Papa Vampirku Kekasihku
Lampu merah biru dari kendaraan dibelakang mobilku terus saja memberikan tanda memintaku untuk menepi. Dengan mengumpat kesal, perlahan aku menepikan mobilku, berusaha menguasai rasa panik dan emosi yang membuat detak jantungku berpacu, dengan perlahan-lahan ku hembuskan nafas dan merapikan rambut lurus panjang yang baru ku warnai dengan warna merah menyala minggu lalu.
"Tenanglah Mikayla semuanya akan baik-baik saja!" aku berucap pada diriku sendiri.
Nampak dua orang polisi berjalan menuju samping mobilku, dengan sesantai mungkin aku menurunkan kaca mobil kemudian memberikan senyum terbaik dari bibir kecil, yang ku poles dengan lipstik berwarna merah tua, berharap wajah mungil ini akan terlihat lebih dewasa dari usiaku yang baru menginjak 18 tahun bulan lalu.
"Selamat malam? Ada yang bisa saya bantu Pak?" sapa ku dengan sopan.
Polisi itu mengamati ku dengan seksama
"Selamat malam! Bisa tunjukkan SIM anda Nona?" Sial, itulah yang aku takutkan, karna aku tidak mempunyai SIM.
>>>>>>>>>>>>>
Dengan serentetan pertanyaan akhirnya polisi itu tau bahwa aku masih berstatus sebagai Pelajar, dan pada akhirnya aku harus berakhir di kantor polisi, menunggu Papaku datang sebagai wali penjamin ku. Seharusnya aku tak menyelinap pergi ke Club malam bersama temanku dan kakaknya malam ini, Papa pasti marah besar padaku, aku mengutuk kebodohan ku dalam hati.
Dua puluh menit kemudian seorang pria bertubuh tinggi dan berparas rupawan datang, kedatangannya sontak membuat suasana menjadi berbeda, Papa benar-benar adalah tipe orang yang membuat semua orang berotasi disekelilingnya, hanya untuk mengagumi keindahan yang membuat semua orang menggila, orang-orang di sana sampai melongo melihat Papa dengan tubuhnya yang atletis terbalut sempurna dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih, dan tentu saja, wajahnya yang tak memiliki sedikitpun celah untuk ketidaksempurnaan selalu membuat semua orang terpesona. Termasuk diriku.
>>>>>>>>>>
Setelah semua prosedur yang diperlukan selesai, para petugas kepolisian itu mengizinkan kami untuk pulang, tapi tidak dengan mobilku, mereka masih menahan mobil sports keluaran terbaru yang pada kenyataannya adalah milik paman kesayanganku.
Sepanjang perjalanan Papa hanya diam, menandakan dia saat ini sedang marah, wajah tampannya terlihat dingin tanpa ekspresi. Sesampainya di rumah, Papa menjatuhkan tubuh kekar nya di sofa ruang keluarga, duduk sembari melipat tangannya di dada dan menatap tajam kearah ku, menunggu penjelasan dari mulut ku yang ku katup kan rapat karena gugup.
"Pa.... ?" mulai ku "Maafin Kayla ya Pa? Kayla janji nggak akan mengulangi nya lagi, Kayla minta maaf," rengek ku, sedikit air mata yang dengan susah payah ku keluarkan agar Papa tidak marah lagi menuruni pipi ku.
Sedikit sandiwara mungkin membantu.
"Kau tau apa kesalahan mu Mikayla angeline?" Ucap Papa dengan suara beratnya, mendengarnya membuatku merinding, jantungku berdetak cepat saking gugupnya.
"Seharusnya berfikir lah dahulu sebelum bertindak! Kapan kau akan dewasa? Haruskah Papa yang selalu mengingatkan dan memarahi mu? Lihatlah pakaian mu itu ! Apa uang yang kuberikan tidak cukup untuk membeli pakaian yang layak untuk kau kenakan?" Papa meninggikan suaranya seraya menunjuk dress berwarna hitam dengan potongan rendah pada bagian dada, juga panjang yang tidak sampai ke lutut, dengan belahan yang cukup tinggi, memperlihatkan paha mulus milikku dengan sangat jelas, sebenarnya pakaian ini bukan milikku, melainkan milik kakaknya temanku yang malam ini mengajakku pergi ke Club malam, dan yang lebih sialnya lagi aku kehilangan mereka karena suasana di dalam Club malam yang sangat penuh, membuatku harus pulang sendirian dengan mengendarai mobil sendirian sehingga berakhir di Kantor Polisi. Terbersit rasa malu ketika Papa mengatakan nya, namun aku hanya bisa tertunduk diam, kini aku tidak berpura-pura, aku benar-benar menangis.
"Papa tidak mengerti dengan jalan pikiran mu, bisa-bisanya kau pergi ke klub malam! Apa begitu tidak sabarnya dirimu untuk terjerumus ke dunia seperti itu. Papa merasa gagal dalam menjalankan tugas sebagai ayah, Papa merasa malu." Papa menghela nafas, mencoba meredamkan emosinya.
"Papa baru kembali dari luar negeri dan harus menghadapi tingkah mu yang seperti ini. Hah... Papa benar-benar merasa gagal," Papa mengusap kasar wajahnya dengan tangan.
"Bukan seperti itu Pa...," ucapku mencoba menjelaskan.
"Kali ini Papa sangat kecewa padamu Kay, papa merasa sudah tidak bisa mengenali putri papa lagi." Papa menyela kata-kata ku dengan helaan nafas panjang.
Ada rasa tidak terima dalam hati ini, ketika papa memarahi ku hanya sebatas ayah yang sedang marah pada putri nakalnya, karena hati ini menginginkan lebih, aku sengaja melakukan segala macam kenakalan selama hampir lima tahun ini, hanya untuk menarik perhatian Papa. Dia dengan mudahnya pergi ke luar negeri dan membiarkanku di rumah besar ini sendirian berteman kan para pelayan. Ku angkat pandanganku, bola mata ku yang berwarna coklat gelap yang nyaris hitam itu menatap papa yang masih duduk dihadapan ku. Sembari menyeka air mata yang tidak mau berhenti, mulut ini memberanikan diri untuk bicara .
"Apa Papa pernah bertanya bagaimana perasaan ku? Aku hanya ingin sedikit bersenang -senang untuk melupakan rasa kesepian karna selalu kau abaikan, selama lima tahun ini apa Papa pernah punya waktu untukku." emosiku mulai meledak.
Selama lima tahun di Luar negeri Papa hanya menelepon beberapa kali saja, selebihnya Papa menyerahkan semua keperluan rumah ini termasuk diriku kepada orang kepercayaan sekaligus temannya Robin. Paman kesayanganku.
Papa sudah pulang selama seminggu namun tidak pernah sedikitpun meluangkan waktu untukku, dia hanya menghabiskan waktu di Perusahaan Sagara Grup miliknya. Tentu saja ditemani sekertaris nya yang cantik, Cecilia namanya seingat ku, dan itu membuat ku semakin kesal saja.
" Jika ingin bersenang-senang tidak harus dengan cara ugal-ugalan dijalan raya dan pergi ke klub malam! Bagaimana jika kau sampai terluka ha?" ucap Papa tidak kalah emosi juga.
"Aku bukan vampir seperti Papa yang tidak tahu caranya bersenang-senang dan tidak pernah perduli dengan orang lain," ucapku dengan emosi.
Setelah kata-kata itu meluncur dari bibirku. Aku baru menyadari bahwa kata-kata ku barusan sudah sangat keterlaluan, aku menutup mulutku dengan kedua tanganku dan melihat papa juga terkejut dengan apa yang baru saja ku ucapkan, aku melihat rasa kecewa di wajahnya, sedangkan aku hanya bisa tertunduk diam.
"Andai saja kau vampir, Papa tidak akan begitu marah seperti ini, karena kau pasti bisa melindungi dirimu sendiri, tapi mungkin kekhawatiran ku berlebihan bagimu," Papa menghela nafas kasar melihat ku yang mulai menangis sesenggukan.
"Sudahlah! Lekas bersihkan dirimu dan ganti pakaianmu itu ! Papa tidak ingin melihat mu memakainya lagi!" tukasnya
Dengan langkah gontai aku mulai berjalan menaiki tangga menuju kamarku dilantai dua, masih bisa kulihat papa dari sudut mataku, ia tengah memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sofa, wajah tampannya tampak menahan rasa sakit dan kecewa karena ucapan ku.
Dasar mulut bodoh, kenapa kau tidak bisa diam saja!
Ya.... Itulah Papaku, Sammy Sagara. Dia adalah seorang vampir yang berusia seratus tahun lebih, aku tidak begitu mengetahui tentang masa lalu papa, yang aku tahu dialah orang yang menyelamatkanku ketika keluargaku membuang ku saat masih bayi.
Papa mengatakan tentang jati dirinya ketika usiaku menginjak 10th, bagiku tidak ada bedanya, dia tetap memperlakukan ku seperti biasanya, Papa yang menyayangi putrinya.
Papa jarang makan makanan padat layaknya manusia, katanya dia hanya perlu melakukan itu untuk berbaur dengan masyarakat, seperti vampir lainnya dia juga minum darah manusia, namun papa lebih suka minum darah dalam kantong meskipun katanya rasanya tidak selezat darah segar, dan aku sangat senang karena hal itu , jadi Papa tidak perlu berdekatan dengan para wanita hanya untuk makan.Hehe.
Vampir juga tidak bertambah tua, begitulah setahuku. Katanya mereka tidak mati karena usia. Juga tidak butuh oksigen karena mereka tidak bernafas, selebihnya aku juga belum tahu.
Aku menghela nafasku untuk kesekian kalinya, menyesali perkataan yang ku lontar kan ketika marah, sudah setengah jam lebih aku berendam dalam bathtub hanya menatap kosong kearah langit-langit kamar mandi, pikiran ku kacau sekali.
Ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
dengan tekad bulat aku putuskan untuk datang menemui Papa, selesai berkutat dengan pakaianku aku berjalan keluar kamarku menuju kamar milik Papa.
Kaki kecilku kubiarkan melangkah ringan tanpa alas kaki, rambut yang belum kering sempurna kubiarkan tergerai hingga ke punggung ku, membuat bagian belakang piyama tidurku yang berwarna pink sedikit basah.
tok..tok..tok.
Tak ada sahutan dari dalam.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Kidung Mesra
hai kakak... ni sudah aku like n pav ya kakak
2022-03-08
0
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
wah seru ni
2021-10-16
1
Marsel
hmmm
2021-08-21
2