Sakinah Bersama Mu
"Nak, Ayah mohon, kamu mau ya menikah dengan dengan Tuan Rico" pinta sang ayah kepada putri pertamanya.
"Tapi ayah, aku sudah punya pilihan untuk calon suamiku kelak".
"Ayah tau nak, tapi Ayah mohon kamu mau yah menikah dengannya, hanya kamu yang yang bisa menolong ayah dan ibu saat ini".
Aiyra Samia Rumaisha hanya terdiam mematung, pikirannnya sudah tak karuan lagi saat kedua orang tuanya memohon agar mau menikah dengan seseorang yang tak di kenalnya. ia tahu apa yang akan terjadi dengan keluarganya jika ia menolak permintaan sang ayah.
"Bismillah, Aisha mau menikah dengan orang itu" jawab Aisha dengan berlinang air mata.
"Terima kasih nak, kamu mau berkorban demi kami" sahut sang ibu yang merasa terharu dengan keputusan yang di ambil sang anak.
"Tapi Ibu dan Ayah harus merahasiakan semua ini dari orang - orang, jika ada yang bertanya kemana aku, ayah dan ibu jawab saja jika aku sedang bekerja" pinta Aisha dan di setujui oleh kedua orang tuanya.
Acara pernikahan tiba, Acara tersebut di gelar di kediaman sang calon mempelai pria yang berada di daerah Bali. Selama acara berlangsung Aisha mencoba menahan tangisnya agar tak membuat orang tuanya bersedih.
"Selamat ya nak, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah" ucap sang Ibu.
Aisha langsung memeluk sang ibu, air matanya lolos begitu saja, ia menangis di pelukan sang ibu.
Setelah acara selesai Aisha di antar oleh para pelayan menuju kamar Aisha, di mana sang suami sudah menunggunya.
"Dengar Aisha, sekarang aku ini suami mu, jadi kamu sekarang harus patuh dengan perintah ku" ujar sang Suami dengan intonasi yang tinggi dan Aisha hanya mengangguk pelan.
Perasaannya campur aduk saat sang suami menatapnya dengan tajam, ia takut jika suami akan meminta haknya sebagai seorang suami.
"Hahahaaaa tak perlu kamu takut seperti itu, kamu pikir aku mau menikmati tubuh mu, jangan mimpi" ucap sang suami lalu pergi meninggalkan kamar Aisha.
Aisha pun merasa lega ternyata pikirannya salah, setelah suaminya pergi ia segera mengunci pintu kamar tersebut dan pangsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Hari demi hari Aisha jalani hari - harinya dengan setatus baru, hingga suatu hari sang suami memergokinya sedang chatingan dengan seseorang. hal itu membuat sang suami marah besar hingga ponsel milik Aisha hancur tak berbentuk. dari sanalah penderitaannya di mulai.
Menjadi istri ketiga tidaklah mudah apalagi dirinya di benci oleh kedua istri sang suami, Aisha di perlakukan layaknya seorang pelayan hingga kadang dirinya hanya di beri makan satu kali sehari.
"Kamu pikir, kamu akan jadi ratu di sini ?! jangan mimpi deh !" Aisha di lempar dengan setumpuk cucian kotor oleh kedua istri suaminya.
"Cepat cuci pakaian itu, nanti sore harus sudah kering" titah istri kedua.
"Tapi badan saya lemas, dari kemaren saya belum makan" sahut Aisha yang penampilannya sudah pucat.
"Selesaikan dulu tugas dari kami, setelah itu baru kamu makan !" seru istri pertama lalu mereka pun meninggalkan Aisha.
Kedua istri Tuan Rico segera pergi menuju ruangan kerja sang suami, mereka akan menagih janji kepada sang Suami.
"Mas mana jatah uang untuk aku" ujar Mika yang merupakan istri pertama dari tuan Rico.
"Iya mas sekalian bagian aku juga" Timpal Sari yang merupakan istri kedua dari tuan Rico. mereka rela di madu karena kehidupan mereka yang telah di jamin akan mewah oleh tuan Rico.
"Kalian ini, selalu saja uang, uang dan uang" protes tuan Rico karena yang ada di pikiran ke dua istrinya hanyalah uang, shopping dan juga liburan.
"Kan sekarang kamu sudah punya istri baru, jadi tugas dia untuk melayani kamu" jawab Mika.
"Tapi aku tidak tertarik dengannya !".
"Kalau tidak tertarik kenapa kamu nikahi, bukannya kamu ingin segera punya anak, dan sedangkan kita berdua belum siap untuk punya anak, jadi hanya perempuan itu yang kini bisa kamu harapkan untuk kamu mendaptkan keturunan" sambung Sari.
"Aku terpaksa menikahi dia, dan aku punya rencana lain untuknya !" seru Tuan Rico seraya tersenyum jahat.
"Jadi selama ini kamu belum pernah menidurinya ?" tanya Sari.
"Ya belumlah".
"Rugi sekali jika kamu tidak menidurinya" sahut Mika.
"Tapi aku tidak ada hasrat untuk menidurinya" jawab Tuan Rico.
Merek bertiga pun membicarakan niatan Tuan Rico untuk Aisha. mereka menyusun strategi dengan baik, mereka juga membagi tugas agar rencana mereka berjalan dengan mulus.
Sedangkan di tempat yang berbeda, Aisha dengan sekuat tenaga menyelesaikan kerjaannya, tubuhnya sudah lemah tak berdaya.
"Nyonya sakit ?" tanya seorang wanita yang hampir seusia dengan ibunya.
"Saya baik - baik saja" sahut Aisha.
"Tapi muka nyonya pucat sekali, Lebih baik nyonya istirahat biar saya saja yang menyelesaikan ini semua" ujar Bi ijah yang merupakan salah satu pelayan di rumah tersebut.
Aisha pun menolak, ia tahu jika ia tak menyelesaikan kerjaannya dengan segera, Bisa - bisa ia hari ini tidak akan mendapat jatah makan.
"Tapi wajah nyonya pucat sekali" Bi Ijah merasa iba melihat keadaan Aisha, hingaa ia pun membantu pekerjaan Aisha agar cepat selesai, walaupun Aisha sempat menolak bantuan dari Bi Ijah, namun bi Ijah tetap kekeh untuk membantu Aisha.
Namun belum selesai pekerjaannya Aisha tiba - tiba tergolek tak dasarkan diri, dan membuat bi Ijah langsung terkejut.
"Nyonya bangun, Nyonya bangun" bi Ijah menepuk - nepuk pipi Aisha berharap Aisha segera membuka matanya. ia terus mencoba membangunkan Aisha namun usahanya hanya sia - sia.
"Tolong . . Tolong . . Tolong . . " teriak Bi Ijah.
"Ada apa si berisik banget" ujar Mika yang mendengar teriakan bi Ijah. "Kenapa lagi dengan perempuan ini ?".
"Beliau pingsan, sepertinya sedang sakit, wajahnya sangat pucat sekali" jawab Bi Ijah panik.
"Merepotkan sekali !" gerutu Sari.
"Ada apa ini ?" tanya Tuan Rico yang baru datang.
"Tuan Nyonya pingsan, lebih baik kita bawa ke rumah sakit, wajahnya pucat sekali" Bi Ijah Bener - bener mengkhawatirkan kondisi Aisha.
"Bawa saja ke kamar, nanti juga bakal sadar dengan sendirinya !" jawab Tuan Rico dan berlalu, ke dua istrinya pun ikut berlalu mengikuti suaminya.
Bi Ijah di bantu dengan beberapa pelayan lainnya membawa Aisha ke dalam kamarnya, bi Ijah juga mengganti baju Aisha yang basah.
"Nyonya bangun, Nyonya" Bi Ijah berusaha membangunkan Aisha, ia juga mengoleskan minyak angin berharap Aisha segera sadar.
Lamat - lamat Aisha membuka matanya, kepalanya benar - bener terasa berat dan juga pusing, tubuhnya terasa lemas.
"Alhamdulilah, Nyonya sudah bangun" ucap Bi Ijah merasa senang.
"Bi kenapa saya ada di sini ?" tanya Aisha bingung, matanya memonitor seluruh ruangan kamarnya.
"Tadi Nyonya pingsan".
Seraya memegang kepalanya yang sakit, Aisha berusaha bangun dari posisi tidurnya, dalam pikirannya ia harus segera menyelesaikan kerjaannya, kalau tidak ke dua istri suaminya akan marah besar dan berakibat ia tak mendapat jatah makan untuk hari ini.
"Ukhhh enak sekali yah, tiduran terus udah berasa jadi nyonya !!" suara bariton dari arah pintu masuk kamar.
...🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾...
Asalamualaikum. . .
Ini adalah Cerita kisah yang masih berkaitan dengan Novel sebelumnya yang berjudul "Bertemu jodoh di pesantren". semoga para reader suka dengan cerita yang saya sajikan. .
Jangan lupa baca juga karya author yang lainnya.
📍Aku Memilih_Mu
📍Bertemu Jodoh Di pesantren
📍Hujan Kemarin
Jangan Lupa Like dan Vote juga agar author semakin semangat dalam melanjutkan cerita ini. berikan juga saran dan kritikannya juga di kolom komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Berlian Indah
bagi visualnya dong kk author
2021-08-29
1
♕FiiStory_
mampir Thor,salam kenal dari my Dream High 😊
2021-07-20
1
Emma The@
Mampir membawa like kak
2021-07-09
0