Dinda memaksakan senyumnya pada bayangan yang ada di balik cermin. Sesekali ia mengelus dada untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.
Tetapi raut wajah pucat itu tidak bisa di sembunyikan. Hari bahagia. Beberapa jam lagi ia akan melangsungkan ijab qobul. Tidak bersama pria asing, melainkan sang kekasih hati sendiri.
Pria yang merebut hatinya, pria yang begitu ia sukai, pria yang begitu ia cintai, cinta pertama di bangku sekolah menengah atas. Melewati banyak drama dan proses putus nyambung yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk ke tahap yang lebih serius. Yakni pernikahan.
Namun, Dinda menemukan suatu hal rahasia yang membuat ia ragu untuk melanjutkan.
Tadi pagi...
Sebuah pesan singkat dan langsung membuat senyumnya menghilang serta cahaya di matanya meredup.
Sebuah ketakutan dan yang tidak harus ia rasakan di hari bahagia ini. Bahkan sebuah ketakutan yang selalu ia singkirkan dari pikirannya.
Pria yang notabenenya orang yang paling di percaya. Dan bagi Dinda bersama pria itu permasalahan hidup bisa di selesaikan dan bersama pria itu seakan dunianya sudah sempurna.
Tetapi tidak untuk sekarang..
Sebuah dorongan dari kepala. Ingin berlari menuju pria yang tengah tersenyum manis seraya menyapa tamu begitu ramah, dari raut wajah pria itu terlihat kebahagiaan. Wanita itu ingin memuntahkan semua omong kosong, menampar pipinya, membelah dua bagian tubuhnya. Dan menyeret ia ke tempat pembuangan yang tidak bisa di daur ulang.
Baru ingin menyeka peluh yang turun di pelipis. Kini Dinda tercekat mendengar pengakuan dari seorang tamu wanita. Tangan bergetar, perut bergejolak. Penglihatan mulai kabur. Pikiran mulai berisik bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?.
"Setelah kamu hamili aku, dan sekarang kamu menikahi wanita lain?" kata wanita itu tanpa rasa bersalah sedikit pun
Pandangan mata dan semua mulai berbisik-bisik, baik kedua keluarga atau pun tamu undangan.
Papa dan Mama Dinda tak habis pikir dengan apa yang telah di lakukan oleh wanita itu.
Bayu, pria yang akan menikahi Dinda mulai menatap satu persatu orang di sekitarnya.
Bayu juga melihat tatapan pedih dari seorang Dinda. Hari bahagianya terasa seperti hari kematian, mencekam dan menakutkan.
Bayu berlari ke arah wanita itu "Din maafin aku.... "
Dinda menoleh ke arah pria berengsek itu,rasanya ia ingin terbangun dari mimpi buruk ini tetapi semua terlihat nyata, sakit itu sudah lebih dulu menusuk bagian terdalam dari sebuah perasaan, bibirnya berkedut "Yang aku dengar cuman omong kosongkan Bay?" Tanya Dinda dengan tatapan sendu, sedangkan raut wajah Bayu penuh ketakutan
Melihat pria itu terdiam Dinda semakin yakin bahwa ini adalah nyata "Apakah selama ini cinta? perhatian? Dan kasih sayang dari aku masih kurang?"
Pertanyaan dari Dinda membuat sebulir air mata menetes di kedua pipi Bayu
"Kamu penghianat Bay, kamu berjanji akan menjaga dan merawat cinta kita hingga akhir hayat, tapi apa yang terjadi?"
"Katakan Bay, ini semua omong kosong!"
"Din, maafin aku tetapi dia hanya perempuan gila yang ingin merusak kebahagiaan kita"
Dinda tersenyum lemah. Bayu si pria bajingan yang telah mempermalukan dirinya dan keluarganya, kini masih bisa mengatakan orang lain tidak waras? Bagaimana dengan dirinya? Merusak kebahagiaan, dialah penyebabnya.
Dinda menatap Bayu tanpa berkedip sedikit pun. Bagaimana bisa pria itu menjalin hubungan dengan wanita lain, sedangkan hampir setiap hari mereka bertemu.
Tiba-tiba seorang pria menarik pundak Bayu dengan kasar
" Berengsek! " Ucap Andre seraya melemparkan beberapa pukulan ke wajah calon adik iparnya
Andre di tarik oleh Papanya. Suasana berubah menjadi kacau. Tanpa menunggu lama kedua keluarga mengadakan pertemuan secara mendadak. Om dan Tante Bayu berusaha menenangkan dan membubarkan para tamu.
Pak Devan Wibowo selaku Papa Dinda menatap marah, atas kesalahan yang telah di perbuat oleh calon menantu mereka, pria yang telah ia percaya untuk menjaga putri satu-satunya, kini dengan berani membuat Dinda menangis pilu
"Ternyata kamu bajingan yang bersembunyi di balik topeng tulusmu"
"Apa niatmu sejauh ini? Kenapa kamu bisa tanpa rasa malu meminta anakku di depanku, lalu menyakitinya?"
Bayu langsung berlutut "Aku minta maaf, maafkan aku"
"Saya sangat salah membiarkan putriku berharap bersamamu"
"Maafkan aku".
"Batalkan pernikahan ini dan urus semua masalah ini dengan keluargamu."
Semua orang di ruangan itu di penuhi emosi dan amarah yang menggebu. Mereka melirik ke arah Bayu yang kini berdiri diam ketakutan,
" Bayu jelaskan? Jangan hanya meminta maaf" Ucap Mama
" Ma itu semua omong kosong dan Dia pasti menjebak aku dan Din.... "
"Dinda kamu percaya aku?"
Dinda menatap marah, menyapu air matanya "Ternyata kamu tidak berubah, kesempatan yang selalu aku berikan kenapa kamu khianati?"
"Dinda aku mohon! Ini bukan seperti yang kamu pikir".
"Cukup, di antara kamu dan anak saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!" Pak Devan langsung merangkul Dinda dan mengajak seluruh anggota keluarga meninggalkan gedung pernikahan yang di adakan di hotel milik keluarga Bayu.
Suasana di ruangan itu semakin memanas setelah keluarga Dinda meninggalkan mereka. Tuan rumah terlihat memijat kening. Di usia yang memasuki kepala lima, anak keduanya dari tiga bersaudara itu masih suka membuat onar.
"Panggil perempuan itu kesini" Robi Aditama si tuan rumah menatap putranya dengan serius
Langit menghitam dengan udara yang terasa dingin. Hujan turun begitu deras. Seperti mengerti akan perasaan Dinda. Gadis berambut panjang itu mengalihkan pandangannya menatap bahu jalan. Tangannya sibuk menepis air mata yang tak kunjung berhenti.
Tak lama Ia tersenyum miris dengan tatapan penuh hancur luka. Laki-laki yang di banggakan kini tega menghancurkan impiannya. Mama memeluk putri satu-satunya. Dada Dinda semakin terasa sesak. Ia menangis menumpahkan kekecewaan di hati
"Mencintai seseorang itu tidak selamanya menyenangkan. Terkadang Tuhan menghentikan secara paksa, agar kita tidak salah melangkah terlalu jauh."
Ucapan Pak Devan membuat Dinda mendongakkan kepala seraya menghapus air mata dengan kasar.
Bayu kembali tanpa ada wanita yang menghancurkan pernikahannya.
"Mana perempuan gila itu?"
Bayu diam, Pak Robi mengeram marah karena merasa di permalukan. Pak Robi berjalan mendekati Bayu dan langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kanan putranya.
" Anak kurang ajar " Tamparan kedua mendarat di pipi kiri Bayu.
Pak Robi mendongak dan kembali menatap Bayu "Kenapa harus membuat diri sendiri menjadi buruk di mata orang"
Semua kata makian, kekesalan, amarah, tertuju kepada Bayu.
Dua jam berlalu
Seluruh anggota keluarga meninggalkan tempat itu. Pak Robi mengunjungi keluarga Dinda. Namun, penolakan yang mereka dapat. Pak Devan tidak ingin menemui mereka. Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Ayah mana yang tega melihat anaknya di lukai dengan hebatnya.
Dinda Anatasya Wibowo. Sebenarnya ia adalah perempuan dewasa dengan Skill dan mental di atas rata-rata. Buktinya ia bisa bekerja di salah satu perusahaan swasta terbesar di kota ia tingga. Pintar dan tentunya cantik. Namun, setelah jatuh cinta kepada Bayu ia berubah menjadi perempuan masa bodoh bahkan bisa di bilang tipe wanita akhir zaman yang Bucin parah, kebucinannya tidak bisa di tawar lagi.
Ia mementingkan pria itu di atas segala-galanya. Dan menikah dengan pria itu adalah sebuah impian yang ia nanti-nantikan selama beberapa tahun belakangan ini. Semua desas-desus jelek tentang Bayu ia singkirkan untuk hubungan yang lebih baik. dahulu Dinda berpikir tidak ada hubungan yang selalu berjalan mulus,akan selalu menemukan kerikil di setiap perdebatan,bagi Dinda itu tidak masalah asal ia bersama pria itu.
Ya, namanya juga hidup selalu ada pasang surut, naik turun dan sialnya Dinda selalu mendapatkan hidup yang tidak pernah sesuai dengan realita percintaannya.
Setelah hari itu, Dinda hanya mengurung diri di dalam kamar. Ia lupa makan, lupa mandi, lupa akan segalanya meratapi diri seakan dunianya telah hancur. Dan hidupnya seakan ikut berhenti.
Kebahagiaannya seakan hilang. Namun, dukungan keluarga membuat Dinda mulai bangkit. Ia mulai menata diri walaupun masih tertatih.
Setiap hari juga Bayu diam-diam mengunjungi Rumah Dinda. Pria itu selalu menatap ke arah kamar Dinda, berharap wanita itu keluar dan memberikannya kesempatan sekali lagi.
Dua minggu setelah kejadian.
Dinda memutuskan menyudahi cuti kerja.
Hah
Dinda menghela nafas kasar ketika sampai di depan gedung bertingkat itu. Ia membenarkan rambut sebelum melangkah maju. Seakan pertanyaan demi pertanyaan pasti akan di lontarkan dari mulut rekan kerjanya.
Perihal kenapa bisa gagal?
Why?
Apa yang salah?
Kenapa Din?
Kamu di selingkuhi? Kenapa? Apa yang kurang dari kamu?
Memasuki Lobby perusahaan Dinda dan beberapa karyawan menundukkan kepala melihat kedatangan seorang pria yang di segani.
Siapa yang tidak mengenal Direktur sekaligus putra sulung Malik Alkeenan?
Semua makhluk di Alkee group akan menundukkan kepala jika melihat pria gagah itu.
Ada beberapa hal yang harus di hindari.
Pertama karyawan tidak ingin terkena masalah karena mood Direktur utama suka berubah-ubah.
Kedua ada saja hal yang membuat ia menyalahkan karyawan, perihal cara berpakaian atau hal lain.
Dirgantara Malik Alkeenan. Pria berusia 25 tahun. Tipe pria pekerja keras, pintar, tangkas, bijaksana, cool dan tentunya tampan.
Di bawah kepemimpinannya yang rumit. Tidak sekalipun ia mengecewakan spesies makhluk hidup di perusahaannya perihal keuangan. Selalu menomor satukan gaji karyawan walaupun perusahaan sedang krisis pemasukan.
Di usia yang sekarang, tidak sekalipun ia habiskan untuk hal yang tidak berguna.
Pacar?
Ia tak punya!
Langkah kaki Dirga terhenti. Ia Mengerutkan kening ketika melihat Dinda. Bibir sedikit terangkat. Gosip tentang Dinda yang gagal menikah sudah menyebar di seluruh perusahaan.
Presiden Direktur
Tertempel di pintu masuk ruangan Dirga. Ia menghela nafas ketika melihat Pak Malik duduk di kursi kebanggaannya. Pak Malik membolak-balik majalah yang terletak di atas meja. Memikirkan berbagai cara setelah mendapat berita buruk tentang putranya penyuka sesama jenis atau kaum pelangi. Ini bukan satu atau dua kali gosip itu.
"Temukan perempuan, dan menikahlah! "
" Dengan percaya diri kamu menarik investor asing untuk bekerja sama di perusahaan ini bahkan tanpa bantuan Papa. Tetapi gosip ini telah berjalan selama 2 tahun dan kamu hanya jadi penonton." Balasan Dirga hanya tertawa kecil menatap Papanya yang tengah menunjukkan raut wajah kesal.
Dirga tidak ingin menyita waktu dan energi untuk hal lain. Ia menyibukkan diri dengan perjalanan bisnis. Ia tidak peduli gosip buruk tentang dirinya.
Alkee Group perusahaan Startup yang bergerak di bidang Teknologi finansial dan dan baru-baru ini mereka juga meluncurkan perusahaan yang bergerak bidang Properti.
Setelah Pak Malik pergi, Dirga tak ambil pusing. Ia kembali menyibukkan diri dengan peluncuran proyek baru. Omongan Pak Malik hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri.
Meeting pun di mulai.
Dirga melihat beberapa karyawan secara bergantian. Kursi yang biasa kosong kini telah terisi kembali. Matanya menangkap sosok Dinda.
Gadis itu tengah serius di balik layar laptop.
Ini bukan kali pertama Dirga memperhatikan Dinda. Dirga mengenal siapa Bayu. Mereka bertiga sama-sama belajar di Universitas yang sama. Dirga dan Bayu sama-sama di jurusan Bisnis. Sedangkan Dinda berbeda dengan mereka.
Dirga dan Bayu berteman baik. Namun ada beberapa hal yang membuat mereka menjadi asing. Sedangkan Dinda tidak mengenal siapa Dirga. Dinda tidak begitu tertarik dengan teman-teman Bayu.
Rania mencuri pandang, salah satu cara kaum wanita di perusahaan itu untuk menyegarkan mata dengan cara menatap Dirga. Namun ia menangkap Dirga tengah menatap Dinda
" Din, Kamu bikin salah sama dia?"
" Siapa?"
"Pak Dirga?"
"Enggak!"
Rania tersenyum ejek seraya mencolek pinggang Dinda.
" Atau jangan-jangan dia suka sama kamu."
Mendengar itu Dinda terkekeh geli. Hal yang tidak mungkin terjadi. Radit selaku sekretaris menghentikan persentasenya. Begitu juga yang lain langsung menatap sinis ke arah Dinda.
"Din apa kamu sudah hilang akal?"
"Enggak!"
"Apa alasannya karena gagal menikah?"
"Nggak!"
"Kayaknya kejiwaan kamu butuh di cek deh, takutnya seperti yang kita tahu."
Orang-orang di ruangan itu mulai tertawa. Sedangkan Dirga hanya diam menatap layar laptop
"Apaan sih kalian bawa-bawa itu" Bela Rania
Radit langsung menyambar pembicaraan
"Kita semua kan tahu...."
"Kenapa?" Tanya Dinda menatap tajam ke arah pria yang selalu ikut campur urusannya
"Kenapa kalian senang sekali ikut campur urusan orang lain? Saya yang gagal menikah kenapa kalian yang uring-uringan, apa itu juga aib bagi kalian?"
"Nah, Karena emosi kamu ini, makanya calon suami kamu berpaling. " Timpal Delon
"Belajar dong dari Anggun, seanggun namanya" Anggun tersipu malu mendapatkan pujian dari Radit
"Hentikan!" Suruh Dirga seraya memukul meja
Dirga bergantian menatap karyawannya yang masih bisa tersenyum.
"Saya rasa kalian sudah mulai lupa aturan di perusahaan ini" semuanya terdiam
"Saya membayar kalian untuk sebuah pekerjaan bukan untuk hal lain."
"Laporan kalian tidak ada yang benar satu pun." Dirga melempar map itu satu per satu.
"Perbaiki dalam waktu satu jam dan kalian boleh meninggalkan ruangan ini."
Karyawan yang mengikuti rapat beranggotakan sepuluh orang itu langsung terdiam. Mereka dengan sigap langsung menarik kursi meninggalkan ruangan.
"Kecuali kamu Dinda tetap tinggal disini!"
Karyawan yang lain tertegun seraya berbisik. Direktur mereka sedikit berubah. Tidak seperti biasa, dia adalah manusia yang masa bodoh terhadap orang lain. Apalagi itu menyangkut kaum hawa dan di tambah masalah percintaan.
"Silahkan tambah cuti liburmu."
Dinda menatap Dirga, seakan ikut mengejeknya
"Terimakasih Pak Dirga, tapi saya baik-baik aja"
"Saya permisi"
Bayu Aditama. Tangan laki-laki itu terkepal di sisi tubuhnya. Dia menahan diri, menjaga emosi di depan wanita yang menghancurkan pernikahannya.
Ia berdiri di depan meja Luna. Tatapan penuh amarah.
Dan jika kalian tahu, Luna dan Dinda bersahabat di masa perkuliahan. Namun, hancur ketika Luna menjalin hubungan diam-diam bersama Bayu. Tetapi, hubungan mereka tidak bertahan lama. Dan Bayu kembali menjalin hubungan bersama Dinda. Bagi Bayu, Dinda selalu menjadi pemenang di hatinya.
Bukan tanpa sebab Dinda menerima kembali. Karena Dinda tahu, Luna selalu menggoda Bayu di setiap kesempatan. Setelah kejadian itu Dinda memutuskan untuk tidak terlalu dekat jika berteman dengan seseorang.
"Bay maaf sebelumnya.."
"Saya disini bos kamu dan saya tidak ingin mendengarkan permintaan maaf"
"Kapan saya menghamili anda?"
Pria itu masih bisa menahan amarahnya
Luna tersenyum kesal
"Kamu tidak ingat? Di hari kamu mabuk-mabukan dan menyeret aku ke dalam pelukanmu?"
Hah
Bayu langsung berjalan ke sisi jendela. Membelakangi gadis itu, menyibak roal gorden. Melihat ke luar jendela yang berada di lantai enam belas. Menghela nafas, sesuatu yang membebaninya. Keputusan yang salah. Dahulu ia mengira Luna adalah Dinda. Karena di saat itu ia di posisi mabuk berat.
"Silahkan ajukan surat pengunduran diri kamu dari perusahaan ini!"
"Aku tidak mau, Pak Bayu yang terhormat kamu lupa, kantor ini bertahan berkat kerja keras saya mencari investor besar dan janji kamu tidak akan memecat saya."
Lagi-lagi Bayu menarik nafas. Memutar otak. Suara riuh, makian hingga kutukan menyerang isi kepalanya.
#
Ketukan pintu mengalihkan perhatian Dirga. Radit melambaikan tangan petanda Dirga harus keluar menemui klien untuk proyek baru mereka .
Dari ruang meeting sampai saat ini Rania memperhatikan Dinda. Rania tahu luka yang menyayat hati Dinda. Dinda hanya berpura-pura tegar untuk menutupi masalahnya.
"Din kamu percaya setiap yang datang pasti akan pergi. Termasuk dalam suatu hubungan." ucap Rania tersenyum manis
"Percayalah Tuhan akan membayar semuanya dengan kebahagiaan yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya".
Alis Dinda terangkat, ia tersenyum. Paham betul maksud Rania.
Ruangan yang kental dengan gaya eropa itu benar-benar tenang. Karyawan beranggotakan sepuluh orang di Tim Management terlihat asyik dengan layar komputer di depan mereka.
" Ya, tapi.... "
Dinda tersenyum sebelum kembali melanjutkan ucapannya
"Takdir seakan mulai mempermainkan aku Ran."
"Terutama keluargaku, aku membuat Papa dan Mama ikut menangis, aku seakan menjadi wanita egois".
"Akhhhh. Tapi aku benar-benar mulai menerima keadaan ini" sambung Dinda tersenyum getir
Rania tak bersuara. Helaan nafas dan senyuman yang terlihat dari bibirnya. Mata bengkak Dinda tak bisa di sembunyikan sekalipun ia berkata baik-baik saja.
Di sisi lain Luna menatap Bayu lalu bersuara.
"Kita terlalu sering mengecewakan Dinda,dan aku juga tidak ingin Dinda menyesal di kemudian hari jika mengetahui apa yang telah kita lakukan."
"Aku tidak hamil!" sambunhnya menarik nafas lega
Bayu mengepalkan tangan. Seakan ia menerima karma itu. Bayu meninggalkan Luna dengan kekecewaan yang terlalu dalam. Hubungannya dengan Dinda benar-benar telah usai.
Dan beberapa jam telah berlalu
Pukul 5 sore karyawan satu persatu meninggalkan perusahaan. Begitu juga Dinda. Dinda mempercepat langkah kaki agar tidak tertinggal oleh bus yang melewati perumahannya.
Dinda tercegat ketika melihat Bayu. Mereka saling berpandangan. Marah, seolah perlakuan Bayu menohok hati dan perasaan Dinda. Bayu menatap mata perempuan yang masih ia cintai itu. Lalu menunduk sambil menyesal pilu.
Jika dahulu hanya dengan menatap Bayu bisa membuat amarahnya luluh, tapi sekarang dengan menatap pria itu amarah Dinda semakin mennggebu. Tanpa sadar, tangan Dinda langsung menampar pipi Bayu. Bayu terlonjak kaget, di mata Dinda menyirat kemarahan.
"Tidak adakah wanita lain selain dia? " Bayu terdiam malu
"Sejak awal Papa sudah mengingatkan jangan terlalu serius sama kamu. Dan nyatanya benar kamu hanya pria sampah!"
"Ya aku memang pria sampah. Silahkan maki-maki aku sepuasnya Din, pukul aku sampai kamu puas tapi tolong, jangan sudutkan aku seperti ini aku juga bingung dengan keadaan ini"
"Aku juga tidak mengerti dengan perempuan itu, jika aku mendengarkan kamu untuk memecat dia dari perusahaanku mungkin kita sudah bahagia hari ini" Bayu memperlihatkan wajah penyesalan
"Din beri aku kesempatan lagi?aku mohon kesempatan itu tidak akan aku sia-siakan lagi" Dinda terdiam
"Dan kamu tahu dia tidak hamil sama sekali?dia hanya ingin membuat hubungan kita hancur" Dinda menghela nafas menatap wajah yang membuat ia ingin muntah
"Katakan? Apa kamu mencintainya?" tanya Dinda
"Tidak, aku hanya tertarik sesaat"
Dinda tersenyum geli "Apa kamu bodoh? Kamu telah kehilangan semuanya karena ketertarikan sesaat!" Ucap Dinda berbalik meninggalkan Bayu. Namun Bayu menahan tangan Dinda. Berharap wanita itu tidak akan meninggalkannya.
"Lepaskan! Sejak hari itu hubungan kita benar-benar telah usai!
Tidak ada lagi kesempatan untuk seorang bajingan seperti kamu"
"Dinda aku mohon!" teriak Bayu penuh harap
Dinda menarik tangannya. Ia kembali memasuki gedung perusahaan. Tak ingin Bayu mengikutinya. Dinda berjalan ke arah taman belakang yang jarang di kunjungi oleh karyawan.
Dinda membatalkan niatnya untuk pulang demi menghindari Bayu.
Langit di sore itu berkabut. Sejumput ufuk merah bersembunyi di balik pekatnya kelabu sang kabut. Dinda duduk di sebuah sudut kursi yang membelakangi kafe perusahaan. Hatinya benar-benar kacau, sedih dan kecewa tidak bisa di jelaskan lagi. jika ia mengikuti perasaannya ia akan memaafkan Bayu sekali lagi, memberikan kesempatan kembali kepada pria itu. Namun logikanya menentang keras sakit itu terlalu menusuk bagian terdalam. kata maaf sangat sulit terucapkan untuk sekarang. Tidak ada lagi Bayu, semuanya benar-benar telah selesai.
Tak lama seseorang terlihat datang. Wanita itu sedang tidak ingin di ganggu. Semakin dekat sosok itu semakin jelas.
Dirgantara?
Pria berambut hitam legam itu. Memutar arah ke sisi kanan. Taman belakang adalah tempat favorit Dirga untuk menikmati kesendiriannya.
Sendiri? Ia terlalu nyaman, mungkin. Tak ingin soal percintaan yang terlalu rumit. Sehingga ia membiarkan gosip buruk tentang dirinya.
Dirga dan Dinda saling menjaga jarak. Menikmati senja tanpa sapaan.menikmati angin tanpa tatapan. Dirga memainkan ponselnya sedangkan Dinda menatap langit yang akan meninggalkan warnanya
Deg-degan bercampur takut itu yang di rasakan Dinda. Takut untuk pertama kalinya ia berduan dengan bosnya. Takut juga jika Mood Dirga berubah menjadi jelek.Dirga mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu, lalu ia tersenyum kecil melihat Dinda yang memejamkan mata.
Tak lama kemudian
" Mau pulang? " Tanya Dirga yang langsung membuat Dinda terperanjat mengangkat alis tidak mengerti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!