My Handsome Lover
07.30 AM
Aku pernah mengalami kenyataan yang tidak bisa aku terima sampai aku hanya berpikir bahwa itu adalah mimpi buruk dan akan berakhir ketika aku bangun nanti, tapi semua itu tak akan pernah bisa aku hindari kembali. Kenyataan dimana aku disakiti oleh orang yang sangat kucintai, diawali saat aku menemukan dia dimasa SMA.
Lima menit terakhir Jessica terburu-buru berlarian ke arah gerbang yang akan ditutup sebentar lagi.
"Tunggu pak.. Saya kan cuman lewat 2 detik saja pak. Ayolah pak, bukain gerbangnya," jawab Jessica dengan nafas yang tak beraturan dan tidak ditanggapi sama sekali oleh satpam.
"Udahlah. Lagian kalo telat pun bisa bolos ke suatu tempat," seorang dengan muka berandalan dan pakaian seragamnya yang tidak benar menyela Jessica.
Hanya dibalas dengan tatapan yang sinis, gadis itu melanjutkan teriakannya untuk tetap meminta penjaga gerbang membukakan gerbangnya yang membuat laki-laki bernama Jonathan, kakak kelasnya itu merasa terganggu, "Hey.. Berisik tau. Sini gua bantu supaya bisa masuk ke kelas," ucap Jonathan.
"Gak usah. Udah marah-marah sok pura-pura mau bantuin pula."
"Dari pada gua harus denger teriakan yang bikin telinga gua masuk ambulan, masih mending ada niat buat bantuin yang malah di katain."
"Emang sekenceng apa suara gua?" tanya Jessica dengan memberi pukulan yang dashyat dari tangan kecil mungilnya.
Jonathan yang tak bisa berkata-kata lagi karena pukulan itu diam memegang lengannya.
"Lu juga tadi ngatain gua, jadi impas. Buruan apa caranya."
Dari awal pertengkaran mereka, disinilah mereka berdua mengubah aturan yang tertera bahwa 'tidak diperbolehkannya siswa-siswi yang datang terlambat mengikuti pelajaran sehari itu'.
Bibir Jonathan mendekati telinga Jessica dan ini saatnya mereka memulai semuanya.
"Gila. Gak mau gua."
Mendengar penolakan atas ide Jonathan, ia tidak memaksakannya dan beranjak untuk pergi,"Yaudah. Gua pergi dulu mau bo--"
Tangan gadis itu pun meraih tas sekolah Jonathan yang terpaksa menggangguk setuju agar dapat masuk kelas.
"Pak. Mau gak nih kopinya? Saya beli dua, soalnya gak tahu mau ngapain kalo bolos ke suatu tempat," ucap Jonathan dengan memberi kopi yang langsung diterima satpam itu.
"Makanya lain kali bangun pagi. Tapi makasih kopinya ya."
Satu tegukan kopi itu langsung bereaksi dengan cepat tanpa ada penghambatan. Satpam itu tertidur pulas seperti orang yang pingsan.
"Gak apa, kan saya bisa nemenin bapak jaga gerbang," gumam Jonathan yang langsung mengambil kunci gerbang dan tersenyum ke arah Jessica yang sedari tadi memperhatikannya.
Mereka berdua memasuki sekolah tanpa ada yang mengetahuinya sama sekali dengan keadaan sekolah yang kosong karena jam pelajaran akan dimulai.
"Pak! Kayaknya ada tugas yang belum bapak periksa waktu itu," seorang gadis yang melihat Jessica lewat jendela pun langsung mengalihkan pandangan wali kelas mereka.
Butuh lima menit hingga akhirnya Jessica berada di depan kelas.
"Yang mana?"
"Pak ini privasi saya jawaban setiap soalnya. Jadi bapak harus liat ke arah sini supaya gak ada yang liat."
Dengan cara wali kelas itu membelakangi arah pintu, maka dengan mudah Jessica dapat masuk ke kelas dengan beberapa siswa yang bersikap tak peduli dan satu siswa yang menatap permainan mereka berdua.
Hingga akhirnya semuanya berhasil dengan bantuan Naila, teman sekelasnya itu.
"Oh, saya lupa bapak waktu itu udah kasih nilai A+. Jadi kita bisa mulai pelajarannya pak," ucap Naila yang langsung duduk kembali ke tempatnya.
"Jessica? Kamu tadi pas absen bapak liat gak ada," tanya wali kelas dengan begitu heran.
"Tadi dia ma--"
Naila yang menyadari teman sekelasnya akan membocorkannya pun langsung menyelanya, "Ayo pak, kita mulai pelajarannya." Tangannya mempersilahkan wali kelas untuk ke tempatnya.
"Hari ini kamu semangat banget buat belajarnya ya."
Mata Jessica dan Naila yang saling menatap itu tersenyum.
Pikiran Jessica yang kacau ketika pelajaran dimulai itu teralihkan saat ia melirik ke jendela dan ternyata Jonathan sedang dihukum oleh guru yang melihatnya sedang berada diluar kelas.
"Kamu 'kan telat kenapa bisa masuk, hah? Atau kamu mau bolos dari jam sekolah ya?" bentak guru itu dengan penggaris kayu yang panjang di tangannya.
Jonathan yang hanya diam tak menjawab apapun membuat guru itu emosi melihat anak murid yang susah untuk diatur.
"Kenapa diem? Orang tua kamu mau saya panggil dan saya skors lagi?! Kamu kira ini rumah, bisa seenaknya masuk keluar gitu? Udah nilai jelek, kamu mau jadi apa? Anak yang gak bisa banggain orang tua, itu cita-cita kamu?!"
Bahkan penggaris kayu pun dipakai karena emosi memuncak dari guru itu yang di hentakan ke lantai.
Seluruh kelas memperhatikan lewat jendela mendengar itu semua. "Sudah Bu. Biar saya yang urus Jonathan," ucap wali kelas Jonathan yang takut dengan meluap kemarahan yang besar.
"Kalian juga belajar!!"
Melihat semua yang terjadi membuat Jessica terdiam dan tenggelam ke pikirannya lagi.
Kring.. Kring.... bunyi bel istirahat itu membangunkan Jessica dari lamunannya dan terus memikirkan Jonathan yang sedang dihukum, akhirnya ia berancana untuk memberikan coklat sebagai ucapan terimakasih karena telah membantunya.
Matanya bergulir kesana kemari mencari seseorang lewat jendela kelas, hingga Jessica memutuskan untuk bertanya pada seseorang yang keluar dari kelas Jonathan,"Liat Jonathan gak?"
"Gak. Tapi kalo ketemu bakalan gua kasih tau lu nyariin."
"Makasih. Gua tunggu di kantin."
5 menit berlalu sejak Jessica menunggu diantara banyak orang di kantin itu hanya untuk orang yang baru dikenalnya.
"Ada apa? Katanya nyariin," ucap Jonathan mengahimpiri Jessica yang tertidur.
Jessica yang mendengar suara seseorang pun langsung terbangun dan mata mereka berdua bertatapan langsung dengan dekat, "Kenapa? Sakit? Kalo sakit ke UKS kenapa jadi ke kantin?"
Orang yang ditunggu sedari tadi, sekarang ditinggal begitu saja dengan merasa malu pada satu hal kenapa dia ada disitu tiba-tiba? Udah dari lama bukan? Itulah yang dipikirkannya sembari berjalan pergi dengan cepat.
"Hei! Siapa tuh yang nyariin sampe ke kelas, sekarang malah per--"
Jessica langsung menutup mulutnya yang akan terus berbicara sampai membuat semua orang mendengarnya dan membuat Jessica malu sendiri.
"Gila ya?"
"Kenapa?"
Semua orang dikantin memperhatikan mereka berdua, dimana Jessica sedang memegang mulut Jonathan dan ketika menyadari situasi sekitarnya ia langsung berjalan pergi begitu saja dan membuang cokelat itu ke tempat sampah.
Jonathan yang hanya bisa tersenyum kepada orang disekitar pun langsung mengejar Jessica.
"Hey. Jessica tunggu!"
Permainan kejar-kejaran itu berakhir saat Jessica berhenti berlari di area taman yang sepi, dan ia langsung menarik tangan Jonathan.
"Lu ngapain ngejar gua dari tadi? Gak liat tatapan orang dikantin, hah? Kalo orang-orang pada mi--"
"Makasih cokelatnya," sela Jonathan.
"Loh kok tahu? Ah, maksud gua itu bukan untuk lu," jawab Myung Hee dengan mengalihkan pandangannya dari Jonathan yang duduk di sampingnya.
Seketika keheningan mengambil alih suasana di antara mereka berdua.
"Ta-da." Suasana hening itu terpecahkan ketika Jonathan menujukkan gelang dengan ukiran satu huruf J dan beberapa ukiran bunga disana.
"Buat?" tanya Jessica dengan nada yang masih dingin.
"Buat lu. Balasan terimakasih dari cokelat itu," jawab Jonathan.
"Bohong. Buat apa terimakasih dari cokelat yang belum lu makan sama sekali."
"Hahha... Iya deh, jujurnya gua kasih ini karena ini mirip dengan bentuk bunga yang ada di ikat rambut lu," ucap Jonathan yang pantas memperhatikan Jessica saat ia tertidur.
Jonathan melanjutkan alasannya, "Dan gua bukan menyimpan koleksi wanita, tapi ini punya Joyce yang ternyata punya kesukaan yang hampir sama kayak lu. Gua dulu mau kasih ke dia tapi gua gak pernah ketemu lagi sama dia."
"Meskipun kesukaan gua sama dia sama, tapi gua orang yang berbeda dari orang itu. Dan Joyce itu pacar lu, kan?" balas Myung Hee yang mengembalikan barang bukan miliknya ke tangan Jonathan.
"Bukan pacar, gua cuman temenan sama dia dan beneran kalo gua gak pernah ketemuan sama dia lagi. Karena gua kasih ini terkhusus untuk gadis yang udah gua anggep sebagai teman," jawab Jonathan sembari memakaikan gelang itu pada tangan Jessica yang terlihat sangat cocok dan pas.
"Makasih," ucap Jessica sambil tersenyum memandangi gelang ditangannya.
Senyum manis itu seperti racun menular, hingga Jonathan pun ikut tersenyum. "Ya udah gua pergi dulu ya, bentar lagi kelas gua udah mau masuk. Lu juga balik ke kelas sana," balas Jonathan berlari pergi dari sana dengan tangan yang melambai pada Jessica.
"Okee."
***
"Perhatikan semuanya. Jadi ini adalah cara untuk...."
"Hei Jessica. Kau sudah pacaran ya? Dengan Jonathan?"
Naila menggodanya terus hingga Jessica yang sedang senyum-senyum pun terbangun ke alam sebenarnya, "Ya? Kenapa??"
"Hah- Nasib punya temen penyakit gelo."
Kriinnngg... Kriiinngg....
Tanpa disangka waktu berjalan dengan cepat kini jam bubarnya sekolah.
Pulang sekolah dua gadis itu keluar dari gerbang bersama-sama bahkan Jessica terus menempel pada Naila.
"Hey. Bukankah hari ini lebih cepat berlalu dari kemarinnya?" tanya Jessica.
"Ah begitu ya."
Di tengah banyak orang yang tidak jauh dari kelasnya, Naila langsung berteriak, "Pak. Jessica masih mau belajar nih pak. Kasih tambahan ke dia, pak!"
Jessica langsung menutup mulut Naila dan mengajaknya berlari terburu-buru sampai di depan gerbang sekolah.
"Gila lu!"
"Eh, gua tanya nih. Orang yang teriak-teriak atau orang yang senyum-senyum terus, mana yang orang gila?" tanya Naila.
"Yah. Jawabannya kita sama-sama gila."
"Maap. Gak kenal gua ama lu~."
Hari yang benar-benar melelahkan dan menyenangkan sekaligus terjadi pada Myung Hee.
"Aku pulang."
Jessica merebahkan tubuhnya di ranjang dan terlelap dengan cepat. Ia memimpikan dirinya yang sedang pergi bersama orang yang ia cintai tapi entah apa yang terjadi tiba-tiba awan berubah menjadi gelap.
Mereka bertengkar dengan hebat lalu terdengar suara yang berkata padanya 'jika aku jadi bumi apakah kamu mau menjadi mataharinya?'. Gadis itu menjawab 'Iya', ia terlihat seperti Jessica dari berbagai sisi.
Mendengar jawaban dari gadis itu membuat laki-laki tersebut melemparkan gelang yang ia pakai dengan berkata 'baiklah, mulai sekarang kamu harus menjauhi aku 149 juta kilometer' dengan begitu dingin laki-laki itu pergi begitu saja.
Gadis itu terus menangis di tengah rintikan hujan yang semakin deras.
Petir itu membangunkan Jessica dari mimpinya.
Seseorang yang ada dalam mimpi ku itu tidak terlihat dengan jelas dan membuat ku semakin penasaran dengan orang itu, ucap Jessica dalam hatinya.
"Hah- Dari sebelumnya gua gak pernah mimpi. Apa cuman karena gua kecapean makanya mimpi begitu?" gumam Jessica.
Saat Jessica tenggelam dalam lamunannya Ibunya pun memanggil Jessica untuk mandi dan turun ke bawah untuk makan malam.
Setelah selesai mandi Jessica turun dan melihat bahwa makan malam sudah disiapkan dengan tertata rapih.
"Jessica bagaimana tadi saat disekolah, apakah kamu terlambat?" tanya Ibu Jessica.
"Ya terlambat bu, tapi ada kakak kelas bantuin aku jadi bisa ngikutin pelajaran dan dia yang kena hukumannya," jawab Jessica sambil makan dengan lahap.
"Kakak kelasmu? Cewe atau cowo? Dia ganteng tidak?" tanya Ibu nya dengan begitu penasaran.
"Ibu banyak sekali pertanyaannya. Aku tidak bisa menjawab semua nya dengan begitu cepat," jawab Jessica.
"Maaf Ibu terlalu bersemangat karena setahu Ibu kamu hanya berteman dengan teman sekelas mu saja bahkan nama adik kelas dan kakak kelas saja kamu tidak ingat, tapi sekarang kamu ditolong oleh kakak kelas. Ibu yakin pasti dia laki laki dan ganteng kan," ucap Ibunya.
"Iya aku tahu bu. Iya memang benar dia laki laki tapi menurut ku dia gak ganteng banget kok."
"Hais kamu tidak akan bisa berbohong kepada Ibu nak. Oh ya gelang dari siapa itu Ibu tidak pernah melihat nya," kata Ibu yang memperhatikan penampilan Jessica dari atas hingga bawah.
"Dari kakak kelas itu. Aku dengan dia memang sudah dekat sih Bu," ucap Jessica yang baru saja masuk dalam khayalan.
"Ibu tidak melarang kamu dekat dengan seseorang tapi kamu harus berhati hati dan tidak boleh sampai mengganggu pelajaran mu. Ok?" ucap Ibu.
"Iya Ibu. Aku sudah selesai makan, aku akan tidur dulu Bu," jawab Jessica.
"Selamat tidur nak. Awas nanti kakak kelas mu muncul lagi dipikiran mu lalu terbawa mimpi loh," ucap Ibu dengan tersenyum.
"Ihh Ibu.. Selamat malam Bu," ucap Jessica.
Saat Jessica tertidur ia pun mepimpikan mimpi yang sama lagi tapi entah kenapa ia merasa bahwa seseorang yang ada didalam mimpinya seperti seseorang yang ia kenal.
**
Maaf jika ada kesalahan kata atau sebagainya, silahkan beri komentar terhadap novel saya ini.
Setiap kritik dan saran yang diberikan akan membuat saya belajar dari kesalahan itu dan mencoba saya untuk memberi yang lebih baik lagi.
Terimakasih semuanya😊❤
Salam hangat untuk semuanya dari author pemula❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Erni Fitriana
myong hee itu jesika thor?
2021-10-05
0
Erni Fitriana
yukkkk lanjut
2021-10-05
0
ဣӂ꧂✪ⓝⓘⓣⓐ ⓚⓘⓜ ӂ
Mantap
2021-03-12
0