Masih sama seperti biasanya, hal yang bisa Raka lakukan setiap harinya, hanyalah memperhatikan gadis itu dari kejauhan. Mengagumi keelokkan dan kecantikkannya tanpa pernah berani mendekati bahkan hanya untuk sekedar mengatakan, "Hai ...."
Saat ini gadis itu sedang bersama temannya, makan siang dengan menyantap ketoprak dan segelas es jeruk. Begitu pula dengan Raka, tak jauh dari tempat gadis itu duduk, ia juga sedang menunggu sahabatnya, Kevin. Sembari memainkan makanan yang ia pesan, mengayunkan sendok kesana-kemari seperti kehilangan minat untuk menyantapnya.
Tatapan Raka masih terkunci fokus pada gadis itu. Terpana layaknya sedang dihipnotis. Matanya tak lepas dari memperhatikan gadis itu. Lalu tiba-tiba saja datang seseorang menepuk pundaknya dan merangkulnya. Benar, itu adalah Kevin yang ditunggu Raka sedari tadi. "Hei Bro, masih bengong aja lu, kalau udah ada tu cewek di kantin," ucap Kevin,
"Apaan sih, Vin," ujar Raka sambil menyingkirkan rangkulan Kevin. Raka terpaksa mengalihkan pandangannya dan kembali fokus pada makanannya. Lalu ia menyedot es teh manis yang ada di hadapannya. Ia tak ingin Kevin terus-terusan meledeknya karena tak mampu mendekati gadis itu.
"Masih belom lu deketin tu cewek?" lirih Kevin. Ia tak menyangka sahabatnya ini sangat payah dalam berurusan dengan perempuan. Raka menjawab pertanyaan Kevin dengan menaik-turunkan pundaknya. Tandanya masih belum ada perubahan.
"Gimana lu sama Lia, dah jadian?" tanya Raka menyelidik. Lia adalah gadis idaman Kevin. Sama halnya dengan Raka yang sedang berusaha mendekati gadis itu. Kevin juga sedang berjuang mendapatkan hati perempuannya itu. Lalu Kevin menjawab pertanyaan Raka dengan mengadahkan kedua tangannya ke atas. Tandanya semua usahanya sudah sia-sia. Lia tak sedikit pun tersentuh ataupun tertarik dengan apa yang sudah dilakukannya.
"Makanya, kalau lu mau Lia respect, hal pertama yang harus lu lakukan adalah lu harus menghilangkan sifat keplayboyan lu yang sudah mendarah daging itu. Bukannya malah makin menjadi-jadi, selalu modusin para cewek-cewek, terutama anak Seni Rupa, gak ada kayaknya yang belum lu modusin." Raka menasehatinya sambil memasukkan sepotong kentang goreng ke mulutnya.
"Gw begitu, Ka. Sebab gw dah frustasi sama Lia. Gw cuma modusin tu anak-anak, tapi kan gak ada yang gw pacarin. Mereka aja yang pada kebaperan. Asal lu tahu, perasaan gw ke Lia tu tulus. Tapi entah kapan Lia bisa anggap gw serius? Dibuat gila gw sama Lia, Ka." ucap Kevin. Tapi sebelum ia menyelesaikan ucapannya, Raka malah keburu tersedak mendengar bahwa ia bisa tulus sama satu perempuan.
"Kan lu begitu, sahabat ngomong serius malah diledek," ucap Kevin sedikit kesal.
"Ya kali lu bisa tulus sama satu cewek Vin, wkwkwkwkwk." Raka masih menertawainya, ia masih tak percaya Kevin yang ia kenal bisa seperti itu.
"Lu mana tau, lu gak rasain sih, Ka. Gimana rasanya cinta pertama pada pandangan pertama!" Kevin terdengar putus asa. Ia menggambarkan bahwa Lia adalah cinta pertamanya. Meskipun kebanyakan orang tak pernah berhasil dengan cinta pertamanya. Tapi ia takkan pernah menyerah dengan cinta pertamanya. "Gw paling tau. Kalau lu juga ngerasain dan tersiksa karena itu, berarti kita punya nasib yang sama." Raka ngebatin dan melirik ke arah gadis itu yang masih betah di tempatnya tanpa sedikit pun melihat ke arah Raka.
Lalu Raka menyeruput kembali es tehnya dan mendengar curahan hati sahabatnya. Kevin kembali menceritakan nasibnya pada Raka, bagaimana Lia memperlakukannya, "Gw dah dekatin Lia, gw ikutin kemana dia. Gw kirim surat, bunga dan coklat yang menggambarkan isi hati gw untuknya. Tapi tetap aja, gak ada yang berubah. Gw dekatin, dia malah menghindar. Apa yang sudah gw kasih, malah dia balikin. Gw paksa lagi kasih, syukur-syukur dikasih balik ke temannya. Tapi kadang apa yang gw kasih, malah dibuang, Ka. Betapa malangnya nasib sahabat lu." Kevin bersedih dengan nasib cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
"Setidaknya lu lebih gentle dari gw, lu masih bisa bicara dan mendekatinya," bisik Raka. Namun ucapannya itu dapat terdengar jelas oleh Kevin yang berada di sebelahnya. "Jadi lu belum ngedekatin tu cewek? ngobrol pun juga gak?" tanya Kevin terheran-heran. Raka menggeleng, "Tahu namanya aja enggak."
"Lah ... Bukannya dia tu duta kampus? Astaga! Gw gak tau kalau sahabat gw selemah itu berhadapan sama cewek. Benar-benar dah lu, namanya pun lu gak tau? Gw punya solusi buat lu, mau tau caranya gak, supaya lu bisa dekat sama tu cewek? Gw punya cara gampang." Ucapan Kevin terdengar meyakinkan. Ia bertekad ingin membantu Raka.
"Apa?" Raka terdengar lesu dan tak percaya Kevin punya solusi untuk itu. Tapi ia tertarik dengan saran itu. "Itu yang disebelahnya, dari tadi gw perhatiin dia menatap ke arah sini mulu deh." Kevin sudah memperhatikan gerak-gerik teman sebelah gadis itu. Ia terlihat tertarik pada Raka. Tampak jelas dari ekspresi dan tatapannya. Bagi orang seperti Kevin yang sudah ahli dalam pendekatan sangat mudah untuk mengetahui hal itu.
"Gak usah ge-er," ucap Raka meledek. Lalu Kevin menoleh ke belakang dan sekitar mereka untuk memeriksa apakah ada orang lain selain mereka, namun tidak ada seorang pun. Itu berarti yang dirasakan Kevin benar. Dia tidak lagi ge-er. "Gak ada siapa-siapa Bro, cuma lu ama gw, tapi kalau menurut gw sih, dia menatap lu, apa dia suka kali sama lu? kesempatan lu nih," Kevin kembali menimpali.
Raka tidak merespon karena memang tidak berminat mendengar hal itu. Dia sudah tahu, banyak yang tertarik dengannya. Namun ia sedikit pun tak pernah tertarik, apalagi menghiraukannya. Ia hanya peduli pada gadis yang disukainya sejak tiga tahun yang lalu sampai sekarang. Gadis yang memberikan sengatan pada seluruh tubuhnya hingga membuatnya tak bisa berkutik.
Kevin mencoba melambaikan tangannya ke arah gadis itu dan temannya. Ia sengaja menyapa untuk membuktikan dugaannya benar. Gadis itu tidak menghiraukan apa yang dilakukan Kevin, tapi teman di sebelahnya sangat bersemangat dan membalas lambaian tangan Kevin dengan melempar senyum sumringah ke arah mereka. "Nah, lu liat kan temannya. Benar dugaan gw, kayaknya emang benaran naksir nih." Kevin menyenggolkan pundaknya ke pundak Raka. Namun Raka masih tak peduli dengan ucapannya.
"Saran gw sih, kalau lu mau dekat sama gadis itu, lu bisa manfaatin aja dulu teman sebelahnya, deketin kawannya dulu, setelah itu otomatis deh lu bakal deket sama dia, gw jamin ini cara yang gampang dan juga ampuh." Kevin terlihat serius dengan sarannya. Tapi Raka tidak terlalu bersemangat menanggapinya. Mana mungkin Raka akan melakukan saran bodoh dari seseorang yang hobi modusin cewek-cewek.
"Eh, eh mereka jalan kesini," ujar Kevin memberitahu Raka bahwasanya gadis itu bersama temannya hendak menuju ke arah mereka. Seketika itu pula jantung Raka berdebar-debar tak karuan. Ia melirik dan memastikan ucapan Kevin. Apakah benar gadis itu mendekat?
Setelah ia melirik, perkataan Kevin itu memang benar. Gadis itu sedang menuju ke arahnya. Namun jantungnya tak bisa diajak kompromi, semakin berdebar kencang tak bisa ia kendalikan. Ia menjadi sangat gugup saat gadis itu dan temannya semakin mendekat.
****
Berikan cinta kalian dengan rate, like, komen, vote dan favorite. Terimakasih ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Suci Kurnia Putrii
ih kak ayyyyy, rapi penulisan nya😍
2020-06-26
1
Li Na
like
coment dari awal
2020-06-24
1
Author Emas
Raka ayok pulang
2020-06-02
2