Mereka berdua berjalan mendekati Kevin dan Raka. Jantung Raka semakin berdebar kencang. Sengatan itu kembali terasa menjalar ke seluruh tubuhnya. "Mereka ke sini, Bro!" ujar Kevin memberitahukan, "Kesempatan lu nih, jangan sia-siakan," lanjut Kevin menyemangati Raka supaya bisa dekat dengan gadis itu.
"Jantung udah dong berdebar, bibir gw gemetar gimana nih?" Raka ngebatin menyesali kondisinya yang tak berkutik saat gadis itu mendekat.
"Hai, boleh ikutan gabung?" ujar teman gadis itu saat sudah tiba di depan mereka, "Boleh ... boleh, silahkan." Kevin mempersilahkan duduk.
"Mitha, aku duluan aja ya?" ujar gadis itu malah hendak pergi. Ia tampak tidak nyaman dan tidak ingin bergabung. Melihat gadis itu ingin pergi, Raka menoleh menatapnya dan berharap semoga gadis itu tetap tinggal.
"Barengan dong, katanya tadi mau barengan," ujar Mitha menahan dan memaksa gadis itu ikut bergabung.
"Mau kemana sih, buru-buru amat? Waktu makan siang kan masih panjang, ngobrol dulu sebentar di sini," ujar Kevin ikut menyahut dan menahannya.
Mitha menarik tangan gadis itu dan memaksanya untuk duduk. Ia pun terpaksa duduk berhadapan dengan Raka. "Hai, Aku Mitha. Jurusan Sastra Inggris." Mitha tanpa basa-basi mengulurkan tangannya ke arah Raka. Ia memperkenalkan diri sambil tersenyum lebar pada Raka.
Kevin mendelik ke arah Raka dan memasang isyarat bahwa dugaannya benar, jika Mitha pasti tertarik pada Raka dan ingin melakukan pendekatan. Namun tak ada respon dari Raka. Ia hanya membuang muka dari isyarat yang dipancarkan Kevin.
"Kevin ...." Kevin yang menjawab dan membalas uluran tangan Mitha dengan seadanya. Sebab Raka terlihat tidak peduli dan masih saja fokus pada gadis yang ada di hadapannya. Dalam pikiran Raka, bagaimana bisa dua orang sahabat ini memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Temannya sangat agresif untuk mendekat, sementara dia sangat dingin untuk didekati. Apa Raka tidak menarik baginya? Ia bahkan tak sedikit pun menatap Raka.
Lalu Raka melirik ke arah gadis itu, berharap dia akan mengajaknya berbicara seperti yang dilakukan temannya. Namun apa yang dia harapkan berujung nihil. Gadis itu hanya diam dan terlihat tidak tertarik.
"Hai, Gw Kevin ...." Kevin memulai untuk berkenalan dan melambaikan tangannya ke arah gadis itu. Ia memulai pembicaraan dengan gadis itu supaya gadis itu bisa nyaman dan tidak terlihat risih. Namun sebelum Kevin selesai bicara, Raka malah menyikut Kevin, "Jangan berani-beraninya lu deketin," bisik Raka. Ia memberi isyarat lewat tatapan tajamnya pada Kevin. Ia menghentikan niat Kevin untuk mendekati dan memecah keheningan gadis itu. Tapi apa yang dia dapatkan? Gadis itu tetap saja menghiraukannya dan malah mengernyitkan keningnya.
Lalu Kevin menyikut Raka. "Dingin Bro," bisiknya melihat ekspresi datar dari gadis itu. "Temanmu tidak memperkenalkan diri?" ujar Kevin bertanya pada Mitha mewakili apa yang ingin diucapkan Raka. Ia tahu sahabatnya saat ini pasti sangat gugup dengan gadis yang berada di depannya. Bahkan Kevin bisa mendengar suara detak jantung Raka yang sangat kencang. Gadis ini benar-benar membuat Raka gugup setengah mati.
Sebelum Mitha menjawab, gadis itu malah ingin beranjak dari tempatnya. Dia memang tidak nyaman berlama-lama di tempat ini. Ia ingin bergegas pergi dari tempat ini. "Mitha ayoklah!" sesak gadis itu pada Mitha dan memintanya untuk segera pergi. "Sebentar lagi, Ran. Sabar deh." Mitha menahannya karena ia masih ingin pendekatan dengan Raka.
"Hei, aku Raka jurusan STM (Seni Teater dan Musik)" Raka memberanikan diri untuk mengulurkan tangannya ke arah gadis itu. Ia memberanikan diri untuk berkenalan supaya gadis itu dapat mengulur waktunya untuk lebih lama berada di sini. Namun tetap saja gadis itu tidak peduli. Ia tidak membalas uluran tangan Raka ataupun menyebutkan namanya. Mitha yang memperhatikan Raka, sedikit terkejut dengan refleksnya. Tadi saat ia memperkenalkan diri, Raka malah tidak peduli. Tapi sekarang, ia malah mengulurkan tangannya pada gadis itu. Mitha sedikit kesal melihat perbedaan sikap Raka.
Bukannya menjawab Raka, gadis itu malah terkejut mendengar nama Raka dan sedikit melirik tajam ke arah Raka. Ia seperti tidak menyukainya. Lalu ia berkata pada Mitha, "Sudahlah kamu lama, aku pergi saja duluan." Kemudian gadis itu benar-benar pergi dan beranjak dari tempat itu dengan mengacuhkan uluran tangan yang diinginkan oleh Raka. Kevin yang ikut memperhatikan, mengusap wajahnya tanda tak sangka dengan kejadian ini. Ini masalah besar bagi Raka. Gadis itu terlihat sama sekali tidak tertarik pada Raka.
"Aku harap kamu memaafkan temanku. Namanya Rani, satu jurusan denganku dan kami juga satu kelas, dia satu-satunya teman baikku. Maaf atas sikapnya yang seperti itu, dia memang kaku dan dingin terhadap orang yang tak dekat dengannya." Mitha meminta maaf atas sikap Rani yang mengacuhkan Raka begitu saja.
"Tidak apa-apa," ujar Raka yang sepertinya sudah terbiasa dengan sikap itu. "Aku juga bingung sama Rani, dia jadi begitu setelah dua tahun yang lalu. Entah apa yang terjadi padanya? Dia tidak pernah menceritakan masalahnya padaku. Tapi aku sangat bahagia punya sahabat seperti dia, selalu menerima tentangku dan selalu mendengarkan apa pun keluhanku." Mitha menjelaskan bagaimana kedekatannya dengan Rani. Setelah mendengar penjelasan dari Mitha, Raka semakin penasaran dengan semua hal tentang Rani.
Mitha berganti posisi duduknya semakin dekat dengan Raka. Namun Raka langsung menyadari dan sedikit bergeser. Dia tidak suka gadis yang terlalu agresif seperti Mitha.
Kemudian tiba-tiba terlihat Lia yang baru masuk ke kantin. Kevin yang menyadari itu, langsung sontak berdiri dan bergegas untuk mendekati. Kini saatnya ia beraksi dan meninggalkan Raka bersama Mitha. "Ka, gw tinggal ya. Pujaan hati gw datang. Bye, semoga sukses." Kevin menyemangati dan meninggalkan Raka bersama Mitha berdua di meja itu. Belum sempat Raka menolak, Kevin sudah melaju dengan cepat. Raka sangat canggung dan tidak nyaman dengan kondisi ini. Terlihat dengan sangat jelas kalau Mitha memang mengaguminya. Tapi ia sama sekali tidak tertarik. Ia hanya menginginkan Rani bukan Mitha.
"Hmmm ... Kamu sudah nonton musikal yang sedang di gelar di Pendopo?" tanya Mitha gencar memulai pendekatan. "Belum." jawab Raka seadanya. Itu adalah pagelaran yang dilakukan juniornya. Tapi Raka tak tertarik sama sekali untuk melihat pertunjukkan itu.
"Aku dengar ceritanya menarik—" belum selesai Mitha menyampaikan maksudnya. Raka malah hendak berpamitan untuk meninggalkannya, "Hmm ... maaf Mitha, sepertinya aku harus pergi, aku melupakan sesuatu," ujar Raka sembari meminum habis es tehnya, lalu ia bergegas untuk pergi.
Kekecewaan terlihat jelas di muka Mitha saat Raka beralih meninggalkannya. Dia masih memandang punggung Raka yang membelakanginya dan pergi menjauh. "Aku harus segera mendapatkanmu." Mitha bertekad untuk menjadikan Raka pacarnya. Ia mengatakan itu sambil mengepalkan tinju di tangannya. Menggambarkan bagaimana ia sangat terobsesi dengan Raka.
****
Berikan cinta kalian dengan rate, like, komen, vote dan favorite. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Suci Kurnia Putrii
😍
2020-06-26
1
Li Na
jejak
fav
2020-06-24
1
Juwita
patesan bilang kevin, ternyata di sini juga namanya kevin😆😆
2020-04-14
1