"Nak, Ayah mohon, kamu mau ya menikah dengan dengan Tuan Rico" pinta sang ayah kepada putri pertamanya.
"Tapi ayah, aku sudah punya pilihan untuk calon suamiku kelak".
"Ayah tau nak, tapi Ayah mohon kamu mau yah menikah dengannya, hanya kamu yang yang bisa menolong ayah dan ibu saat ini".
Aiyra Samia Rumaisha hanya terdiam mematung, pikirannnya sudah tak karuan lagi saat kedua orang tuanya memohon agar mau menikah dengan seseorang yang tak di kenalnya. ia tahu apa yang akan terjadi dengan keluarganya jika ia menolak permintaan sang ayah.
"Bismillah, Aisha mau menikah dengan orang itu" jawab Aisha dengan berlinang air mata.
"Terima kasih nak, kamu mau berkorban demi kami" sahut sang ibu yang merasa terharu dengan keputusan yang di ambil sang anak.
"Tapi Ibu dan Ayah harus merahasiakan semua ini dari orang - orang, jika ada yang bertanya kemana aku, ayah dan ibu jawab saja jika aku sedang bekerja" pinta Aisha dan di setujui oleh kedua orang tuanya.
Acara pernikahan tiba, Acara tersebut di gelar di kediaman sang calon mempelai pria yang berada di daerah Bali. Selama acara berlangsung Aisha mencoba menahan tangisnya agar tak membuat orang tuanya bersedih.
"Selamat ya nak, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah" ucap sang Ibu.
Aisha langsung memeluk sang ibu, air matanya lolos begitu saja, ia menangis di pelukan sang ibu.
Setelah acara selesai Aisha di antar oleh para pelayan menuju kamar Aisha, di mana sang suami sudah menunggunya.
"Dengar Aisha, sekarang aku ini suami mu, jadi kamu sekarang harus patuh dengan perintah ku" ujar sang Suami dengan intonasi yang tinggi dan Aisha hanya mengangguk pelan.
Perasaannya campur aduk saat sang suami menatapnya dengan tajam, ia takut jika suami akan meminta haknya sebagai seorang suami.
"Hahahaaaa tak perlu kamu takut seperti itu, kamu pikir aku mau menikmati tubuh mu, jangan mimpi" ucap sang suami lalu pergi meninggalkan kamar Aisha.
Aisha pun merasa lega ternyata pikirannya salah, setelah suaminya pergi ia segera mengunci pintu kamar tersebut dan pangsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Hari demi hari Aisha jalani hari - harinya dengan setatus baru, hingga suatu hari sang suami memergokinya sedang chatingan dengan seseorang. hal itu membuat sang suami marah besar hingga ponsel milik Aisha hancur tak berbentuk. dari sanalah penderitaannya di mulai.
Menjadi istri ketiga tidaklah mudah apalagi dirinya di benci oleh kedua istri sang suami, Aisha di perlakukan layaknya seorang pelayan hingga kadang dirinya hanya di beri makan satu kali sehari.
"Kamu pikir, kamu akan jadi ratu di sini ?! jangan mimpi deh !" Aisha di lempar dengan setumpuk cucian kotor oleh kedua istri suaminya.
"Cepat cuci pakaian itu, nanti sore harus sudah kering" titah istri kedua.
"Tapi badan saya lemas, dari kemaren saya belum makan" sahut Aisha yang penampilannya sudah pucat.
"Selesaikan dulu tugas dari kami, setelah itu baru kamu makan !" seru istri pertama lalu mereka pun meninggalkan Aisha.
Kedua istri Tuan Rico segera pergi menuju ruangan kerja sang suami, mereka akan menagih janji kepada sang Suami.
"Mas mana jatah uang untuk aku" ujar Mika yang merupakan istri pertama dari tuan Rico.
"Iya mas sekalian bagian aku juga" Timpal Sari yang merupakan istri kedua dari tuan Rico. mereka rela di madu karena kehidupan mereka yang telah di jamin akan mewah oleh tuan Rico.
"Kalian ini, selalu saja uang, uang dan uang" protes tuan Rico karena yang ada di pikiran ke dua istrinya hanyalah uang, shopping dan juga liburan.
"Kan sekarang kamu sudah punya istri baru, jadi tugas dia untuk melayani kamu" jawab Mika.
"Tapi aku tidak tertarik dengannya !".
"Kalau tidak tertarik kenapa kamu nikahi, bukannya kamu ingin segera punya anak, dan sedangkan kita berdua belum siap untuk punya anak, jadi hanya perempuan itu yang kini bisa kamu harapkan untuk kamu mendaptkan keturunan" sambung Sari.
"Aku terpaksa menikahi dia, dan aku punya rencana lain untuknya !" seru Tuan Rico seraya tersenyum jahat.
"Jadi selama ini kamu belum pernah menidurinya ?" tanya Sari.
"Ya belumlah".
"Rugi sekali jika kamu tidak menidurinya" sahut Mika.
"Tapi aku tidak ada hasrat untuk menidurinya" jawab Tuan Rico.
Merek bertiga pun membicarakan niatan Tuan Rico untuk Aisha. mereka menyusun strategi dengan baik, mereka juga membagi tugas agar rencana mereka berjalan dengan mulus.
Sedangkan di tempat yang berbeda, Aisha dengan sekuat tenaga menyelesaikan kerjaannya, tubuhnya sudah lemah tak berdaya.
"Nyonya sakit ?" tanya seorang wanita yang hampir seusia dengan ibunya.
"Saya baik - baik saja" sahut Aisha.
"Tapi muka nyonya pucat sekali, Lebih baik nyonya istirahat biar saya saja yang menyelesaikan ini semua" ujar Bi ijah yang merupakan salah satu pelayan di rumah tersebut.
Aisha pun menolak, ia tahu jika ia tak menyelesaikan kerjaannya dengan segera, Bisa - bisa ia hari ini tidak akan mendapat jatah makan.
"Tapi wajah nyonya pucat sekali" Bi Ijah merasa iba melihat keadaan Aisha, hingaa ia pun membantu pekerjaan Aisha agar cepat selesai, walaupun Aisha sempat menolak bantuan dari Bi Ijah, namun bi Ijah tetap kekeh untuk membantu Aisha.
Namun belum selesai pekerjaannya Aisha tiba - tiba tergolek tak dasarkan diri, dan membuat bi Ijah langsung terkejut.
"Nyonya bangun, Nyonya bangun" bi Ijah menepuk - nepuk pipi Aisha berharap Aisha segera membuka matanya. ia terus mencoba membangunkan Aisha namun usahanya hanya sia - sia.
"Tolong . . Tolong . . Tolong . . " teriak Bi Ijah.
"Ada apa si berisik banget" ujar Mika yang mendengar teriakan bi Ijah. "Kenapa lagi dengan perempuan ini ?".
"Beliau pingsan, sepertinya sedang sakit, wajahnya sangat pucat sekali" jawab Bi Ijah panik.
"Merepotkan sekali !" gerutu Sari.
"Ada apa ini ?" tanya Tuan Rico yang baru datang.
"Tuan Nyonya pingsan, lebih baik kita bawa ke rumah sakit, wajahnya pucat sekali" Bi Ijah Bener - bener mengkhawatirkan kondisi Aisha.
"Bawa saja ke kamar, nanti juga bakal sadar dengan sendirinya !" jawab Tuan Rico dan berlalu, ke dua istrinya pun ikut berlalu mengikuti suaminya.
Bi Ijah di bantu dengan beberapa pelayan lainnya membawa Aisha ke dalam kamarnya, bi Ijah juga mengganti baju Aisha yang basah.
"Nyonya bangun, Nyonya" Bi Ijah berusaha membangunkan Aisha, ia juga mengoleskan minyak angin berharap Aisha segera sadar.
Lamat - lamat Aisha membuka matanya, kepalanya benar - bener terasa berat dan juga pusing, tubuhnya terasa lemas.
"Alhamdulilah, Nyonya sudah bangun" ucap Bi Ijah merasa senang.
"Bi kenapa saya ada di sini ?" tanya Aisha bingung, matanya memonitor seluruh ruangan kamarnya.
"Tadi Nyonya pingsan".
Seraya memegang kepalanya yang sakit, Aisha berusaha bangun dari posisi tidurnya, dalam pikirannya ia harus segera menyelesaikan kerjaannya, kalau tidak ke dua istri suaminya akan marah besar dan berakibat ia tak mendapat jatah makan untuk hari ini.
"Ukhhh enak sekali yah, tiduran terus udah berasa jadi nyonya !!" suara bariton dari arah pintu masuk kamar.
...🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾...
Asalamualaikum. . .
Ini adalah Cerita kisah yang masih berkaitan dengan Novel sebelumnya yang berjudul "Bertemu jodoh di pesantren". semoga para reader suka dengan cerita yang saya sajikan. .
Jangan lupa baca juga karya author yang lainnya.
📍Aku Memilih_Mu
📍Bertemu Jodoh Di pesantren
📍Hujan Kemarin
Jangan Lupa Like dan Vote juga agar author semakin semangat dalam melanjutkan cerita ini. berikan juga saran dan kritikannya juga di kolom komentar.
"Bi saya harus segera menyelesaikan kerjaan saya" ujar Aisha, dengan sisa tenaga yang ada ia berusaha bangkit dari posisi tidurnya.
"Pekerjaan Nyonya sedang di kerjakan oleh yang lain, lebih baik nyonya istirahat saja" jelas Bi Ijah.
Ia, Bi Ijah telah memerintahkan beberapa orang rekan kerjanya agar menyelesaikan kerjaan milik Aisha.
Seorang pelayan datang masuk dengan membawa semangkuk bubur dan juga sop iga.
"Nyonya ini makanannya saya taro sini" ujar pelayan tersebut dengan sopan, sedangkan Aisha hanya mengangguk pelan, kemudian pelayan tersebut berlalu dari kamar Aisha.
"Biar bibi suapin ya" ujar Bi Ijah.
"Tapi Bi . . ".
"Tenang tadi tuan yang menyuruh agar ketika nyonya siuman langsung di kasih makan". jelas Bi Ijah, dengan sangat telaten Bi Ijah menyuapi Aisha.
"Ukhhh enak sekali yah, tiduran terus udah berasa jadi nyonya !!" suara bariton dari arah pintu masuk kamar membuat Aisha langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Siapa yang nyuruh membawa makanan ke kamar ini ?" tanya Mika dengan nada yang sangat tinggi. kemudian merebut mangkuk dari tangan Bi Ijah dan di lemparnya ke atas lantai.
"Prankkk . . ".
Suara pecahan mangkuk berserakan di lantai dan begitu pun dengan isinya.
"Kamu mau saya pecat, lancang sekali kamu ini, di sini aku nyonya nya bukan dia" Ujar Mika seraya menuding bi Ijah.
"Ada apa ini ?" Tiba - tiba tuan Rico masuk le kamar Aisha karena mendeng sesuatu yang pecah dari kamar tersebut.
"Pelayan ini minta di pecat, dia sudah lancang membawa makanan tanpa komando dari aku" bentak Mika seraya menunjuk ke arah Bi Ijah yang seketika menjadi ketakutan.
"Itu aku yang menyuruh, aku tak ingin menjadi seorang pembunuh" ujar Tuan Rico dengan santainya.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu aku ?".
"Sudahlah tak perlu di perdebatkan lagi, biarkan dia makan dan juga beristirahat, karena nanti malam dia sudah mulai bekerja" ujar Tuan Rico.
Mika pun menoleh ke arah suaminya, ia meminta penjelasan tentang apa yang di ucapkan suaminya barusan.
"Nanti akan ku jelaskan" ujar Tuan Rico yang mengerti akan arti tatapan sang istri. "Bi kasih dia makan yang banyak habis itu kasih obat, dan pastikan nanti malam dia sudah benar - benar sembuh" Tuan Rico berlalu di ikuti oleh sang istri.
Setelah majikannya berlalu, Bi Ijah membersihkan pecahan mangkuk dan juga bubur yang berserakan di lantai, kemudian beliau mengambil makanan yang baru untuk Aisha.
Pikiran Aisha melanglang buana, ia belum bisa mencerna apa yang di maksud oleh suaminya tadi, pekerjaan berarti nanti malam suaminya akan memberikan setumpuk kerjaan yang menjadi teka - teki untuk Aisha.
"Sekarang nyonya Istirahat" perintah Bi Ijah.
"Bi, apa bibi tau kerjaan apa yang di maksud oleh suami saya tadi ?" tanya Aisha penasaran, dan bi Ijah pun hanya menggelengkan kepalanya. "Ya sudah kalau gitu, terima kasih bi" ucap Aisha.
Malam pun tiba, kondisi Aisha sudah mulai membaik, rasa sakit di kepalanya pun sudah menghilang. Tiba - tiba pintu kamarnya di buka.
"Cepat bangun, jangan malas - malasan" ujar Sari seraya menarik Aisha agar terbangun dari posisi tidurnya.
"Ganti pakaian mu dengan yang ini" Mika melemparkan sebuah pakaian ke arah Aisha. "Waktunya hanya lima menit !" bentak Mika.
"Tapi aku tidak terbiasa dengan baju seperti ini" Aisha menolak menggunakan pakaian yang di berikan oleh Mika.
"Saya tidak menerima penolakan, atau saya akan panggilkan suami kita, ia bisa saja lebih kejam dari kami" ujar Mika dengan tatapan sinisnya.
Sari yang geram langsung menarik Aisha agar segera mengganti bajunya. karena Aisha tak biasa memakai pakaian mini dress membuat ia sangat merasa dengan pakaian tersebut.
"Cepat keluar atau tak kami beri makan satu minggu" ancam Mika.
Dengan perasaan yang sangat ragu, Aisha keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan pakaian Mini dress yang tadi di berikan oleh Mika.
"Mbak, saya pakai pakaian milik saya saja, ini terlalu kecil untuk saya" ujar Aisha seraya menutup dada dan juga bagian pahanya.
"Jangan banyak protes, apa kamu ingin mempermalukan suami kamu nanti" ucap Sari.
"Maksud mba apa ya ?" tanya Aisha bingung.
"Malam ini kamu mendapat tugas untuk mendampingi Suami kita untuk datang ke acara pesta" jelas Mika.
"Kenapa harus aku ?".
"Gak usah banyak tanya, cepat duduk !".
Mika dan Sari mulai make over Aisha, mereka mengubah seluruh penampilan Aisha.
"Beres" ucap Mika seraya merapihkan peralatan make up nya.
Tak selang berapa lama tuan Rico mendatangi Aisha yang sudah rapih di dalam kamarnya.
"Ayo kita berangkat, nanti kita telat" ujar Tuan Rico pada Aisha.
"Tapi kita mau ke mana ?" tanya Aisha penasaran.
"Ikut saja, gak usah banyak tanya !" bentak Tuan Rico.
Aisha berjalan mengikuti suaminya menuju di mana mobil tuan Rico berada, selama berjalan Aisha terus menutupi dadanya, ia bener - bener risih dengan penampilannya yang sekarang ini, karena biasanya ia selalu berpakaian tertutup.
Mobil yang di kendarai tuan Rico terus melaju membelah ramainya jalan raya, hingga mobil tersebut berbelok pada sebuah club malam.
"Kata mba Mika kita menghadiri pesta, tapi kenapa ke sini ?".
"Pestanya memang di sini" jawab Tuan Rico dengan santainya. ia memarkirkan mobilnya.
"Ayo cepat turun !".
Aisha sangat ragu untuk turun, karena ini adalah kali pertamanya ia mendatangi sebuah club malam.
"Cepat Turun atau . . ".
Aisha segera turun dari dalam mobil sebelum tuan Rico menyelesaikan perkataanya.
"Jalannya biasa saja, di dalam sana masih banyak yang berpakaian lebih seksi dari kamu" ujar Tuan Rico saat melihat Aisha berjalan seraya menutup bagaian dadanya.
"Tapi saya tidak biasa berpakaian seperti ini apalagi datang ke tempat seperti ini" jelas Aisha.
"Karena sekarang kamu istri saya, maka mulai saat ini harus terbiasa dengan tempat ini" ujar Tuan Rico, ia menggandeng tangan Aisha agar tangan tersebut tak di gunakan untuk menutup bagian dadanya.
Kedatangan Tuan Rico pun di sambut oleh para teman - temannya yang sudah menunggu kedatangannya. Suara musik yang keras membuat Aisha tak begitu jelas mendengar percakapan antara suaminya dan teman - tamannya.
"Bagaimana yang gue bawa oke gak ?" tanya tuan Rico kepada teman - temannya.
"Oke sih, tapi sepertinya polos banget" ujar salah satu teman tuan Rico.
"Ehh jangan salah dia masih perawan" ujar Tuan Rico.
"Serius lo ? kenapa gak kamu garap saja" ujar yang lainnya.
"Gue gak doyan".
"Gak doyan tapi lo nikahi".
"Ahh itu bukan urusan lo, yang penting bisa menghasilkan uang" ujar tuan Rico seraya meneguk segelas minuman yang mengandung alkhohol.
Seorang Pria datang menghampiri tuan Rico, ia langsung memberikan sebuah amplop berwarna coklat pada tuan Rico.
"Boleh gue bawa sekarang ?".
"Bawa saja, terserah lo mau apain aja bebas !" ucap tuan Rico seraya tertawa, sedangkan Aisha masih kebingungan, karena di dalam club malam tersebut tidak ada sebuah pesta.
...🌾🌾🌾🌾🌾🌾...
Jangan lupa baca juga karya author yang lainnya.
📍Aku Memilih_Mu
📍Bertemu Jodoh Di pesantren
📍Hujan Kemarin
Jangan Lupa Like dan Vote juga agar author semakin semangat dalam melanjutkan cerita ini. berikan juga saran dan kritikannya juga di kolom komentar.
Aisha mencoba menguping apa yang di bicarakan suaminya dan juga teman - temannya namun karena musik yang terlalu kencang membuat Aisha tak bisa dengan jelas mendengarkan apa yang di bicarakan.
"Mas apa pestanya belum di mulai yah ?" tanya Aisha, namun sang suami tak menjawabnya.
"Mas kita pulang saja, aku merasa tidak nyaman berada di sini" ajak Aisha namun sang suami malah asik bercanda ria dengan teman - temannya.
"Boleh aku bawa sekarang ?" tanya seorang pria yang tadi memberikan sebuah amplop coklat pada tuan Rico.
"Bawa saja !" sahut tuan Rico.
Pria tersebut mendekati Aisha, lalu ia mengulurkan tangan nya untuk mengajak Aisha berkenalan.
"Hai Cantik siapa nama mu ?" tanya pria tersebut.
"Maaf mas bukan muhrim" Aisha menolak bersalaman dengan pria tersebut.
"Tak sopan kamu" tegur tuan Rico. "Kamu ikut dengan dia, aku ada urusan" ujar tuan Rico dan berlalu meninggalkan Aisha bersama lelaki tersebut.
"Mas tunggu aku" Aisha bangkit dari tempat duduknya bermaksud untuk mengejar sang suami yang tiba - tiba meninggalkannya sendirian.
"Mau ke mana cantik" pria tersebut menahan tangan Aisha.
"Lepaskan saya" Aisha memberontak tapi pria itu bukannya melepaskan tangan Aisha, dia malah menggenggam tangan Aisha lebih kuat lagi lalu membawanya ke sebuah lorong membuat Aisha ketakutan.
"Saya mohon lepaskan saya" ujar Aisha melemah.
"Masuk !!" pria tersebut mendorong tubuh Aisha agar masuk ke dalam sebuah kamar yang berada di dalam klub tersebut.
"Apa yang akan anda lakukan ?" tanya Aisha ketakutan, pria tersebut mengunci kamar tersebut.
"Tak usah berlaga polos cantik, kita akan bersenang - senang malam ini" ujar pria tersebut seraya membelai rambut panjang milik Aisha. "Malam ini kamu puaskan kan aku, sudah ku bayar mahal - mahal aku tak ingin di kecewakan !" sambung pria tersebut seraya membuka kemeja dan juga dasi yang menempel di tubuhnya.
"Maksud anda apa ?" tanya Aisha antara kebingungan dan juga ketakutan.
"Saya sudah menyewa kamu dari suami mu itu dengan harga yang sangat mahal, jadi sekarang kerjakan tugas mu itu !" ujar pria tersebut seraya melemparkan kemejanya ke arah Aisha.
Mendengar penuturan pria tersebut tubuh Aisha langsung bergetar hebat, persendiannya seakan - akan melemah, ia tak kuat menopang tubuhnya sendiri, air mata pun mengalir dengan derasnya, hatinya kecewa, sakit, bahkan hancur, betapa teganya suaminya melakukan hal tersebut padanya.
"Tak perlu kamu tangisi, nanti juga kamu akan menikmatinya" ujar pria tersebut.
Kini Aisha paham pekerjaan yang di maksud suaminya tadi pagi. menangis memang tiada guna karena pria yang telah menyewanya tak akan melepaskannya begitu saja. Aisha terus berpikir bagaimana dirinya bisa kabur dari kamar tersebut.
Pria yang sudah telanjang yang hanya menggunakan celana boxer tersebut mendekati Aisha yang sedang termenung di atas sofa, pria tersebut mencoba menggoda Aisha dengan acara memberikan pelukan, yang membuat Aisha sangat terkejut dengan aksi pria tersebut.
"Lepaskan saya !" teriak Aisha.
Pria tersebut menarik tubuh Aisha dan mendorongnya ke atas tempat tidur membuat Aisha langsung terlentang di atas kasur.
"Siap - siap sayang, ini akan nikmat sekali" ujar Pria tersebut dengan senyumannya yang sangat penuh arti.
Saat Pria tersebut akan mendekati Aisha dengan repleks Aisha langsung menendang area junior milik pria tersebut, hingga pria itu terjungkal kebelakang. Pria itu merintih kesakitan di atas pantai, dan moment tersebut di manfaatkan Aisha untuk kabar, untung saja pria tersebut meletakan kunci kamar itu di atas meja yang membuat Aisha di untungkan.
Setelah berhasil membuka pintu kamar tersebut, Aisha segera berlari meninggalkan club tersebut, ia tak peduli lagi dengan keadaan tubuhnya yang menggunakan pakaian mini, yang terpenting baginya adalah menyelamatkan dirinya. tempat di sebuah pinggir jalan Aisha memberhentikan sebuah taksi yang melintas.
"Pak antarkan saya kejalan xxxx" ujar Aisha pada sopir taksi tersebut.
Sementara di tempat lain, kini tuan Rico sedang menikmati sebuah minuman bersama perempuan penghibur yang telah di sewanya. ia sedang menikmati uang hasil menyewakan sang istri kepada rekan kerjanya.
"Pesankan kembali satu botol" titah tuan Rico perempuan tersebut.
"Tapi, tuan sudah menghabiskan tiga botol" ujar perempuan tersebut.
"Pesankan sekarang tak usah banyak omong !" bentak tuan Rico. perempuan tersebut pun mengikuti perintah tuan Rico dengan memesankan kembali satu botol minuman beralkohol.
"Ingat yah, saya sudah membayar kamu, jadi jangan pernah membantah setiap permintaan ku" ucap Tuan Rico saat perempuan itu memberikan sebotol minuman kepadanya.
Tuan Rico sudah terbiasa datang ke tempat seperti itu, bahkan jika ia sedang stres karena kerjaan dan juga kadang stres menghadapai gaya kedua istrinya yang selalu menghambur - hamburkan uangnya, club malam adalah tempat ia melepaskan semua kepenatannya.
...🌾🌾...
Mobil yang membawa Aisha terhenti di sebuah gerbang mewah yang menjulang tinggi dan di dalam nya terdapat sebuah rumah megah bak istana. rumah tersebut adalah milik Tuan Rico.
Ketika ia mencoba kabur dari club malam, Aisha tak punya pilihan lain selain kembali ke rumah sang suami, karena tak mungkin jika ia harus pergi ke rumah orang tuanya karena akan membuat orang tuanya curiga apalagi melihat penampilan Aisha yang menggunakan mini dress. dan untungnya Aisha mengingat alamat rumah sang suami.
"Pak ini bayarannya, kembaliannya ambil saja" ucap Aisha seraya menyerahkan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribu.
"Terima kasih neng" ucap pengemudi taksi itu ramah.
Security yang bertugas menjaga pintu gerbang pun membukaan pintu gerbang untuk majikan mereka.
"Terima kasih" ucap Aisha ramah pada security.
Aisha segera memasuki rumah dengan sangat hati - hati, melihat majikannya masuk rumah sendirian, tampilan hampir acak - acakan dan mata sembab, membuat Bi Ijah mengkhawatirkan kondisi Aisha.
"Nyonya baik - baik saja ?" tanya Bi Ijah menghampiri Aisha.
"Bi apa mas Rico ada di rumah ?" tanya Aisha tanpa menjawab pertanyaan bi Ijah.
"Tuan kan tadi pergi dengan nyonya, kenapa nyonya malah bertanya tentang keberadaan tuan ?" bi Ijah menatap heran ke arah Aisha.
Dia gak ada di rumah, apa dia masih di club malam itu ?. batin Aisha bertanya - tanya tentang keberadaan sang suami.
"Kalau mbak Mika dan Mbak Sari kemana, ko sepi di rumah ?" tanya Aisha lagi.
"Setelah Nyonya dan tuan tadi pergi, mereka berdua juga ikut pergi" jawab Bi Ijah.
"Terima infonya bi, aku permisi ke kamar dulu" ujar Aisha, ia tak ingin menceritakan apa yang baru saja di alaminya kepada siapa pun termasuk bi ijah.
"Tapi apa nyonya baik - baik saja ?" tanya Bi Ijah lagi.
"Aku baik - baik saja, aku istirahat dulu ya bi" Aisha berlalu menuju kamarnya.
...
"Aisha . . Aisha . . Aisha. . keluar kamu" teriak tuan Rico dari teras luar rumahnya, suara itu sangat menggelegar seperti sebuah bom yang meledak. bahkan karena para pelayan lama membukaan pintu rumah untuknya membuat Tuan Rico dengan keras menendang pintu tersebut hingga rusak parah.
...🌾🌾...
Jangan lupa baca juga karya author yang lainnya.
📍Aku Memilih_Mu
📍Bertemu Jodoh Di pesantren
📍Hujan Kemarin
Jangan Lupa Like dan Vote juga agar author semakin semangat dalam melanjutkan cerita ini. berikan juga saran dan kritikannya juga di kolom komentar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!