Di atas sini aku melihat matahari terbenam bersama seorang yang dulunya asing. Aku senang dulu rotiku jatuh tersenggol oleh Daniel. Mungkin kami akan berteman baik. Skenario hidup yang bagus bukan.
"Bianglalanya tinggi juga ya," Ujar Daniel.
"Udah kayak mau nyentuh awan aja hahaha," Gurauku.
"Udah ini kita naik kuda-kudaan itu yu," Ujarku pada Daniel.
"Kuda-kudaan? Oh, kuda yang muter itu? Itu namanya Turangga-Rangga bukan kuda-kudaan hahaha," Jawab Daniel tertawa.
"Ah, iya iya" Ucapku.
Setelah itu kami naik bianglala sekali lagi.
"Kamu mau jadi pengacara Put?" Daniel bertanya yang duduk tepat di depanku.
"Iya, aku mau kaya Papah. Dulu Papah aku juga pengacara," Jawab Putri sambil melihat sekeliling.
"Kalo aku mau jadi pengacara karena, apaya?" Daniel bertanya pada dirinya sendiri.
"Karena kamu mau. Karena apa lagi dong," Jawabku.
"Ah iya, bentar lagi masuk kampus. Besok jangan ajak main aku lagi ya awas," Ucapku memperingatkan.
"Kamu sih tadi diajak pake mau" Jawab Daniel.
"Kamu yang maksa juga hish!" Seruku.
Beberapa saat kemudian kami turun dari bianglala. Dan menuju wahana berikutnya, turangga-rangga.
"Gila gede amat," Ucap diriku.
"Emang di Indonesia juga segede ini kali," Jawab Daniel.
Kami pun menaiki turangga-rangga. Kami tertawa bersama, terlihat sangat bahagia. Tak terasa waktu bermain habis. Setelah itu aku memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil memakan hotdog rasanya enak!
"Emmm, rasanya enak banget! Daging sosisnya hemmmm enak," Ujarku.
"Iya dong ini dipilih dari daging sapi pilihan," Ucap Daniel.
"Daging sapi?! Ah daging sapi ya?" Aku bertanya pada Daniel.
"Iya," Jawab Daniel.
"Daniel, kita masuk ke rumah hantu yu!" Ucapku sambil bersemangat.
"Sekarang masih jam enam lewat. Jam tujuh saja," Daniel menjawab.
Aku pun menuruti perkataannya. Setelah itu kami menaiki beberapa wahana yang sangat menyenangkan!.
"Put sekarang mau masuk ke rumah hantu?" Ujar Daniel.
"Iya! Iya!" Aku menjawab dengan bersemangat.
Kami masuk kedalam sana dan sedikit menakutkan. Ruangannya gelap, kami tidak membawa lampu senter lagi.
Saat itu tiba-tiba ada hantu yang mengejutkan kami. Reflek aku terkejut dan memeluk Daniel. Tapi, ada yang aneh. Saat aku memeluknya, aku seperti tak bisa merasakan keberadaannya mungkin menembusnya? Sampai aku pun membuka mataku dan ternyata Daniel sudah berpindah tempat.
"Jangan buat kaget deh," Ucapku.
"Ah iya maaf," Jawab Daniel.
Kami pun meneruskan perjalanan. Hantu-hantunya tidak terlalu seram. Namun, sering mengagetkan. Seharian bersama Daniel kenapa perasaanku jadi aneh begini? Detak jantungku mengencang bagai di kejar kuda. Belum sebentar kami telah dikejutkan lagi oleh hantu-hantu tersebut.
Saat berada di penghujung ruangan kami berhenti dan aku berkata "Hah, hantunya sih gak serem. Tapi ngagetinnya setiap detik. Jadi terbiasa deh ahahah"
Daniel hanya tertawa ringan. Lalu, terdengar suara langkah kaki dari belakang. Aku menoleh dan menatap kebelakang dengan seksama. Ada seorang hantu? Eh hantu-hantuan, yang berlari akan menerobos kami. Dan,
"Awas Put!" Daniel menarik tanganku.
Namun, tangannya tembus. Jadi aku terjatuh tersenggol hantu tadi. Aku terkejut, aku melihat dengan kedua bola mataku. Daniel tak bisa menyentuhku dan mengapa aku jadi merinding.
"Daniel itu, itu kamu?" Aku bertanya.
"A, aku, aku juga gatau kenapa aku bisa kayak gitu Put," Jawab Daniel.
Setelah kami keluar dari wahana rumah hantu tersebut. Kami langsung pulang tanpa berkata-kata antara satu sama lain. Aku takut atau bagaimana ini. Perasaan campur aduk apa ini.
"Em, Put udah sampe rumah kamu. Aku pulang dulu ya," Ujar Daniel lalu, dia menghadap belakang dan bersiap untuk pergi.
"Ah, i,iya" Jawabku pendek.
Aku langsung membuka kunci rumahku yang nyaris terjatuh karena tanganku gemetaran. Setelah berhasil terbuka, aku masuk dan menguncinya kembali. Aku mengintip keluar jendela, dan melihat Daniel menembus tembok? Hah ini nyata apa aku bermimpi?
Aku langsung mandi untuk menyegarkan pikiran dan memakai baju tidur. Aku masih seakan tak percaya ini nyata, aku terduduk di atas tempat tidurku. Lalu, berbaring dan berusaha menutup mata. Tapi, sialnya aku tidak bisa menutup mataku. Sampai keesokan harinya.
"Ah, mata panda? Semalam gak tidur aja ada mata pandanya. Nyebelin!" Gerutuku sambil melihat cermin.
Sebentar lagi masuk kampus. Aku memulai rutinitas pagi dengan olahraga dan berlari di sekitar sini. Tentunya melewati toko roti kemarin, aku berusaha tidak mengingat kejadian tersebut. Tapi, perutku sudah bersuara.
"Hah, yaudah lah sarapan dulu aja" Ujarku.
Aku pun masuk ke toko roti tersebut. Seperti kemarin saat membuka pintu terdengar suara lonceng itu diiringi oleh suara deritan pintu yang sedikit susah untuk di buka. Sepertinya pintu ini sudah sedikit tua. Aku memesan roti isi daging seperti biasanya. Tadinya, aku tak mau berkata panjang lebar namun, sang tukang roti memulai sebuah percakapan.
"You were the one with Daniel yesterday right? Did you hear that after eating bread here Daniel was hit by a car?"
("Kamu yang kemarin bersama Daniel bukan? Apakah kau mendengar setelah makan roti disini Daniel tertabrak mobil?") Ucap tukang roti tersebut membuka percakapan.
"Ah, Daniel? Huh, yes I heard it. Looks like he got hit when I got home"
("Ah, Daniel? Huh, iya aku mendengarnya. Sepertinya dia tertabrak saat aku sudah sampai rumah") Jawabku.
Aku tau orang ini pasti akan terus memperpanjang percakapan. Aku pun pamit dan keluar dari toko tersebut. Saat telah keluar aku melihat kearah kursi di depan toko tersebut dan, disana ada Daniel. Aku langsung berlari begitu saja.
"Tunggu!" Teriak Daniel.
Mengapa aku berlari? Karena, baru saja akan melupakan kejadian tersebut kenapa dia muncul kembali? Apakah aku indigo? Kenapa bisa melihat Daniel yang mungkin sudah..
"TUNGGU!!" Daniel ternyata masih terus mengejar.
Nafasku memburu, kakiku sudah letih. Bagaimana jika aku mencari tempat untuk bersembunyi? Tapi, dimana? Aku berhenti berlari, lalu melihat sebuah gerobak tua. Aku langsung masuk kedalam gerobak tersebut dan menyelimuti diriku dengan terpal yang ada di dalam gerobak.
"Piuh..Bau! Ini gerobak bekas apa sih?" Gerutuku dengan suara berbisik.
Aku masih mendengar Daniel berteriak dan memanggil namaku. Tapi, tiba-tiba gerobak yang ku naiki bergerak sendiri. Apa? Bagaimana ini? Apakah ada orang yang mendorongnya? Tapi kenapa aku tak mendengar langkahnya? Karena khawatir dengan keadaan aku terpaksa membuka terpal dan ternyata gerobak tersebut akan melaju menabrak tiang listrik. Bagaimana ini! Ternyata jalanan in menurun.
Aku hanya bisa terdiam menatap Daniel di hadapanku. Dan sekarang ia melihat diriku, ada seorang Kakek tua yang tengah lewat nyaris saja ia tertabrak gerobak ini.
Yang jadi pertanyaan sekarang adalah, apakah aku akan mati?
"Putri!" Teriak Daniel. Mungkin ini terakhir kalinya aku mendengar teriakannya sebelum pingsan.
Aku menutup mataku, karena aku tau apa yang akan terjadi. Namun, setelah beberapa saat. Kenapa, aku tidak merasakan rasa sakit? Aku membuka mata dan melihat si Kakek tua itu menahan gerobak ini yang sedikit lagi menabrak tiang listrik .
"Fiuhh~" Aku menghembuskan nafas lega.
"Makasih Kek tanpa Kakek saya bisa mati," Ujarku pada sang Kakek. Tapi, aku malah menggunakan bahasa yang dia tak mengerti saking paniknya.
"Kamu gapapa Put?" Tanya Kakek tersebut.
"Hah? Kakek bisa berbahasa Indonesia?" Aku bertanya keheranan.
"Ini aku Daniel. Aku bukan Kakek-Kakek," Jawab Kakek? Daniel? tersebut.
"Magsudnya?" Aku mengerutkan wajah bingung.
...●●●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments