Di jalan khusus pejalan kaki atau biasa disebut trotoar, dua perempuan remaja yang baru saja pulang sekolah itu nampak sedang bercanda sembari berjalan pelan menuju tempat tujuan mereka, Ya. Setelah sepulang sekolah mereka berencana untuk pergi mengunjungi tempat tongkrongan yang baru buka beberapa hari lalu.
Tempat makan bernama Seventeen Box yang bisa diartikan kotak tujuh belas telah menjadi tempat tongkrongan anak sekolah, katanya di tempat itu harga makanan dan minuman terjangkau dan tempatnya juga nyaman terlebih tempat itu menyediakan Wireless Network atau Wi-Fi secara gratis.
Ketika Ayla dan Dirsa memasuki tempat itu, lantunan instrumen musik Jazz terdengar hingga ke semua ujung ruangan dan hampir semua tempat telah terisi yang kebanyakan dari kalangan anak muda, yang tersisa hanya sekitar tiga meja saja.
"Ay, lo ke tempat duduk yang ke sisa ya," tutur Dirsa.
"Lo mau ke mana?" Ayla bertanya.
Dirsa menyampingkan poninya yang mengganggu penglihatannya itu. "Gue mau pesen makanannya, lo mau pesen apa?"
Ayla berpikir sebentar karena bingung, ini merupakan pertama kalinya Ayla ke Seventeen Box jadi Ayla tidak tahu makanan dan minuman apa yang dijual.
"Apaan ya? Gue bingung," ujarnya masih belum menentukan pilihan.
"Disamain aja sama gue, mau nggak?" saran Dirsa dan mau tak mau Ayla mengangguk setuju, "iya. Samain aja."
Detik berikutnya Dirsa melangkah maju menuju meja pesanan, sedangkan Ayla melangkah maju menuju satu meja dan empat kursi kosong yang tempatnya di pinggir dekat jendela kaca. Dan sebelumnya sudah Ayla tandai ketika dirinya memasuki tempat ini.
Sembari menunggu Dirsa yang memesan makanan, Ayla mengeluarkan ponselnya yang tersimpan di dalam saku rok panjang putih abu-abunya. Sekadar memberi pesan pada mamanya kalau dia akan pulang telat.
Tidak butuh waktu lama Dirsa kembali, lantas perempuan itu menarik salah satu kursi dan duduk depan Ayla.
"Udah pesennya?" tanya Ayla saat Dirsa kembali.
"Udah," jawabnya sembari mengambil sebuah penjepit rambut di dalam tas untuk menjepit poninya ke atas, "nanti kalau dipanggil lo yang ambil ya, soalnya gue pesen pake nama lo," lanjut cewek itu, Ayla menanggapi dengan sebuah anggukan kepala.
Ketika dua-duanya diam dan fokus dengan ponselnya masing-masing, detik selanjutnya Ayla melirik temannya itu yang masih fokus dengan ponsel di tangannya.
"Dir, si Agam. Masa nanyain gue lagi ada di mana."
Dirsa yang tadi menunduk dengan mata terfokus menatap layar ponsel, perempuan itu mendongak dengan alisnya terangkat sebelah.
"Terus?"
Ayla menopang dagu dengan tangan kirinya, "katanya dia mau ke sini, kira-kira mau ngapain ya?"
Dirsa mengangkat bahunya. "Entah, mungkin ada perlu kali sama lo."
Dirsa tahu siapa Agam, waktu itu Ayla pernah bercerita padanya kalau Agam itu adalah teman semasa kecilnya yang sudah lama belum bertemu dan pada hari itu, Ayla bercerita lagi padanya kalau dirinya tidak sengaja bertemu dengan Agam di angkutan kota untuk pertama kalinya.
Saat Ayla bercerita, Dirsa bisa merasakan raut kebahagiaan terpancar di wajahnya itu.
"Pesanan atas nama Ayla Ganesha." Bukan hanya sang pemilik nama saja yang refleks menoleh Dirsa pun juga.
Ayla langsung berdiri melangkahkan kakinya beberapa langkah untuk mengambil pesanannya, berupa dua piring brownies coklat lumer yang nampak lezat dan dua gelas jus melon yang nampak segar.
Ayla menaruh makanan yang beralaskan nampan itu di atas meja mereka, tanpa ba-bi-bu tangan Dirsa terjulur mengambil satu piring brownies dan satu gelas jus melon.
"Brownies-nya enak," komentar Ayla sesudah memasukkan sesuap brownies ke dalam mulutnya.
"Jus melonnya juga seger," komentar Dirsa ketika meminum jus tersebut.
"Ayla." Agam baru tiba masih dengan seragam sekolah yang dilapisi oleh jaket denim.
"Eh, udah dateng lo? Cepet banget," ucapan Ayla membuat Agam tersenyum tipis.
Agam teman semasa kecilnya itu telah sampai setelah empat menit menanyakan di mana keberadaan Ayla. "Iya, soalnya tadi gue lagi ada di tukang fotokopi yang deket sini."
Ayla menoleh ke arah Dirsa. "Kenalin Gam, ini temen gue," katanya memperkenalkan Dirsa.
Agam tersenyum ramah lantas menjulurkan tangannya. "Gue Agam," sapanya memperkenalkan diri.
"Gue Dirsa," balas Dirsa saat menjabat tangan Agam tidak lupa tersenyum ramah juga.
Saat jabatan tangan itu terlepas. Di antara dua kursi yang tersisa Agam menarik salah satunya, lelaki itu memilih untuk duduk di hadapan Ayla.
Agam Mengobrol dengan Ayla sebentar sebelum bangkit dari duduknya sekadar untuk memesan segelas minuman, ketika Agam pergi di meja itu ada Ayla dan juga Dirsa dengan pesanannya yang hampir habis, brownies coklat lumer yang tinggal seperempat dan jus melon yang sisa setengah gelas.
Dirsa yang sebelumnya masih takjub akan tempat ini, matanya melihat-lihat kembali dekorasi serta beberapa figuran yang terpajang ruangan ini. Menurutnya tempat ini nyaman dan juga sangat instagram-able sekali, nanti kalau Dirsa sudah selesai makan dirinya berencana untuk foto-foto lalu menggunggahnya di akun sosial medianya.
Pasalnya tadi ketika baru menyendokkan beberapa suap potongan brownies Dirsa baru ingat kalau dia belum sempat memfoto makanannya itu, jadi ya sudahlah.
Fotonya nanti saja ketika makanannya sudah habis, dan lagi di ujung ruangan itu disediakan tempat para pengunjung untuk ber-selfie.
Kemudian mata Dirsa menyipit ketika melihat seseorang yang seperti dia kenali. "Eh, itu bukannya si Raka ya?" tanya Dirsa masih menatap seseorang itu.
"Mana?" Ayla mengedarkan pandangannya, mencari di mana sosok Raka berada.
"Itu yang pake jaket warna biru," jawab Dirsa sambil menunjuk seseorang yang nampak kebingungan sambil membawa nampan kecil.
Ayla mengangguk pelan kala sosok Raka yang dia cari telah ditemukan. "Kayaknya dia lagi nyari tempat duduk deh."
"Iya kayaknya sih gitu, panggil aja suruh gabung sama kita," sahut Dirsa.
Sebelum Dirsa memanggil nama Raka, Agam telah kembali dengan segelas jus mangga dengan whip cream digenggamannya, laki-laki itu kembali duduk di hadapan Ayla.
"Rakaaaa!" panggil Ayla membuat Raka menengok, laki-laki itu sempat terkejut ketika tahu kalau Ayla lah yang memanggil namanya.
Dahinya mulai berkerut ketika melihat cowok asing yang tidak dia kenal duduk di hadapan Ayla. Raka melangkah menuju tempat di mana Ayla, Dirsa, dan satu cowok asing itu berada.
"Kenapa?"
"Sini, gabung sama kita-kita," jawab Dirsa dan diangguki oleh Ayla.
Memang karena tidak ada tempat yang tersisa Raka pun menurut, jika di Seventeen Box memiliki banyak tempat kosong Raka lebih suka duduk sendiri. Laki-laki itu menaruh nampan kecil yang dia pegang di atas meja, lantas menarik sisa kursi yang tempatnya di depan Dirsa untuk didudukinya.
"Oiya, kenalin. Raka ketua di kelas gue dan Agam temen SD gue," jelas Ayla membuat Agam dan Raka saling menatap satu sama lain.
Ketika Ayla menyebut kalau Agam adalah teman kecilnya, seketika Raka memandang Agam dengan ekspresi datar. Dalam hati Raka berkata, 'Oh. Jadi ini orang yang membuat Ayla hampir menabrak pilar sekolah.'
"Agam."
"Raka."
Sapa mereka dengan singkat tanpa sebuah jabatan tangan atau pun senyuman ramah.
"Ayla," panggil Agam tiba-tiba.
"Iya, kenapa?" jawabnya setelah menelan sesuap brownies melalui mulutnya.
Agam terkekeh pelan. "Lo makannya belepotan," jelasnya sembari menyodorkan dua helai tisu untuk Ayla.
Ayla berkedip, detik berikutnya pipinya terasa panas karena malu, "masa sih?"
Dirsa yang ada di sebelah Ayla langsung menempelkan kedua tangannya di wajah Ayla. Dan hal itu membuat Ayla menoleh ke arahnya.
"Ih, iya. Ay. Cokleatnya nempel disudut bibir lo," terang Dirsa membuat Ayla semakin malu, buru-buru perempuan itu mengambil tisu yang diberikan oleh Agam untuk mengelap bibirnya.
"Kayak anak kecil aja sih, makannya belepotan," ledek Raka.
Perempuan itu mendelik ke arah Raka lalu mendesis pelan. "Ya, biarin aja sih! Gue ini yang makan!" balasnya dengan ketus.
Raka yang melihat Ayla menatapnya tajam, membuat laki-laki itu malah terkekeh pelan.
"Tapi masa iya anak SMA makannya masih belepotan?" Raka itu memang paling suka meledek temannya yang satu ini. Selain karena wajahnya jelek ketika marah Ayla itu gampang sekali terpancing emosi.
"Wah. Wah. Wah. Ngajak ribut nih orang!" Kalau saja mereka bukan sedang berada di tempat umum, mungkin rambut Raka akan rontok karena mendapat jambakan manis dari Ayla.
Dirsa menghela napas sembari menggeleng-gelengkan kepala merasa pusing akan kelakuan kedua temannya ini.
"Udah ih, kalian berdua nggak di mana-di mana berantem mulu," lerainya namun tak membuat mereka berhenti saling meledek.
"Gimana gue nggak kesel, kalau si Rak plastik ngajak ribut duluan?" Ayla masih dengan nada sewotnya.
"Lo nggak berubah ya, Ay. Gampang banget emosi," komentar Agam yang sedaritadi hanya memperhatikan pertikaian kecil itu, seketika laki-laki itu terkekeh.
"Gue jadi inget waktu SD, lo ngamuk di kelas gara-gara sepatu lo nggak sengaja kena injek. Hahahaha," lanjutnya yang kini tertawa terbahak-bahak.
Ayla yang masih sewot semakin tambah sewot, bukan hanya Raka saja yang mengajak perang tapi Agam juga sama. "Apaan sih lo, Gam. Nggak usah bahas masa lalu deh!"
Perkataan Agam barusan membuat Dirsa melongo. "Serius lo, Gam? Cuma gara-gara sepatunya nggak sengaja keinjek dia jadi ngamuk?"
Agam mengangguk. "Iya, soalnya itu sepatu baru dicuci," katanya kemudian meminum jus mangganya melalui sedotan.
"Jangankan soal sepatu, Gam. Gue nyolek pipinya pelan matanya aja langsung melotot," timpal Dirsa.
"Kalau dulu, gue pernah nyubit tangannya, eh rambut gue malah dijambak. Anarkis banget, kan?" balas Agam membuat Dirsa dan dirinya tertawa meledek Ayla sedangkan Raka, laki-laki itu sibuk dengan makanannya.
"Gosip aja terus sampai gue nikah sama Kang Daniel," celetuknya dengan ekspresi datar dan kecut.
"Kang Dadang kaliiiiii." Dirsa menanggapi dengan candaan.
Ayla lagi-lagi mendesis, cewek itu lebih memilih untuk memainkan ponselnya ketimbang meladeni ledekan Agam dan Dirsa.
"Lo pulang sama siapa, Ay?" Agam bertanya ketika dirinya selesai tertawa.
"Naik angkot paling," jawab Ayla cuek sembari mengaduk-aduk minumannya yang tinggal sedikit, selain masih kesal dengan teman-temannya dia juga bete sama kakakya yang tidak bisa menjeputnya karena ada tugas kuliah.
Agam manggut-manggut setelah mendengar jawaban Ayla. "Gue anter mau? Sekalian mau ketemu sama bang Kevin, soalnya udah lama nggak ketemu."
Ayla mendongak menatap Agam. "Bang Kevin belum pulang, paling pulangnya malem."
Agam sempat kecewa tapi, ya sudahlah. Masih ada lain waktu. "Yah, yudahlah nggak apa-apa lo pulangnya tetep gue anter."
Ayla diam sebentar, dia heran kenapa Agam kepengin mengantarnya pulang. Bukankah Agam juga naik angkutan kota sama seperti dirinya? Jadi untuk apa diantar pulang? Kecuali jika cowok itu membawa kendaraan pribadi.
"Bentar, naik apaan? Bukannya lo naik angkot ya?"
"Naik motor gue, waktu itu gue naik angkot karena motor lagi di bengkel," jelasnya membuat Ayla manggut-manggut mengerti, pantas saja Agam menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.
"Kalau lo maksa, gue sih oke-oke aja," ujar Ayla dengan cengiran lebar.
"Dasar," sahut Agam dengan cengiran lebar juga dan tanpa mereka berdua sadari, salah satu di antara mereka berempat ada yang hatinya mulai kepanasan saat melihat keakraban antara Agam dan Ayla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments