Bayu Aditama. Tangan laki-laki itu terkepal di sisi tubuhnya. Dia menahan diri, menjaga emosi di depan wanita yang menghancurkan pernikahannya.
Ia berdiri di depan meja Luna. Tatapan penuh amarah.
Dan jika kalian tahu, Luna dan Dinda bersahabat di masa perkuliahan. Namun, hancur ketika Luna menjalin hubungan diam-diam bersama Bayu. Tetapi, hubungan mereka tidak bertahan lama. Dan Bayu kembali menjalin hubungan bersama Dinda. Bagi Bayu, Dinda selalu menjadi pemenang di hatinya.
Bukan tanpa sebab Dinda menerima kembali. Karena Dinda tahu, Luna selalu menggoda Bayu di setiap kesempatan. Setelah kejadian itu Dinda memutuskan untuk tidak terlalu dekat jika berteman dengan seseorang.
"Bay maaf sebelumnya.."
"Saya disini bos kamu dan saya tidak ingin mendengarkan permintaan maaf"
"Kapan saya menghamili anda?"
Pria itu masih bisa menahan amarahnya
Luna tersenyum kesal
"Kamu tidak ingat? Di hari kamu mabuk-mabukan dan menyeret aku ke dalam pelukanmu?"
Hah
Bayu langsung berjalan ke sisi jendela. Membelakangi gadis itu, menyibak roal gorden. Melihat ke luar jendela yang berada di lantai enam belas. Menghela nafas, sesuatu yang membebaninya. Keputusan yang salah. Dahulu ia mengira Luna adalah Dinda. Karena di saat itu ia di posisi mabuk berat.
"Silahkan ajukan surat pengunduran diri kamu dari perusahaan ini!"
"Aku tidak mau, Pak Bayu yang terhormat kamu lupa, kantor ini bertahan berkat kerja keras saya mencari investor besar dan janji kamu tidak akan memecat saya."
Lagi-lagi Bayu menarik nafas. Memutar otak. Suara riuh, makian hingga kutukan menyerang isi kepalanya.
#
Ketukan pintu mengalihkan perhatian Dirga. Radit melambaikan tangan petanda Dirga harus keluar menemui klien untuk proyek baru mereka .
Dari ruang meeting sampai saat ini Rania memperhatikan Dinda. Rania tahu luka yang menyayat hati Dinda. Dinda hanya berpura-pura tegar untuk menutupi masalahnya.
"Din kamu percaya setiap yang datang pasti akan pergi. Termasuk dalam suatu hubungan." ucap Rania tersenyum manis
"Percayalah Tuhan akan membayar semuanya dengan kebahagiaan yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya".
Alis Dinda terangkat, ia tersenyum. Paham betul maksud Rania.
Ruangan yang kental dengan gaya eropa itu benar-benar tenang. Karyawan beranggotakan sepuluh orang di Tim Management terlihat asyik dengan layar komputer di depan mereka.
" Ya, tapi.... "
Dinda tersenyum sebelum kembali melanjutkan ucapannya
"Takdir seakan mulai mempermainkan aku Ran."
"Terutama keluargaku, aku membuat Papa dan Mama ikut menangis, aku seakan menjadi wanita egois".
"Akhhhh. Tapi aku benar-benar mulai menerima keadaan ini" sambung Dinda tersenyum getir
Rania tak bersuara. Helaan nafas dan senyuman yang terlihat dari bibirnya. Mata bengkak Dinda tak bisa di sembunyikan sekalipun ia berkata baik-baik saja.
Di sisi lain Luna menatap Bayu lalu bersuara.
"Kita terlalu sering mengecewakan Dinda,dan aku juga tidak ingin Dinda menyesal di kemudian hari jika mengetahui apa yang telah kita lakukan."
"Aku tidak hamil!" sambunhnya menarik nafas lega
Bayu mengepalkan tangan. Seakan ia menerima karma itu. Bayu meninggalkan Luna dengan kekecewaan yang terlalu dalam. Hubungannya dengan Dinda benar-benar telah usai.
Dan beberapa jam telah berlalu
Pukul 5 sore karyawan satu persatu meninggalkan perusahaan. Begitu juga Dinda. Dinda mempercepat langkah kaki agar tidak tertinggal oleh bus yang melewati perumahannya.
Dinda tercegat ketika melihat Bayu. Mereka saling berpandangan. Marah, seolah perlakuan Bayu menohok hati dan perasaan Dinda. Bayu menatap mata perempuan yang masih ia cintai itu. Lalu menunduk sambil menyesal pilu.
Jika dahulu hanya dengan menatap Bayu bisa membuat amarahnya luluh, tapi sekarang dengan menatap pria itu amarah Dinda semakin mennggebu. Tanpa sadar, tangan Dinda langsung menampar pipi Bayu. Bayu terlonjak kaget, di mata Dinda menyirat kemarahan.
"Tidak adakah wanita lain selain dia? " Bayu terdiam malu
"Sejak awal Papa sudah mengingatkan jangan terlalu serius sama kamu. Dan nyatanya benar kamu hanya pria sampah!"
"Ya aku memang pria sampah. Silahkan maki-maki aku sepuasnya Din, pukul aku sampai kamu puas tapi tolong, jangan sudutkan aku seperti ini aku juga bingung dengan keadaan ini"
"Aku juga tidak mengerti dengan perempuan itu, jika aku mendengarkan kamu untuk memecat dia dari perusahaanku mungkin kita sudah bahagia hari ini" Bayu memperlihatkan wajah penyesalan
"Din beri aku kesempatan lagi?aku mohon kesempatan itu tidak akan aku sia-siakan lagi" Dinda terdiam
"Dan kamu tahu dia tidak hamil sama sekali?dia hanya ingin membuat hubungan kita hancur" Dinda menghela nafas menatap wajah yang membuat ia ingin muntah
"Katakan? Apa kamu mencintainya?" tanya Dinda
"Tidak, aku hanya tertarik sesaat"
Dinda tersenyum geli "Apa kamu bodoh? Kamu telah kehilangan semuanya karena ketertarikan sesaat!" Ucap Dinda berbalik meninggalkan Bayu. Namun Bayu menahan tangan Dinda. Berharap wanita itu tidak akan meninggalkannya.
"Lepaskan! Sejak hari itu hubungan kita benar-benar telah usai!
Tidak ada lagi kesempatan untuk seorang bajingan seperti kamu"
"Dinda aku mohon!" teriak Bayu penuh harap
Dinda menarik tangannya. Ia kembali memasuki gedung perusahaan. Tak ingin Bayu mengikutinya. Dinda berjalan ke arah taman belakang yang jarang di kunjungi oleh karyawan.
Dinda membatalkan niatnya untuk pulang demi menghindari Bayu.
Langit di sore itu berkabut. Sejumput ufuk merah bersembunyi di balik pekatnya kelabu sang kabut. Dinda duduk di sebuah sudut kursi yang membelakangi kafe perusahaan. Hatinya benar-benar kacau, sedih dan kecewa tidak bisa di jelaskan lagi. jika ia mengikuti perasaannya ia akan memaafkan Bayu sekali lagi, memberikan kesempatan kembali kepada pria itu. Namun logikanya menentang keras sakit itu terlalu menusuk bagian terdalam. kata maaf sangat sulit terucapkan untuk sekarang. Tidak ada lagi Bayu, semuanya benar-benar telah selesai.
Tak lama seseorang terlihat datang. Wanita itu sedang tidak ingin di ganggu. Semakin dekat sosok itu semakin jelas.
Dirgantara?
Pria berambut hitam legam itu. Memutar arah ke sisi kanan. Taman belakang adalah tempat favorit Dirga untuk menikmati kesendiriannya.
Sendiri? Ia terlalu nyaman, mungkin. Tak ingin soal percintaan yang terlalu rumit. Sehingga ia membiarkan gosip buruk tentang dirinya.
Dirga dan Dinda saling menjaga jarak. Menikmati senja tanpa sapaan.menikmati angin tanpa tatapan. Dirga memainkan ponselnya sedangkan Dinda menatap langit yang akan meninggalkan warnanya
Deg-degan bercampur takut itu yang di rasakan Dinda. Takut untuk pertama kalinya ia berduan dengan bosnya. Takut juga jika Mood Dirga berubah menjadi jelek.Dirga mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu, lalu ia tersenyum kecil melihat Dinda yang memejamkan mata.
Tak lama kemudian
" Mau pulang? " Tanya Dirga yang langsung membuat Dinda terperanjat mengangkat alis tidak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
liaafrin
Kiara LOL😆😆
2021-06-09
0