Ayla

Ayla

Bab 1

Kalau di tanya tentang kebahagiaan kalian bakal jawab apa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI bahagia itu merupakan keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).

Sedangkan menurut Wikipedia kebahagiaan itu adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya. Para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi.

Dan kalau menurut definisi Ayla Ganesha Putri tentang bahagia itu tidak jauh beda dari penjelasan KBBI maupun Wikipedia, intinya sih kamu cukup berpikir positif dan melakukan hal-hal positif yang kamu suka itu udah cukup bikin kamu bahagia, kan?

Siang ini, Ayla menopang dagu dengan kedua tangannya. Perempuan dengan rambut dicepol itu memandang selembar kertas dengan tatapan bingung.

Sebab selembar kertas itu adalah kertas di mana seluruh siswa-siswi di sekolah SMA Nusantara harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah, hal itulah yang membuat Ayla bingung sedari tadi.

Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dia ikuti namun di sini perintahnya satu murid hanya diperkenankan mengikuti satu kegiatan. Di kertas itu ekstrakurikuler yang tertera mencakup kegiatan Keagamaan, Keolahragaan, Kepemimpinan, PMR, KIR, Kelompok Majalah Kreasi, Kewirausahaan, Seni dan Pembinaan Olimpiade Sains & Teknologi.

Di antara itu semua Ayla tertarik pada beberapa kegiatan Seni dan Keolahragaan. Oiya, Kewirausahaan juga.

Sekitar tiga menit perempuan itu berdecak sembari menghela napas sebab masih belum bisa menentukan pilihan, lebih baik dia meminta saran, pada teman sebangkunya yang bernama Dirsa Ayumi.

Ayla menoleh kemudian mencolek bahu Dirsa dengan pulpennya. "Dir, enaknya gue ikut apa ya?"

Dirsa yang tengah menulis tugas sejarah dari bu Mirna sebelum beliau pergi meninggalkan kelas dengan alasan ada kepentingan yang harus beliau selesaikan itu menjeda tulisannya kemudian menoleh.

"Lo mau ikut ekskul apa?"

"Menurut lo apa?"

"Ya, lo maunya apa?" Dirsa mulai kesal lantaran Ayla yang malah bertanya balik padanya.

"Gue bingung nih, menurut lo gue ikut pencak silat, basket, teater, dance atau kewirausahaan?"

Dirsa melirik kertas milik Ayla yang masih bersih belum tercoret sedikit pun. "Di antara itu semua lo suka yang mana?"

Ayla terdiam berpikir sebentar. "Hmm.. Semuanya."

Oke, Di sini kesabaran Dirsa mulai diuji dan itu berarti dia harus ekstra sabar menghadapi teman macam Ayla.

"Satu aja, Ay. Kenapa milih semuanya sih?" Dirsa berkata dengan setenang mungkin.

"Sekarang gini deh. Kata lo, cita-cita lo itu mau jadi pengusaha, kan?"

Ayla mengangguk, "Iya."

"Yaudah, lo ikut kewirausahaan aja. Gitu aja kok bingung," saran Dirsa diangguki oleh Ayla.

"Oke, lo bener juga." Perempuan itu kembali pada kertasnya lantas tangan kanannya tanpa ragu mencentang kolom kewirausahaan beserta dengan alasannya.

Alasan yang dituliskan Ayla sangat sederhana yaitu ingin belajar sekaligus mendalami menjadi seorang wirausaha yang sukses, bukankah jika ingin memulai sesuatu kita harus mulai dari dasarnya dahulu, kan? Dan lagi menjadi pengusaha merupakan cita-cita Ayla dari dahulu.

Setelah mengisi dan mantap akan pilihannya perempuan itu memberikan kertasnya pada sang ketua kelas. Oh iya, tadi sebelumnya sekitar lima belas menit yang lalu tiga anggota osis datang ke kelasnya untuk menyampaikan sekaligus menyerahkan kertas yang berisikan kegiatan ekstrakurikuler untuk diisi dan dikumpulkan oleh ketua kelas kemudian diserahkan kembali sebelum pulang sekolah.

"Btw, lo ikut ekskul apa, Dir?" tanya Ayla yang sudah kembali menyerahkan kertasnya karena Ayla belum tahu ekskul apa yang akan Dirsa ikuti, tadi Ayla sibuk dengan pilihannya dan lagi Dirsa yang telah menyerahkan kertasnya terlebih dahulu.

"Teater." Perempuan itu menjawab sambil tersenyum.

"Kenapa?" Ayla bertanya dengan mengerutkan keningnya.

Dirsa semakin melebarkan senyumnya bahkan gigi-gigi putihnya sampai terlihat. "Soalnya kakak kelas yang gue taksir ketua klub teater."

Dirsa terkekeh membuat Ayla ikut terkekeh kemudian mendorong bahunya pelan sambil berkata, "dasar."

Menurut Ayla manfaat ikut bergabung kegiatan ekstrakurikuler itu selain mendapat pelajaran tambahan, juga mendapat teman baru dari berbagai macam kelas dan tentunya rutinitas baru yang di jalani ketika pulang sekolah.

Dan bukankah mendapat rutinitas baru adalah salah satu alasan sederhana untuk bahagia? Iya, itu benar jika kita melakukannya dengan sepenuh hati tanpa adanya beban yang menganjal.

Semoga saja kegiatan kewirausahaan yang akan Ayla ikuti minggu depan itu bisa membantunya untuk lebih memahami tentang Kewirausahaan yang sesungguhnya.

"Ay, minggu depan lo ada acara nggak?" Ayla yang tengah mengerjakan tugas sejarah menolehkan kepalanya ke arah Dirsa.

"Enggak, kenapa emangnya?"

"Gak apa-apa sih, gue cuma pengin ngajakin nonton aja, lo mau nggak?"

Ayla dengan mantap menganggukkan kepalanya. "Mau, akhir-akhir ini gue juga lagi suntuk butuh refreshing."

Dirsa mengangguk menyetujui perkataan temannya barusan. "Gue juga sama, makanya gue ngajak lo nonton."

"Nanti kita mau nonton apa?"

"Horor mau nggak? Soalnya minggu depan ada film horor yang bagus gue udah nonton Trailler-nya kemaren," saran Dirsa.

"Gue sih terserah lo aja, asalkan jadi," ucap Ayla menanggapi.

"Oke."

Setelahnya tidak ada lagi percakapan di antara keduanya lantaran mereka melanjutkan kembali mengisi tugas sejarah dari bu Mirna karena sebelumnya beliau berpesan kalau tugas itu harus dikumpulkan baik dalam keadaan selesai maupun belum selesai.

*

Pulang sekolah biasanya Ayla dijemput sama kakak laki-lakinya yang habis pulang kuliah, tapi kali ini tidak karena kakaknya akan pulang malam karena ada kegiatan seminar di kampusnya.

Jadi Ayla dengan terpaksa harus pulang sendiri menggunakan kendaraan umum yang biasa disebut angkutan kota, perempuan itu menunggu kedatangan kendaraan beroda empat di bawah pohon mangga dekat sekolahnya. Dia memilih tempat ini karena di sini adalah tempat strategis agar terhindar dari terik matahari yang cukup panas.

Sekitar lima menit Ayla menunggu, angkutan kota yang dia tunggu akhirnya datang dan dengan segera Ayla menaikinya. Saat di dalam angkot penumpangnya bisa dikatakan tidak terlalu banyak hanya dua orang ibu-ibu satu orang bapak-bapak dan terakhir satu orang laki-laki berseragam berbeda dari Ayla yang tengah menunduk memainkan ponsel.

Ayla memandang laki-laki itu cukup lama, sepertinya wajah laki-laki itu cukup familier untuknya. Ketika laki-laki itu mendongak barulah Ayla sadar siapa orang itu sebenarnya.

"Agam?"

"Ayla?"

Keduanya saling melemparkan senyum.

"Yaampun, apa kabar, Gam?" Ayla mulai heboh saat bertemu dengan teman lamanya.

"Baik. Ay, lo sendiri gimana?"

"Baik juga, udah lama ya nggak ketemu." Laki-laki yang bernama Agam mengangguk pelan.

Agam yang duduk di hadapan Ayla itu adalah temannya ketika masih SD bisa dikatakan sewaktu zaman seragam putih merah hubungan mereka lumayan dekat karena Agam yang menemaninya di kelas ketika Ayla dimusuhi oleh teman-temannya, Agam yang suka menjailinya, Agam yang beberapa kali mampir ke rumahnya, Agam yang menjadi pelindungnya, Agam yang selalu menghiburnya dan Agam yang merupakan cinta pertamanya.

Untuk yang terakhir Ayla tidak begitu yakin tapi jujur sewaktu mereka lulus SD Agam lah satu-satu orang yang Ayla rindukan pada saat itu maupun sekarang.

"Lo Sekolah di mana?" tanya Agam namun belum dijawab dia sudah tahu sendiri dari seragam yang dikenakan oleh Ayla. "SMA Nusantara ya?"

Karena tebakan Agam benar, Ayla mengangguk. "Iya, lo sendiri?"

"Di SMA Nugraha."

"Oh, berarti nggak begitu jauh dong ya dari Sekolah gue?" Kali ini Agam lah yang mengangguk.

Selama Ayla memperhatikan, penampilan Agam ketika dahulu dan sekarang sudah berubah sewaktu kecil Agam itu berantakan dari ujung kepala hingga kaki.

Bahkan pernah beberapa kali cowok itu bilang terang-terangan kalau rambutnya sengaja tidak dia sisir ketika berangkat sekolah, bukan hanya rambutnya seragam sekolahnya pun juga begitu, dan juga sepatu hitamnya yang kotor karena sepulang sekolah sempat bermain air becekan terlebih dahulu dan belum sempat dicuci ketika hari libur.

Kini penampilannya jauh lebih bersih dan rapi. Kalau masalah wajah menurut Ayla tidak terlalu banyak berubah hanya alis yang terlihat lebih tebal dan hidungnya yang semakin mancung dan juga dua titik bekas jerawat di pinggir pipi kirinya.

Kesimpulannya Agam terlihat semakin tampan.

"Lo mau pulang, Ay?"

"Ah, Iya." Jawab Ayla yang baru sadar dari lamunannya tentang Agam di masa lalu.

"Rumah lo masih yang dulu, kan?"

"Iyalah, gue belum pindah rumah kok. Kenapa emang?"

Agam menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Nggak apa-apa sih, waktu itu gue pernah lewat depan rumah lo sepi banget gue kira lo udah pindah."

Lagi-lagi kening Ayla berkerut, "Kapan?"

"Udah lama sih, mungkin sekitar empat bulan yang lalu."

Ayla mengingat-ingat kembali hari-hari sebelumnya. Seingatnya sekitar empat bulan yang lalu keluarganya memang pergi ke acara pernikahan kakak sepupu Ayla waktu itu, otomatis rumahnya kosong dan lampu teras sengaja dibiarkan menyala karena keluarga Ayla menginap selama dua hari satu malam di rumah kakak sepupunya yang berlokasi di Garut.

Ayla mengerti mungkin yang dimaksud Agam itu ketika keluarganya pergi ke Garut.

"Eh iya, gue boleh minta nomor handphone lo?" tanya Agam membuat Ayla diam-diam kegirangan dalam hati.

Ayla menipiskan bibirnya kemudian menggeleng pelan. "Enggak boleh, nanti kalau lo minta. Gue pake nomor yang mana?"

Wajah Agam berubah masam.

"Hahaha bercanda, Gam." Ayla menjulurkan tangan kanannya, "siniin hape lo biar gue ketik nomornya." Dengan wajah yang masih terlihat masam, Agam menyerahkan ponselnya.

Ayla mulai mengetikkan beberapa angka di kolom dialpad ponsel Agam setelah itu menyimpan nomornya dan menuliskan nama 'Ayla Ganesha P' dikontak ponsel Agam kemudian baru diserahkan kembali kepada pemiliknya.

Karena terlalu asik mengobrol Ayla baru menyadari jikalau gang kerumahnya sudah dekat mungkin sekitar 10 meter lagi, untung saja Ayla cepat menyadarinya.

"Kiri, Pak," seru Ayla membuat sang supir menghentikan kendaraannya tepat di gang ke rumah Ayla, "duluan ya, Gam," pamitnya.

Agam mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya hati-hati, jangan lupa kakinya dulu yang turun duluan."

"Apaan sih, Gam." Ayla terkekeh ketika Agam melontarkan lelucon setelahnya Ayla turun dari angkutan kota meninggalkan Agam yang masih memperhatikannya dari dalam angkutan kota.

Ketika Ayla keluar dari angkutan kota, dirinya tersenyum malu. Tahu tidak? Tadi selama di dalam angkutan kota Ayla semaksimal mungkin untuk mengendalikan ledakan-ledakan yang ada di dalam hatinya.

Pertemuan terakhirnya dengan Agam waktu acara pelepasan jaman putih merah, itu sekitar kurang lebih tiga tahun yang lalu dan sore ini mereka bertemu kembali di dalam angkutan kota tanpa sengaja.

Ayla harap, dirinya dan Agam bisa sering-sering bertemu lagi di lain waktu.

***

Buat cerita baru lagi ehehehe, semoga suka ya💜💜 jangan lupa tinggalkan jejak💜💜

Wang Yiren as Ayla

Terpopuler

Comments

Rina Cyber

Rina Cyber

awal ceritanya bagus, semangat Thor 😄

2020-04-27

1

Ayla Azella

Ayla Azella

seperti nama saya ayla

2020-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!