Keadaan kelas X IPA 2 bisa dikatakan gaduh dan ramai layaknya pasar itu karena tidak ada guru yang mengajar di kelas tersebut, kenapa? Karena tadi beberapa menit yang lalu ada sebuah pengumuman melalui speaker sekolah memberi tahukan bahwa semua guru diwajibkan untuk berkumpul di kantor.
Jadi murid-murid di kelas ini atau mungkin di kelas lain, menggunakan jam kosong tersebut untuk berbuat sesuka hati mereka, seperti bernyanyi di dalam kelas, bermain gim di ponsel, tidur, menggambar, makan, membaca komik atau novel, melamun, mengerjakan tugas, maupun bergosip.
Padahal sebelum itu guru-guru yang mengajar di kelas mereka sudah memberikan tugas, namun masih saja ada beberapa murid yang masa bodoh.
Di salah satu kegiatan yang sudah disebutkan tadi, perempuan bernama lengkap Ayla Ganesha Putri lebih memilih untuk membaca komik Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle, ketimbang bergosip atau pun melamun. Kalau soal tugas yang diberikan oleh bu Tina guru Bahasa Indonesia sudah selesai dikerjakan kok.
Sedikit cerita, komik yang dibaca Ayla bercerita tentang seorang detektif bernama Holmes dan rekannya bernama Watson, bertugas untuk memenjarakan atau menjebak orang-orang jahat yang berkeliaran di kota mereka, melindungi kota itu
meskipun nyawa taruhannya.
"Ay. Ay." Teman sebangku Alya mencolek pinggang Ayla dengan jari telunjuknya.
Ayla yang merasa kegelian dan terganggu, menoleh menatap temannya itu dengan malas.
"Apaan sih, nyolek-nyolek? Lagi seru juga," omelnya karena kegiatan membacanya yang sudah mencapai puncak konflik terganggu oleh Dirsa.
Dirsa tersenyum geli. "Ya, maap."
"Lo mau ngomong apa?" tanya Ayla to the point, masalahnya kalau Dirsa tidak bilang tujuan dia memanggilnya, kapan Ayla melanjutkan bacaannya? Padahal komik yang sedang dibaca lagi seru loh.
Dirsa diam sebentar, kemudian perempuan itu mengusap lehernya pelan memandang temannya dengan tatapan tidak enak hati. Sebenernya Dirsa agak ragu untuk bilang, tapi mau bagaimana lagi.
"Minggu depan kita nggak jadi nonton ya," tuturnya membuat Ayla mengerutkan kening, pasalnya mereka berdua sudah setuju untuk menonton film horor minggu depan dan mereka juga tidak ada kegiatan lain di hari itu.
"Kenapa?"
Dirsa menipiskan bibirnya. "Kakak gue ngajakin pergi, maaf ya."
Ayla menandang temannya itu dengan tatapan kecewa. "Yah, padahal gue pengen banget nonton loh." Tatapan kecewanya itu membuat Dirsa meringis pelan, merasa semakin tidak enak hati.
"Hm.. lo bisa sih ikut gue nanti, lo mau nggak?" tawar Dirsa.
Ayla sempat berpikir sebentar setelah bulat dengan keputusannya perempuan itu menggeleng. "Enggak deh, kapan-kapan aja kali ya?"
Sebenarnya Ayla mau saja ikut gabung dengan Dirsa dan kakaknya itu tapi jika Ayla pikir-pikir lagi dirinya tidak mau mengganggu quality time antara kakak-adik tersebut.
Lagi pula kakaknya Dirsa itu jarang pulang ke rumah sekalinya pulang bisa tiga sampai empat bulan sekali sebab kakaknya kerja di luar kota.
"Beneran nggak mau ikut?" tawar Dirsa sekali lagi.
Tanpa pikir-pikir lagi Ayla menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Iya, lagian gue juga nggak mau ganggu, gue tahu pasti lo kangen sama kakak lo dan minggu depan itu kesempatan lo buat ngabisin waktu lo sama kakak lo, kapan lagi coba kesempatan itu dateng lagi, iya 'kan?"
"Maaf banget ya, Ay."
Ayla tersenyum simpul. "Iya nggak apa-apa, santai aja kali," ujarnya memaklumi.
Dirsa membalas senyumnya lalu kedua tangannya terjulur untuk memeluk Ayla.
"Aduh, pengertian banget sih kamu jadi makin sayangkan. Makasih ya Ayla-ku Sayaaaaaaaang," ujar Dirsa manja sembari berusaha untuk mencium pipi Ayla.
Seketika membuat bulu kuduk Ayla berdiri. "MERINDING GUE, WOIII!" pekiknya seraya berusaha untuk menjauhkan pipinya dari bibir Dirsa yang menjorok ke depan alias monyong.
*
Ayla berdiri di depan pintu kelas, tidak deh. tidak persis di depan pintu sekali agak di pinggir sedikit.
perempuan itu keluar kelas karena di dalam kelas itu gerah, bikin sumpek dan terakhir tidak bisa konsentrasi saat membaca komik karena terlalu berisik. Sekarang dia sedang merasakan angin yang berembus mengenai wajahnya hingga helaian rambutnya yang dibiarkan terurai mengenai sisi-sisi wajahnya.
Di luar kelas bukan hanya ada Ayla saja tapi ada beberapa temannya yang lain, yang memilih mejeng di luar kelas sembari memperhatikan beberapa siswa-siswi lain yang mondar-mandir ke sana-kemari.
Fokus mata Ayla menatap ke depan, memperhatikan pohon-pohon kecil yang sengaja ditanam di pot dan ditaruh di pinggir lapangan. Ini sudah hampir mendekati jam pulang sekolah namun guru-guru yang sedang rapat belum juga selesai.
Ayla mengerucutkan bibirnya merasa bosan dan ingin cepat-cepat pulang, perempuan itu menunduk memperhatikan sepatu yang dia pakai talinya tidak terikat dengan sempurna.
Saat perempuan itu masih menuduk, tiba-tiba Ayla mendongak karena sebuah sepasang sepatu yang lewat di depannya.
Dia melihat Raka yang berjalan tidak jauh darinya, dengan senyum mengembang di wajah cantiknya itu Ayla melangkahkan kakinya untuk menyusul si ketua kelas.
"Ka. Raka," panggilannya itu membuat si pemilik nama menoleh.
"Raka, makasih ya. Berkat lo gue nggak dihukum." Di akhir kata Ayla tersenyum manis.
Raka memalingkan wajahnya sebentar, kemudian lelaki itu berdeham. "Makanya kalau ada PR itu langsung dikerjain jangan entar-entaran."
Ayla cengengesan karena memang begitulah kenyataannya, jika ada pekerjaan rumah alias tugas sekolah dia akan mengerjakan sehari sebelumnya atau yang lebih parahnya beberapa jam sebelum tugas dikumpulkan.
"Cengengesan mulu lo kayak kuda," komentar Raka membuat Ayla sedikit cemberut.
"Tapi sekali lagi makasih loh."
"Hm."
"Btw, lo mau ke mana?"
"Ruang Osis."
"Ngapain?"
"Mau ketemu sama Kak Rena."
Lagi-lagi senyum mengembang di wajah cantiknya itu, "ikut dong," pinta Ayla karena dirinya sangat bosan jika harus berdiri lama-lama di pinggir pintu sambil menantap pohon-pohon kecil yang tidak bisa diajak bermain.
"Ngapain?"
"Ya, pengen ikut aja."
"Nggak usah, lo ngegosip aja sana sama Dirsa," tolak lelaki itu sembari memberikan gesture mengusir.
Walaupun Ayla tahu Raka mengusirnya dia tidak pergi se-senti pun. "Males ah, Dirsa lagi sibuk ngurusin Mall-nya."
Tadi setelah aksi Dirsa yang berusaha untuk mencium pipinya dan sekuat tenaga Ayla menolak, perempuan itu malah sibuk dengan gim Happy Mall yang ter-install di ponselnya itu.
Raka menghela napas karena merasa agak kasihan dengan perempuan itu, kalau diibaratkan Raka seperti bertemu seekor kucing kecil yang memintanya untuk diajak pulang.
"Yaudah kalau lo mau ikut, tapi inget jangan memancing keributan."
Walaupun tadi sempat ingin protes dengan ucapan Raka tentang 'jangan memancing keributan' karena Ayla merasa kalau dirinya itu perempuan yang lemah lembut, kalem, dan anggun. Bagi Ayla, begitu namun bagi Raka dan teman-temannya yang lain itu hoax.
Karena tidak mau berdebat lebih lanjut, perempuan itu lebih memilih untuk mengangguk malas. "Iya, iya."
Lantas mereka berjalan dengan Raka yang memimpin menuju ruang osis, sesampainya di tempat tujuan Raka menghampiri kakak kelas bersurai panjang dikepang satu yang sedang bersandar di tembok luar ruang osis dengan ponsel di tangannya.
"Permisi, Kak," sapa Raka sopan.
Kakak kelas yang ber-name tag Astrid Mayangsari itu menoleh. "Iya, Ada apa?"
"Maaf Kak, Kak Rena-nya ada?"
Rena yang di maksud adalah Rena Dewita si ketua osis di sekolah ini sekaligus kakak kelas Raka sewaktu SMP, jadi bisa dikatakan hubungan antara keduanya cukup akrab terlebih dulu mereka sempat bertetangga walaupun hanya sebentar.
"Rena? Ada kok, bentar ya gue panggilin dulu."
Cewek itu menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan itu. "RENAAAAA.. ADA YANG NYARIIN," teriaknya dengan suara cempreng.
"SIAPA?" Rena membalas teriak dengan suara yang sama cemprengnya.
"ENGGAK TAU, ADEK KELAS YANG NYARIIN."
Tak lama perempuan bersurai pendek sebahu bernama Rena, keluar dari ruangan sebuah senyum langsung mengembang ketika seseorang yang mencarinya itu berdiri hadapannya. "Eh, ada Raka. Ada apa?"
"Begini, Kak. Gue mau ngedaftar jadi bagian anggota osis, bisa?"
"Bisa kok, gue ambil dulu ya formulirnya."
Rena kembali masuk untuk mengambil kertas formulir pendaftaran anggota osis yang tersimpan di dalam laci, setelah kembali Rena menyerahkan beberapa lembaran itu kepada Raka. "Nih, diisi yang bener ya, jangan asal-asalan. Oiya, kasih juga sama temen lo yang mau gabung."
"Iya Kak. Siap," sahut Raka dengan semangat.
"Kamu mau ngedaftar juga?" tanya Rena pada adik kelas yang berdiri sebelah Raka, siapa lagi kalau bukan Ayla.
Ayla sempat tersenyum tipis saat dirinya ditawari selembar kertas formulir pendaftaran itu, detik berikutnya dia menggeleng. "Hng. Enggak, Kak. Aku cuma ikut Raka aja."
Rena sempat melongo, hingga akhirnya dia menatap Raka jahil. "Eh Ciee. Raka. Pacarnya ya?" goda Rena membuat Raka dan Ayla kompak menggelengkan kepala.
"Enggak Kak, cuma temen," sahut Ayla meyakinkan.
"Temen apa temen?" Astrid yang tadi hanya menyimak jadi ikut menggoda mereka.
"Berawal temen bisa jadi pacar loh, ehem. Ehem." Rena menimpali sambil pura-pura batuk.
Raka yang merasa tidak suka memutar bola matanya malas. "Apa sih, Kak! Berisik banget!"
Rena dan Astrid tersenyum jail, melihat ekspresi wajah Raka yang mulai kesal. "Dih, ngambek. Awas cepet tua," celetuk Rena yang sukses membuat Raka mendengus.
Pandangan Rena teralih pada Ayla. "Dek, kalau kamu pacaran sama Raka jangan mau ya soalnya Raka nyebelin. Aku aja pernah dijailin sama dia waktu SMP dulu." Cerita Rena membuat Ayla tertawa renyah.
"Siapa yang pacaran sih???" Raka melirik sekilas kearah Ayla dan dia merasa kalau cewek itu mulai risih dan tidak nyaman.
"Udahlah, kita pergi aja, Ay. Jangan didengerin omongan mereka, anggap aja mereka nyamuk yang minta di fogging," lanjutnya sembari menarik lengan Ayla untuk menjauh dari para nenek sihir.
Rena tertawa karena senang telah menggoda adik kelasnya yang bernama Raka itu. "Ih, tuh kan. Belum pacaran aja manggilnya pake Ay. Ay-an," celetuk Rena masih bisa didengar oleh Raka maupun Ayla.
"Iya ya, apa lagi kalau udah pacaran?" sambar Astrid membuat tawa mereka semakin menjadi-jadi.
Raka tidak menghiraukan gurauan Kakak kelasnya itu lebih baik dia pergi bersama Ayla daripada masih di sana dan wajahnya semakin memanas karena...
Ya begitulah, intinya Raka tidak ingin bilang sama siapa-siapa. Takutnya nanti dijadikan bahan gosip, dan untuk sekarang cukup dia dan Tuhan saja yang tahu.
***
Ahn Yujin as Dirsa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments