Just A Professional Relationship

Just A Professional Relationship

Prolog

14 Februari. Hari yang paling dinanti oleh sebagian besar pasangan. Entah sejak kapan tanggal tersebut menjadi begitu penting untuk dirayakan. Seakan rasa sayang hanya bisa diungkapkan dalam satu hari itu saja.

Banyak orang yang merasa tidak suka. Tapi bagi para pebisnis, tentu hari tersebut menjadi ladang uang yang tidak boleh disia-siakan. Bahkan pernak pernik yang ada di sepanjang jalan dan pertokoan sudah dipenuhi dengan simbol hati, ataupun berbagai benda yang lucu berwarna merah jambu.

Sebuah layar besar yang terpajang di depan gedung pertokoan, tak henti menampilkan acara tentang kasih sayang. Kebanyakan tentang beberapa pasangan di kalangan artis yang banyak dikenal. Entah mereka memang sengaja memperjualbelikan kemesraan, atau benar-benar saling sayang di belakang layar. Satu hal yang pasti, semua orang senang menontonnya.

Di tengah cuaca yang agak mendung, para pejalan kaki sengaja menghentikan langkah hanya untuk menyaksikan tayangan dari layar raksasa. Mereka berdiri di pinggir jalan, menduduki kursi panjang yang memang tersedia di sisi trotoar. Bukan hanya yang sudah berpasangan, orang yang tengah berjalan seorang diri pun menyempatkan diri untuk turut menonton sembari menyeruput kopi kalengnya.

“Itu tadi para bintang tamu yang sudah kami undang untuk menemani waktu Anda semua. Tapi pasti ada yang sadar, dong, kalau masih ada tamu spesial yang belum hadir. Dan saya yakin sudah banyak sekali yang menunggu mereka berdua. Sudah tahu kan siapa orangnya? Siapa lagi kalau bukan pasangan selebritis yang setiap hari selalu menebar kehangatan dari kisah cinta mereka berdua. Kita sambut saja langsung, Nadin dan Juna!” ucap sang pembawa acara wanita sembari berdiri, menyambut tamunya yang baru saja datang.

Tepuk tangan para penonton di studio mengiringi kehadiran sepasang kekasih muda yang berjalan sembari bergandengan tangan. Wanita bertubuh mungil dengan rambut panjang bergelombangnya melambaikan tangan kiri ke arah kamera. Namun tetap menggenggam erat tangan sang kekasih yang berjalan di sampingnya.

Sementara si lelaki bertubuh jangkung berambut panjang sebahu, tersenyum tipis. Berjalan dengan pelan, menyamakan langkah dengan wanita di sisinya. Perawakannya yang tegap dan dipenuhi oleh gumpalan otot kekar, membuat dirinya tampak seperti seorang bangsawan modern.

Keduanya kemudian duduk pada sofa yang telah disediakan. Senyuman tak pernah hilang dari wajah mereka.

“Aduh, aduh… kalian berdua ini gak pernah gagal bikin aku iri, deh,” komentar si pembawa acara. “Gimana kabarnya?”

“Kami berdua baik, Mba,” jawab Nadin. Mewakili Juna yang hanya mengangguk.

“Ini bukan pertama kalinya kan, kalian datang ke acaraku. Kayaknya tiap tahun selalu kami undang ya. Tapi aku selalu kagum karena kalian kelihatannya gak pernah berubah. Masih aja mesra kayak tahun-tahun sebelumnya. Betul gak, penonton?”

Penonton di studio pun bersorak serentak sembari bertepuk tangan. Membuat Nadin hanya tersipu malu.

“Oiya, hari ini juga kamu ulang tahun, ya? Selamat ulang tahun, Nadin!”

“Iya, makasih banyak ya.”

“Saya lihat di medsos, ada banyak banget yang mengirimkan kamu kado.”

“Iya, baru aku mau minta izin buat bilang terima kasih ke semua fans yang sudah mengirimkan aku hadiah. Aku benar-benar terharu waktu managerku bilang ada banyak paket yang datang. Sampai-sampai gak cukup disimpan di dalam kamar. Makasih banyak ya semuanya. Meski gak bisa membalas satu per satu, tapi aku lihat dan baca semua kartu ucapan yang kalian kirim.”

“Wah… senang sekali, deh kalau jadi Nadin. Eh, kalau dari Juna sendiri dapat hadiah apa, nih? Pasti semua pada penasaran, kan?”

Nadin tersenyum sembari melirik sesaat ke arah Juna yang duduk di sampingnya. Keduanya hanya saling membalas senyuman, seakan membicarakan sesuatu tanpa kata.

“Eh, eh, apa nih. Kok, malah kode-kodean. Aku jadi makin penasaran. Gak boleh dikasih tahu ya?”

“Aku cuma malu, karena hadiahnya tidak seberapa,” jawab Juna santai, dengan suaranya yang berat.

“Ah, masa, sih. Kalau aku lihat mukanya Nadih, kayaknya senang banget. Pasti hadiahnya spesial, dong. Semua pasti mau tahu, kan?”

Para penonton menjawab serempak, dan mulai bersahutan menyuruh Juna dan Nadin memberikan jawaban.

Akhirnya, Nadin hanya bisa mengangkat telapak tangan ke depan wajah, untuk memperlihatkan sebuah cincin permata yang bertengger pada jarinya. Membuat semua penonton semakin riuh.

“Wah... Sudah aku duga hadiahnya pasti spesial. Pantesan dari tadi Nadin senyum-senyum terus...”

“Sebenarnya sih yang paling bikin aku senang bukan hadiahnya. Aku merasa bersyukur karena sampai sekarang Juna masih ada di sisi aku. Hari ini kami berdua bukan cuma merayakan ulang tahunku saja, tapi anniversary kami yang kelima.”

“Waw… tahun ini sudah lima tahun? Bahkan kalian sudah jadian dari sebelum terkenal ya. Siapa sih orang yang gak ngerasa iri lihat kalian berdua? Sebenarnya apa sih yang bikin kalian bisa langgeng sampai sekarang?”

“Apa ya… kalau ditanya kayak gitu, aku sendiri gak tahu apa jawabannya. Dari awal aku udah ngerasa menemukan seseorang yang tepat, dan gak pernah punya pikiran akan cari orang lain lagi. Dan tiba-tiba sudah lima tahun berlalu.”

“Waduh, so sweet sekali. Kalau dari Juna sendiri gimana, nih?”

Juna tidak langsung menjawab, dia hanya memandangi Nadin dengan lekat. “Dari dulu sampai sekarang, Nadin tidak pernah berubah di mataku. Sama seperti hari di mana aku yakin akan menyatakan perasaan kepada Nadin. Waktu itu aku pikir, orang ini memang terlahir untukku. Dan aku tidak butuh siapa pun lagi selain dia.”

“Aww…” seru semua orang yang menonton.

Nadin hanya tersipu malu, sementara Juna mengelus kepalanya pelan.

“Gak salah ya kalau kalian ini dijadikan panutan oleh anak-anak muda, dan disebut-sebut sebagai couple goals! Buat ke depannya, katanya bakal ada project baru bareng lagi ya?”

“Iya, dalam waktu dekat bakal ada semacam reality show. Detailnya, nanti ditunggu aja ya!”

“Wah, udah pasti kami tunggu banget! Pokoknya kami doakan supaya lancar ya. Dan tentunya semoga kalian makin tambah mesra dan langgeng terus.”

“Makasih doanya. Teman-teman semua yang selama ini selalu mendukung kami juga terima kasih banyak ya. Kami akan berusaha sebisa mungkin memberikan yang terbaik buat kalian.”

“Okee, terima kasih banyak Nadin dan Juna, sudah menyempatkan waktu buat datang ke sini. Padahal aku yakin kalian sibuk banget. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan ya.”

Layar kaca raksasa pun mengganti tayangannya, dengan iklan kosmetik yang menggunakan pasangan selebritis barusan sebagai modelnya.

Orang-orang yang semula berhenti di tengah jalan, sudah mulai kembali melanjutkan aktivitas mereka. Begitu pula dengan si pasangan muda terkenal tersebut, pamit undur diri dari studio untuk menuju ke tempat lain. Masih ada sederet kegiatan yang membuat mereka tidak bisa menikmati hari spesial, yang seharusnya dihabiskan berdua.

Nadin dan Juna masih bergandengan tangan, melangkah di sepanjang lorong studio, menebar senyum ke tiap orang yang berpapasan dengan mereka. Terus seperti itu hingga tiba di sebuah hotel tempat mereka menginap.

Nadin melepas genggamannya pada tangan Juna. Senyum pada wajahnya perlahan meghilang. Dia menghela napas panjang, seakan tampak sangat kelelahan.

Juna masih tampak tenang seperti biasanya, tak membiarkan orang lain menerka soal apa yang sedang ada di dalam pikirannya. Rambutnya terkuncir rapi di belakang kepala. “Dua jam lagi kita harus sudah standby di studio. Kamu mau makan dulu?” ajaknya.

“Aku capek. Mau istirahat dulu,” jawab Nadin dingin. Dia melangkah masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Juna yang masih berdiri terdiam di depan pintu.

Lelaki tersebut hanya mengembuskan napas, sebelum lanjut berjalan.

Nadin merasa kakinya sangat lemas. Padahal dia sudah sarapan sesuai jadwal pagi ini. Tapi tubuhnya seakan mendadak kehilangan tenaga, hingga kini jatuh terduduk di atas lantai. Punggungnya bersandar pada pintu kamar yang sudah terkunci rapat.

Mungkin bukan tubuhnya yang merasa lelah, melainkan hatinya yang terus dipaksa untuk berpura-pura. Bahkan wajahnya terasa pegal karena terus memaksakan diri untuk tersenyum sejak berjam-jam yang lalu.

Pakaian yang agak ketat mulai membuat Nadin merasa tidak nyaman. Kakinya pun agak sakit karena terlalu lama memakai heels sepuluh senti. Tapi di samping semua itu, benda yang terselip pada jarinya lah yang paling terasa mengganggu.

Tanpa pikir panjang, Nadin melepas cincinnya dan melemparkan benda kecil itu entah ke mana. Lalu mulai menangis, mengeluarkan semua perasaan yang membuat dadanya sesak sedari tadi.

Tidak semua bisa tahan menyembunyikan kesedihan di depan orang sepertinya. Bahkan semua senyuman yang tampak hanya sebatas kepura-puraan. Untuk menyembunyikan sebuah hubungan yang tak lagi nyata.

“Aku memang bodoh…”

Terpopuler

Comments

Julia sari Lubis

Julia sari Lubis

sepertinya bagus, penulisan dan tata bahasa juga bagus...uokey..aku lanjut baca ☺️

2022-02-25

1

Abim🎉🎉💯

Abim🎉🎉💯

baru Nemu . mau mulai baca

2022-02-10

1

lady El

lady El

baru nemu,,,, mulai baca

2021-08-20

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Episode Satu
3 Episode Dua
4 Episode Tiga
5 Episode Empat
6 Episode Lima
7 Episode Enam
8 Episode Tujuh
9 Episode Delapan
10 Episode Sembilan
11 Episode Sepuluh
12 Episode Sebelas
13 Episode Dua Belas
14 Episode Tiga Belas
15 Episode Empat Belas
16 Episode Lima Belas
17 Episode Enam Belas
18 Episode Tujuh Belas
19 Episode Delapan Belas
20 Episode Sembilan Belas
21 Episode Dua Puluh
22 Episode Dua Puluh Satu
23 Episode Dua Puluh Dua
24 Episode Dua Puluh Tiga
25 Episode Dua Puluh Empat
26 Episode Dua Puluh Lima
27 Episode Dua Puluh Enam
28 Episode Dua Puluh Tujuh
29 Episode Dua Puluh Delapan
30 Episode Dua Puluh Sembilan
31 Episode Tiga Puluh
32 Episode Tiga Puluh Satu
33 Episode Tiga Puluh Dua
34 Episode Tiga Puluh Tiga
35 Episode Tiga Puluh Empat
36 Episode Tiga Puluh Lima
37 Episode Tiga Puluh Enam
38 Episode Tiga Puluh Tujuh
39 Episode Tiga Puluh Delapan
40 Episode Tiga Puluh Sembilan
41 Episode Empat Puluh
42 Episode Empat Puluh Satu - Season 1 End -
43 Season 1 - Bonus (Bincang Karakter)
44 S2 - Episode Satu
45 S2 - Episode Dua
46 S2 - Episode Tiga
47 S2 - Episode Empat
48 S2 - Episode Lima
49 S2 - Episode Enam
50 S2 - Episode Tujuh
51 S2 - Episode Delapan
52 S2 - Episode Sembilan
53 S2 - Episode Sepuluh
54 S2 - Episode Sebelas
55 S2 - Episode Dua Belas
56 S2 - Episode Tiga Belas
57 S2 - Episode Empat Belas
58 S2 - Episode Lima Belas
59 S2 - Episode Enam Belas
60 S2 - Episode Tujuh Belas
61 S2 - Episode Delapan Belas
62 S2 - Episode Sembilan Belas
63 S2 - Episode Dua Puluh
64 S2 - Episode Dua Puluh Satu
65 S1 - Dua Puluh Dua [END]
66 Author's Talk
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
Episode Satu
3
Episode Dua
4
Episode Tiga
5
Episode Empat
6
Episode Lima
7
Episode Enam
8
Episode Tujuh
9
Episode Delapan
10
Episode Sembilan
11
Episode Sepuluh
12
Episode Sebelas
13
Episode Dua Belas
14
Episode Tiga Belas
15
Episode Empat Belas
16
Episode Lima Belas
17
Episode Enam Belas
18
Episode Tujuh Belas
19
Episode Delapan Belas
20
Episode Sembilan Belas
21
Episode Dua Puluh
22
Episode Dua Puluh Satu
23
Episode Dua Puluh Dua
24
Episode Dua Puluh Tiga
25
Episode Dua Puluh Empat
26
Episode Dua Puluh Lima
27
Episode Dua Puluh Enam
28
Episode Dua Puluh Tujuh
29
Episode Dua Puluh Delapan
30
Episode Dua Puluh Sembilan
31
Episode Tiga Puluh
32
Episode Tiga Puluh Satu
33
Episode Tiga Puluh Dua
34
Episode Tiga Puluh Tiga
35
Episode Tiga Puluh Empat
36
Episode Tiga Puluh Lima
37
Episode Tiga Puluh Enam
38
Episode Tiga Puluh Tujuh
39
Episode Tiga Puluh Delapan
40
Episode Tiga Puluh Sembilan
41
Episode Empat Puluh
42
Episode Empat Puluh Satu - Season 1 End -
43
Season 1 - Bonus (Bincang Karakter)
44
S2 - Episode Satu
45
S2 - Episode Dua
46
S2 - Episode Tiga
47
S2 - Episode Empat
48
S2 - Episode Lima
49
S2 - Episode Enam
50
S2 - Episode Tujuh
51
S2 - Episode Delapan
52
S2 - Episode Sembilan
53
S2 - Episode Sepuluh
54
S2 - Episode Sebelas
55
S2 - Episode Dua Belas
56
S2 - Episode Tiga Belas
57
S2 - Episode Empat Belas
58
S2 - Episode Lima Belas
59
S2 - Episode Enam Belas
60
S2 - Episode Tujuh Belas
61
S2 - Episode Delapan Belas
62
S2 - Episode Sembilan Belas
63
S2 - Episode Dua Puluh
64
S2 - Episode Dua Puluh Satu
65
S1 - Dua Puluh Dua [END]
66
Author's Talk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!