan dirinya, kenapa lamban sekali dalam bertindak?
Jika saja dia berikan sweater ini lebih dulu, maka dia bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan bertemu lagi dengan gadis itu.
Selama tiga tahun, selalu kondisi seperti ini yang disesalkan oleh Raka. Tak punya nyali untuk memulai pembicaraan dengan gadis itu.
Tak lama kemudian, kini bus yang sudah ditunggu Raka yang datang. Ia segera menaikinya dengan suasana hati yang tidak senang. Masih saja ia mengumpat tentang dirinya yang bodoh dan payah dalam mendekati perempuan.
Saat di dalam bus, Raka melamun mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan gadis itu. Hari pertama menginjakkan kaki di Fakultas Sastra dan Seni, salah satu kampus terkemuka di kota ini. Gadis itu masih sama manisnya seperti sekarang, walaupun dahulu di ingatan Raka, gadis itu rambutnya di kucir dua dan wajahnya dicoret-coret senior karena memakai nametag dari karton yang besarnya hampir menutupi sebagian badannya. Raka tersenyum getir membayangkan tulisan yang tertulis, 'AKU CANTIK, KALAU KAMU TIDAK SUKA, CORET SAJA MUKAKU.'
Raka mengakui gadis itu memang cantik dan sangat manis, tapi dia bingung kenapa gadis itu berani sekali menulis kalimat itu pada nametag nya? Tentu saja Raka lupa, itu bukan keinginan mereka ingin menuliskan apa. Jika sesuai keinginan yang dituliskan pada nametag, mungkin Raka akan tulis, 'JANGAN SENTUH BOKONGKU' pada nametagnya.
Namun sebagai mahasiswa baru, mereka tak mampu bergeming selain memendam kesal dengan kelakukan senior yang mengospek. Raka tak percaya semua senior akan menimpuk bokongnya setiap melihat nametagnya. Ia merasa diolok-olok dan sudah dipermalukan.
Sakitnya tak seberapa, tapi malunya yang luar biasa.
Ingatan tentang saat itu sangatlah menyenangkan untuk diingat, bukan karena tulisan di nametag yang membuat Raka selalu mengenang masa lalu. Tapi sikap baik hati gadis itulah yang mampu membuatnya tergugah untuk jatuh hati pada pandangan pertama. Benar, gadis itu juga cinta pertamanya.
Satu hal yang paling berkesan baginya, saat gadis itu disuruh untuk memukul bokongnya, tapi gadis itu malah menolak. Meskipun ia tahu akan dibully oleh para senior. Ia tetap menolak menuruti perintah tersebut. "Pukul bokongnya," perintah senior pada gadis itu. Namun ia hanya diam dan menunduk. Ia tak mau menuruti hal yang memalukan tersebut. "Kamu budeg atau lagi mendongkol?" teriak senior tersebut.
Gadis itu perlahan mengangkat wajahnya, melirik ke arah Raka dan menundukkan kembali wajahnya. Ia tetap tidak ingin menuruti karena itu sangat memalukan dengan menyentuh bokong seorang pria. "Kamu gak mau lakukan?" tanya senior itu kembali. Gadis itu menjawab dengan menggeleng dalam tundukkannya. Raka hanya bisa terdiam dan meliriknya. Ia tertegun dengan sikap gadis itu.
"Dasar sok cantik, gak mau ya mendengarkan perintah senior. Gak tau dia kalau senior bisa melakukan apa pun padanya. Sini ambilkan spidol permanen, biar aku coret saja muka cantik, katanya ini!" perintah senior tersebut kepada salah satu temannya.
Raka pun mengkhawatirkan gadis itu, bagaimana mungkin wajahnya yang cantik dan bersih akan dicoret dengan spidol permanen? Itu pasti akan sulit hilang. "Tidak apa-apa, kamu pukul saja bokongku, itu lebih baik daripada wajahmu dicoret-coret dengan spidol permanen," bisik Raka pada gadis itu. Ia ingin melepaskan gadis itu dari cengkeraman para senior yang bar-bar.
Gadis itu menoleh ke arah Raka dengan tatapan heran dan sedikit menolak. "Tepuk disini." Raka kembali meyakinkannya dan juga mempraktekkan bagaimana gadis itu harus menepuk bokongnya. Namun gadis itu hanya menggeleng lemah. Ia keberatan jika harus melakukan hal itu. "Tidak apa-apa, sudah banyak yang menimpuk bokongku dari pagi tadi. Jadi aku tidak akan menyalahkanmu jika terjadi apa-apa pada bokongku," bisik Raka lagi.
Teman senior itu sudah datang kembali sambil membawakan spidol permanen. "Ayo pukul," ujar Raka kali ini memaksa.
Akhirnya terpaksa dengan tangannya yang lemah, gadis itu menyentuh bokong Raka. Tepat sebelum coretan melayang di wajahnya. Sentuhannya membuat jantung Raka seketika berdebar. Ia merasakan sensasi yang berbeda dari orang-orang yang sudah menimpuknya berkali-kali sejak tadi. Seperti ada sengatan yang mengalir di tubuhnya setelah gadis itu menyentuh bokongnya.
Tak sampai di situ yang namanya senior pasti tidak akan pernah puas menindas juniornya. Tetap saja, ia masih ingin mengerjai dengan mencoret wajah gadis itu. Tapi dengan cepat Raka mencegat sebelum sebuah coretan mendarat di wajah gadis itu. "Dia sudah menyentuh bokongku, kenapa wajahnya masih ingin dicoret?" Raka merebut spidol yang sedikit lagi akan mendaratkan sebuah coretan di wajah gadis itu. Kemudian tanpa sedikit pun rasa takut, Raka mencoret nametag gadis itu. Ia mengganti kata 'CORET' dengan kata 'LIHAT'.
Saat itu juga, gadis itu terkejut dengan perbuatan Raka. Ia menatap Raka sambil memancarkan isyarat, "berani sekali ia melawan senior tersebut."
Raka sudah bersikap keren dengan menyelamatkannya dari masalah itu. Namun karena ulahnya, senior yang mengospek mereka malah menjadi semakin jengkel dan menghukum mereka berdua untuk berjalan jongkok mengelilingi Pendopo Fakultas. "Bilang saja kalian iri dengan kecantikannya," gumam Raka sambil menjalankan hukumannya.
"Terimakasih," bisik gadis itu pada Raka. Lalu Raka membalasnya dengan tersenyum dan mengayunkan tangannya, memberi tanda bahwa itu tidak masalah baginya. Jadi tidak perlu khawatir.
Namun tiba-tiba saja langit menjadi merajuk. Awan hitam muncul menyelimuti dengan perlahan diikuti tetesan hujan yang turun. Bergegas mereka harus mencari tempat untuk berteduh. Raka langsung saja menarik tangan gadis itu dan membawanya ikut berlari. Sesampainya di tempat berteduh. Gadis itu dengan pelan melepas tangannya dari genggaman Raka.
Genggaman tangan yang terasa sama saat gadis itu menyentuh bokong Raka. Membawa sengatan yang membuat jantung Raka kembali berdegup kencang. Bahkan sampai saat ini, setelah tiga tahun berlalu, Raka masih mengingat perasaan itu.
Gadis itu kembali diam dan menunduk, sepertinya dia malu dengan apa yang sudah terjadi. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya selain ucapan terimakasih. Kata pertama dan terakhir yang bisa didengar oleh Raka darinya. Setelah itu, mereka saling berjauhan. Memang karena dipisahkan oleh jurusan yang berbeda atau karena hal lain yang tak tahu penyebabnya?
Sampai tiga tahun ini, Raka masih berpikir penyebab ia tak bisa dekat dengan gadis itu. Apakah karena kejadian itu, gadis itu tidak ingin mendekatinya? Gara-gara ia diminta melakukan hal yang sangat memalukan dengan menyentuh bokong Raka. Apakah dia merasa malu? Atau dia jijik di dekat Raka? Kalau memang itu penyebabnya, harusnya yang malu adalah Raka bukan dia?
Bus yang dinaiki Raka berhenti dan lamunannya yang sedang mengingat masa lalu juga ikut terhenti. Dia melihat sekeliling, inilah tempat pemberhentiannya dan dia pun ikut turun bersama penumpang lainnya. Memikirkan masa lalu membuat waktu terasa cepat berlalu, ia sudah sampai di tempat tujuannya.
*****
Berikan cinta kalian dengan rate, like, komen, vote dan favorite. Terimakasih~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Priska Anita
Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜
2020-07-26
1
wattpad: Ilamy_Harsa🍀
awalan yang menarik😊
2020-06-26
1
Suci Kurnia Putrii
aduh, kisah tentang hujan akan selalu menjadi kenangan... maaf baru baca kak ayyyyy😍😍
2020-06-26
1