Dirgantara Malik Alkeenan

Dirgantara Malik Alkeenan

S A T U

Dinda memaksakan senyumnya pada bayangan yang ada di balik cermin. Sesekali ia mengelus dada untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Tetapi raut wajah pucat itu tidak bisa di sembunyikan. Hari bahagia. Beberapa jam lagi ia akan melangsungkan ijab qobul. Tidak bersama pria asing, melainkan sang kekasih hati sendiri.

Pria yang merebut hatinya, pria yang begitu ia sukai, pria yang begitu ia cintai, cinta pertama di bangku sekolah menengah atas. Melewati banyak drama dan proses putus nyambung yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk ke tahap yang lebih serius. Yakni pernikahan.

Namun, Dinda menemukan suatu hal rahasia yang membuat ia ragu untuk melanjutkan.

Tadi pagi...

Sebuah pesan singkat dan langsung membuat senyumnya menghilang serta cahaya di matanya meredup.

Sebuah ketakutan dan yang tidak harus ia rasakan di hari bahagia ini. Bahkan sebuah ketakutan yang selalu ia singkirkan dari pikirannya.

Pria yang notabenenya orang yang paling di percaya. Dan bagi Dinda bersama pria itu permasalahan hidup bisa di selesaikan dan bersama pria itu seakan dunianya sudah sempurna.

Tetapi tidak untuk sekarang..

Sebuah dorongan dari kepala. Ingin berlari menuju pria yang tengah tersenyum manis seraya menyapa tamu begitu ramah, dari raut wajah pria itu terlihat kebahagiaan. Wanita itu ingin memuntahkan semua omong kosong, menampar pipinya, membelah dua bagian tubuhnya. Dan menyeret ia ke tempat pembuangan yang tidak bisa di daur ulang.

Baru ingin menyeka peluh yang turun di pelipis. Kini Dinda tercekat mendengar pengakuan dari seorang tamu wanita. Tangan bergetar, perut bergejolak. Penglihatan mulai kabur. Pikiran mulai berisik bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?.

"Setelah kamu hamili aku, dan sekarang kamu menikahi wanita lain?" kata wanita itu tanpa rasa bersalah sedikit pun

Pandangan mata dan semua mulai berbisik-bisik, baik kedua keluarga atau pun tamu undangan.

Papa dan Mama Dinda tak habis pikir dengan apa yang telah di lakukan oleh wanita itu.

Bayu, pria yang akan menikahi Dinda mulai menatap satu persatu orang di sekitarnya.

Bayu juga melihat tatapan pedih dari seorang Dinda. Hari bahagianya terasa seperti hari kematian, mencekam dan menakutkan.

Bayu berlari ke arah wanita itu "Din maafin aku.... "

Dinda menoleh ke arah pria berengsek itu,rasanya ia ingin terbangun dari mimpi buruk ini tetapi semua terlihat nyata, sakit itu sudah lebih dulu menusuk bagian terdalam dari sebuah perasaan, bibirnya berkedut "Yang aku dengar cuman omong kosongkan Bay?" Tanya Dinda dengan tatapan sendu, sedangkan raut wajah Bayu penuh ketakutan

Melihat pria itu terdiam Dinda semakin yakin bahwa ini adalah nyata "Apakah selama ini cinta? perhatian? Dan kasih sayang dari aku masih kurang?"

Pertanyaan dari Dinda membuat sebulir air mata menetes di kedua pipi Bayu

"Kamu penghianat Bay, kamu berjanji akan menjaga dan merawat cinta kita hingga akhir hayat, tapi apa yang terjadi?"

"Katakan Bay, ini semua omong kosong!"

"Din, maafin aku tetapi dia hanya perempuan gila yang ingin merusak kebahagiaan kita"

Dinda tersenyum lemah. Bayu si pria bajingan yang telah mempermalukan dirinya dan keluarganya, kini masih bisa mengatakan orang lain tidak waras? Bagaimana dengan dirinya? Merusak kebahagiaan, dialah penyebabnya.

Dinda menatap Bayu tanpa berkedip sedikit pun. Bagaimana bisa pria itu menjalin hubungan dengan wanita lain, sedangkan hampir setiap hari mereka bertemu.

Tiba-tiba seorang pria menarik pundak Bayu dengan kasar

" Berengsek! " Ucap Andre seraya melemparkan beberapa pukulan ke wajah calon adik iparnya

Andre di tarik oleh Papanya. Suasana berubah menjadi kacau. Tanpa menunggu lama kedua keluarga mengadakan pertemuan secara mendadak. Om dan Tante Bayu berusaha menenangkan dan membubarkan para tamu.

Pak Devan Wibowo selaku Papa Dinda menatap marah, atas kesalahan yang telah di perbuat oleh calon menantu mereka, pria yang telah ia percaya untuk menjaga putri satu-satunya, kini dengan berani membuat Dinda menangis pilu

"Ternyata kamu bajingan yang bersembunyi di balik topeng tulusmu"

"Apa niatmu sejauh ini? Kenapa kamu bisa tanpa rasa malu meminta anakku di depanku, lalu menyakitinya?"

Bayu langsung berlutut "Aku minta maaf, maafkan aku"

"Saya sangat salah membiarkan putriku berharap bersamamu"

"Maafkan aku".

"Batalkan pernikahan ini dan urus semua masalah ini dengan keluargamu."

Semua orang di ruangan itu di penuhi emosi dan amarah yang menggebu. Mereka melirik ke arah Bayu yang kini berdiri diam ketakutan,

" Bayu jelaskan? Jangan hanya meminta maaf" Ucap Mama

" Ma itu semua omong kosong dan Dia pasti menjebak aku dan Din.... "

"Dinda kamu percaya aku?"

Dinda menatap marah, menyapu air matanya "Ternyata kamu tidak berubah, kesempatan yang selalu aku berikan kenapa kamu khianati?"

"Dinda aku mohon! Ini bukan seperti yang kamu pikir".

"Cukup, di antara kamu dan anak saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!" Pak Devan langsung merangkul Dinda dan mengajak seluruh anggota keluarga meninggalkan gedung pernikahan yang di adakan di hotel milik keluarga Bayu.

Suasana di ruangan itu semakin memanas setelah keluarga Dinda meninggalkan mereka. Tuan rumah terlihat memijat kening. Di usia yang memasuki kepala lima, anak keduanya dari tiga bersaudara itu masih suka membuat onar.

"Panggil perempuan itu kesini" Robi Aditama si tuan rumah menatap putranya dengan serius

Langit menghitam dengan udara yang terasa dingin. Hujan turun begitu deras. Seperti mengerti akan perasaan Dinda. Gadis berambut panjang itu mengalihkan pandangannya menatap bahu jalan. Tangannya sibuk menepis air mata yang tak kunjung berhenti.

Tak lama Ia tersenyum miris dengan tatapan penuh hancur luka. Laki-laki yang di banggakan kini tega menghancurkan impiannya. Mama memeluk putri satu-satunya. Dada Dinda semakin terasa sesak. Ia menangis menumpahkan kekecewaan di hati

"Mencintai seseorang itu tidak selamanya menyenangkan. Terkadang Tuhan menghentikan secara paksa, agar kita tidak salah melangkah terlalu jauh."

Ucapan Pak Devan membuat Dinda mendongakkan kepala seraya menghapus air mata dengan kasar.

Bayu kembali tanpa ada wanita yang menghancurkan pernikahannya.

"Mana perempuan gila itu?"

Bayu diam, Pak Robi mengeram marah karena merasa di permalukan. Pak Robi berjalan mendekati Bayu dan langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kanan putranya.

" Anak kurang ajar " Tamparan kedua mendarat di pipi kiri Bayu.

Pak Robi mendongak dan kembali menatap Bayu "Kenapa harus membuat diri sendiri menjadi buruk di mata orang"

Semua kata makian, kekesalan, amarah, tertuju kepada Bayu.

Dua jam berlalu

Seluruh anggota keluarga meninggalkan tempat itu. Pak Robi mengunjungi keluarga Dinda. Namun, penolakan yang mereka dapat. Pak Devan tidak ingin menemui mereka. Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Ayah mana yang tega melihat anaknya di lukai dengan hebatnya.

Terpopuler

Comments

Rohani Alya

Rohani Alya

iikklLzp

2021-11-05

0

Nurul Rahmawati

Nurul Rahmawati

semangattttt thor

2021-08-18

0

Yustina Rini

Yustina Rini

lanjut

2021-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!