Will Never Forget You

Will Never Forget You

Sebuah Perjalanan

Pagi ini aku gelisah, aku terus berjalan mondar-mandir di depan pintu kelas. Apakah aku akan diterima? Aku yakin pasti diterima! Tapi, bagaimana jika aku tidak diterima?

"Putri kamu di panggil Bu Gita tuh." Rina, teman sekelasku yang baru saja datang.

Mendengar hal tersebut aku langsung membulatkan mata dan segera berlari menuju ruang Guru sambil berteriak "Makasih Rin!!"

"Ah oke!" Rina menjawabku dari kejauhan.

Aku berlari sampai nyaris terpeleset saking senangnya. Aku menarik nafas panjang sebelum memasuki ruang guru. Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam, Bu Gita menyambutku dengan senyuman hangat yang dimilikinya, lalu aku pun duduk di depan mejanya.

"Bagaimana Bu?" Aku membuka percakapan dengan bertanya pada Bu Gita.

"Putri, Ibu ingin menyampaikan ini tapi kamu harus menerima bagaimana dan apapun hasilnya ya." Bu Gita menjawab dengan badan yang tegap, terlihat dia sedang serius.

"Kenapa Mah?" Aku tak sengaja mengatakan "Mah" padahal ini masih di sekolah.

"Ini di sekolah." Bu Gita mengambil selembar kertas di bawah laci mejanya.

"Iya maaf Bu. Jadi bagaimana Bu apakah permintaan beasiswa saya diterima?" Aku mulai berkecil hati, dan terus memperhatikan kertas yang Bu Gita pegang.

"Kamu, tidak akan menjalani kuliah di Indonesia." Mendengar hal tersebut mataku kembali melebar.

"Jadi, magsud Ibu saya?"

"Iya kamu adalah salah satu dari dua peserta lain yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk masuk ke Harvard University." Aku diam membisu, tak bisa berkata-kata lagi.

"Kamu harus mempersiapkan keberangkatan kamu ya. Ibu akan selalu mendukungmu Nak," Bu Gita memberikan selembar kertas tersebut padaku.

"Terimakasih Bu! Aku bakal ngasih tau kabar gembira ini sama teman-teman aku juga!" Setelah bercakap-cakap beberapa kata. Aku pun pamit dan keluar dari ruang guru.

Aku berlari kembali dan berteriak dengan nyaring dan sangat keras sehingga semua orang di sekitarku mendengarnya "Go to Amerika!"

"Put lu kenapa?" Tanya Samuel, teman seangkatanku sekaligus tetangga dekat.

"Gue bakal kuliah di Harvard University Sam, gila gue seneng banget!" Aku kembali berlari-lari dengan sangat riang.

...***...

Aku sedang mentataulang kembali barang-barang yang telah ku persiapkan dari jauh-jauh hari. Ini memang masih satu bulan sebelum keberangkatan. Namun karena aku sangat bersemangat untuk segera pergi ke AS jadi kusiapkan dari jauh-jauh hari.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku. Aku pun beranjak dari tempat tidur lalu, melangkahkan kaki untuk membuka pintu.

"Mamah! Seneng banget bisa masuk Harvard University! Makasih Mamah selalu dukung aku!" Aku memeluk Mamah.

"Iya kamu kan anak Mamah dan juga salah satu siswa berprestasi di sekolah, untuk merayakan hal ini gimana kalo kita makan diluar?" Mamah balas memelukku dan mengajak untuk pergi makan keluar.

Aku pun meng "iya" kan ajakan Mamah dan kami pergi makan keluar dengan senyuman bahagia.

"Namanya Dayu. Dia anak yang berprestasi juga loh kaya kamu. Kamu tau gak dia?" Mamah menjawab pertanyaan yang belum aku lontarkan.

"Tau aja aku mau tanya itu. Dayu? Bentar bukan kata orang-orang dia berandalan sekolah ya Mah waktu kelas satu? Kok bisa masuk? Aku aja susah payah belajar buat kesana loh." Aku mengeluh.

"Setaun terakhir sejak kematian Ibunya Dayu jadi semangat belajar. Dia pasti mau mengejar impiannya sayang makanya kayak gitu, kamu aja belajar pagi, siang, malem demi pergi ke Universitas itu kan." Mamah menjawab pertanyaanku dengan perlahan.

"Iya Mah, Mamah bener." Aku menyeruput es jeruk yanh barusan Mamah pesan.

"Tidak ada yang tak mungkin di dunia ini. Yaudah lanjutin makan." Aku dan Mamah pun melanjutkan makan dan bercakap-cakap ringan, masih membicarakan seputar persiapan keberangkatanku ke AS.

Satu minggu, dua minggu, tiga minggu dan satu bulan pun berlalu. Hari ini aku akan pergi ke Universitas impianku sejak kecil itu. Dimasa depan aku akan menjadi seperti Papah, menjadi seorang pengacara hebat.

"Mah, Mamah jaga diri ya di sini. Putri gak bisa nemenin Mamah dulu. Nanti Putri pulang dan jadi pengacara sukses kaya Papah!" Aku memeluk Mamah dengan erat.

"Iya sayang. Kamu hati-hati, terus kejar impian kamu walau, sebuah batu besar menimpamu, hujan deras mengguyurmu, badai besar mengejarmu dan hal apapu-" Aku sengaja memotong perkataan Mamah, karena ini pasti akan menjadi sangat panjang.

"Iya, iya Mah. Putri bakal selalu inget sama pesan dari Mamah," Aku tersenyum tipis.

Aku mengucapkan salam perpisahan dan menunggu sampai seorang wanita berkata "Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan H7290 tujuan Amerika Serikat (AS) dipersilahkan untuk memasuki pesawat udara melalui pintu A11".

Aku mulai berjalan dan melambaikan tangan pada Mamah dan teman-teman yang menemani keberangkatanku, termasuk Samuel. Aku akan menaiki tangga pesawat namun, aku terdiam sejenak dan melihat kesekeliling, pasti aku akan rindu dengan tempat ini. Aku mulai menaiki satu persatu anak tangga. Dan duduk di kursi yang tertera pada tiketku.

Pesawat mulai lepas landas aku berdoa agar diberi keselamatan dalam perjalanan pertama kalinya ini. Dan hari ini aku dapat merasakan berada di atas awan setelah hidup selama 19 tahun. Banyak orang yang menginginkan apa yang aku dapatkan. Maka dari itu aku harus lebih bersyukur.

8 jam kemudian,

Akhirnya aku tiba di tempat yang asing di mata namun, dekat di hati. AS aku sangat, sangat dan amat sangat bersemangat! Aku berlari menuju mobil yang di dalamnya sudah ada Omku, Mamah bilang Om Haster akan menjemputku saat aku sampai. Om Haster adalah salah satu investor yang baru beberapa tahun tinggal di sini. Sekarang, dia menghantarku ketempat tinggal baruku di AS.

Setelah tiba di tempat tinggal baru yang sudah dipersiapkan oleh Om Haster, aku tak bisa berhenti membuka mulutku karena rumah ini sudah sangat rapih dan aestetic. Rasanya seperti mimpi bisa menghirup oksigen disini. Aku tinggal dekat dengan kampusku di Cambridge, Massachusetts. Rasanya tak percaya bisa berjalan sejauh ini. Aku mulai membenahi barang-barangku. Dan berganti pakaian lalu, tidur. Lelah rasanya 8 jam di pesawat tanpa tidur sama sekali.

Keesokan harinya, aku masih punya waktu untuk berjalan-jalan. Mengelilingi kota di sekitarku. Karena masuk kampus sekitar 1 minggu lagi. Jadi aku bisa lebih bersantai terlebih dahulu.

Sekarang musim semi dan sebentar lagi musim panas. Aku tak sengaja melihat larva yang berubah menjadi kupu-kupu di sebuah batang pohon. Sangatlah indah, sayapnya berwarna biru dengan corak hitam yang menarik perhatianku.

Yang aku tidak terlalu suka pada musim semi adalah curah hujan yang meningkat. Sekarang aku memakai sandal biasa jadi air hujan semalam membasahi kakiku. Saat aku melangkahkan kaki, air hujan yang belum mengering ini terciprat begitu saja. Untung tidak mengenai bajuku. Ini masih pagi hari aku memutuskan untuk mencari toko roti terdekat. Beberapa saat kemudian aku menemukan toko roti tersebut. Aku pun membuka pintu toko tersebut, terdengar lonceng yang berada di atas pintu ini berbunyi diiringi dengan suara deritan pintu yang sedang kubuka ini.

"Hola señorita, buenos días,"

("Halo Nona, selamat Pagi") Seorang lelaki yang kelihatan masih cukup muda menyapaku.

Dia menggunakan bahasa Spanyol. Aku sebenarnya kurang mengerti apa yang dia katakan.

"Hello, I would like a beef sandwich. Is there any?"

("Hallo, saya ingin roti dengan daging sapi. Apakah ada?") Aku membuka topi di kepalaku.

"There are various kinds of bread here! Hem...looks like Miss is not an American nationality. Is Miss a tourist?"

("Ada disini ada berbagai macam roti! Hem.. sepertinya Nona bukan berkebangsaan Amerika. Apakah Nona seorang turis?") Sang pria langsung menyiapkan roti isi daging yang kupesan.

"Yes I am a student here,"

("Iya, saya mahasiswa disini,") Aku menarik kursi dan duduk di atasnya.

"Looks like we will get to know more closely after the campus classes begin to open,"

("Sepertinya kita akan kenal lebih dekat setelah kelas dikampus mulai dibuka,") Pria tersebut menyodorkan bungkusan roti padaku dan aku kembali memakai topi yang baru saja kubuka.

"Hahaha, maybe yes and maybe no"

("Hahaha, mungkin iya dan mungkin tidak") Percakapan singkat pun berakhir, aku memberikan uang sebesar 2 USD pada pria tersebut dan keluar dari toko.

Diperjalanan, saat aku akan menikmati roti pertama yang kubeli disini sambil terus berjalan. Ada seorang pemuda yang sepertinya seumuran denganku tak sengaja menabrak. Memang benar kata Mamah makan tidak boleh sambil berdiri apalagi berjalan.

"Ah, I'm sorry. Next time I'll be more careful."

("Ah, maafkan saya. Lain kali saya akan lebih hati-hati.") Pemuda tersebut sepertinya sedang terburu-buru.

Awalnya aku akan memaafkannya "Ah, ok-" Namun, setelah melihat roti isi dagingku terjatuh dan terinjak sadis olehnya, tentu saja tidak.

"Sorry, sir, but you stepped on my bread. Can you change it before you leave ?!"

("Maaf Pak tapi, roti saya diinjak oleh Bapak. Bisakah Bapa menggantinya sebelum Bapak pergi?!") Nada bicaraku meninggi.

"Ah okay can I have your cellphone number next time I will buy it. I'm busy right now. Or maybe identification?"

("Ah oke bisa saya minta nomor hp anda lain kali saya akan membelikannya. Saya sedang sibuk sekarang. Atau tanda pengenal?") Pemuda tersebut menjulurkan tangannya.

"Em, but.."

("Em, tapi..") Aku kebingungan saat melihat sang pemuda menjulurkan tangannya.

"Yes, this is my identification card. You just have to call the number here so I can replace your bread later. Sorry I'm in a hurry!"

("Yasudah ini kartu pengenal saya. Anda tinggal menghubungi nomor disini agar nanti saya bisa mengganti rotimu. Maaf saya buru-buru!") Pemuda tersebut memberikan sebuah kartu padaku.

"He, Hey!! Lu kira kartu bisa ganjal perut?!" Aku berteriak.

"Well, why not?"

("Nah, mengapa tidak?") Pemuda tersebut membalas dengan berteriak dari kejauhan.

Apa kira-kira yang kamu pikirkan? Ya, rasa ingin mematahkan kakinya! Padahal ini baru hari pertama aku tinggal disini.

"GILA LU YA?!" Pemuda tersebut masuk ke dalam mobil hitamnya yang langsung melaju begitu saja.

...●●●...

Terpopuler

Comments

要钱💸

要钱💸

Plotnya bagus banget authorr, kata2nya udah bagua cuman perlu dipoles sedikit lagi, ditunggu up nya ya thorr, semangat membara terus 👍🏻

Jangan lupa mampir, kasih feedback dan Like di novel terbaruku juga ya, judulnya 'Forced Climbing to Liang Mountain'

Sukses terus untuk kita semua🖤

2021-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!