Bab 3

Ayla menguap lebar sembari mengusap-usap wajahnya pelan, pada pukul lima pagi lewat dua menit Ayla bangun dari tidurnya. Perempuan itu diam sejenak masih dalam posisi duduk sembari memejamkan mata lantaran masih mengantuk, Ayla begitu karena dia sedang mengumpulkan niat untuk beranjak dari kasur. Selama tiga menit terduduk dengan mata terpejam, Ayla menyibakkan selimutnya lalu berjalan gontai menuju kamar mandi.

Pukul enam lewat sepuluh menit perempuan itu sudah rapi hanya tinggal memakai sepatu dan tasnya saja, Ayla berjalan menuju meja makan dan mendudukkan diri pada kursi untuk sarapan bersama papa, mama, dan Saga.

Ayla menaikkan sebelah alisnya lantaran tidak melihat kakak laki-lakinya ada di sini, biasanya bang Kevin duduk di samping mama alias di hadapannya.

"Abang ke mana, Dek?"

"Masih tidur."

"Enggak dibangunin?"

"Udah, tapi aku malah diusir."

Ayla manggut-manggut pantas saja bang Kevin tidak ada di sini, ternyata masih menikmati alam mimpinya. Lebih baik sekarang Ayla makan dan nanti setelah makan baru membangunkan kakaknya untuk mengantarkannya pergi ke sekolah.

Selesai makan sepiring nasi goreng yang dimasak mamah, Ayla berjalan menuju kamar kakaknya. Saat membuka pintu dia melihat kalau kakaknya sedang memeluk guling dengan erat.

"Abang bangun, anterin aku sekolah," tuturnya sembari menusuk-nusuk pipi bang Kevin dengan jari telunjuknya.

Kevin mendesah, dia membuka matanya sekejap hanya ingin melihat siapa yang datang menganggu tidurnya, kemudian berkata, "abang ngantuk, kamu berangkat sendiri aja sana," racaunya dengan suara serak kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi Ayla.

Ayla cemberut setelah mendengar respons bang Kevin. Kalau abangnya tidak bisa mengantarnya, lalu siapa? Ayah? Tidak deh, Ayla tidak mau merepotkan ayahnya lagi pula tempat kerja ayah dan sekolahnya berbeda arah.

Ya, sudahlah. Kalau begini Ayla pesan ojek online saja, dan perempuan itu pergi dari kamar bang Kevin lantas mengambil ponselnya di dalam tas, yang tasnya dia taruh di atas sofa.

Ayla membuka aplikasi layanan transportasi online itu bermaksud untuk memesan. Kenapa dirinya tidak naik angkutan kota saja? Karena dia yakin pasti pagi-pagi begini angkutan kota penuh dan lagi Ayla malas untuk berdesak-desakan dengan penumpang lain terlebih menunggu angkot di depan gang itu lama, sekalinya lewat pasti penuh.

Di aplikasi, pengemudi akan tiba kerumahnya dalam waktu tiga menit lagi. Buru-buru Ayla pamit pada orang tuanya dan segera memakai sepatu di teras rumah.

"Permisi," seruan dari seseorang ditambah suara mesin motor dan bunyi klakson itu membuat Ayla melangkah menghampiri, dia rasa itu adalah ojek online yang dia pesan.

"Dengan Mbak Ayla, ya?"

"Iya."

Abang ojek memberikan helm yang dikhususkan untuk penumpang kepadanya. Setelah siap abang ojek menjalankan motornya dengan kecepatan normal.

Selama dalam perjalanan tidak ada percakapan yang tercipta antara sang pengemudi dan penumpangnya.

Dan sekitar lima belas menit perjalanan Ayla sampai dengan selamat, setelah membayar dan mengembalikan helm. Ayla melangkah maju memasuki lingkungan sekolahnya, sebelum itu Ayla sempat menyapa pak Rudi satpam sekolah yang katanya sudah selama 10 tahun di sekolah ini.

Saat Ayla berjalan di lorong sekolah dirinya melihat Raka sang ketua kelas berdiri mengintip kelas X IPS 4 melalui jendela.

Ayla yang punya ide untuk mengagetkannya berjalan mengendap-endap, mengagetkan Raka dari belakang. Namun baru saja saat Ayla mengangkat kedua tangannya, aksinya sudah diketahui terlebih dahulu.

"Nggak usah kagetin gue, muka lo keliatan dari jendela." Pergerakan tangannya terhenti kemudian melirik jendela itu.

Benar Ayla dapat melihat wajahnya dan wajah Raka memantul dari jendela itu, Ayla cengengesan macam kuda. Yah, gagal sudah rencananya untuk mengagetkan si ketua kelas.

"Lo ngapain deh di sini? Pake ngintip-ngintip segala." Ayla berujar lantaran penasaran.

"Lagi nyari temen, tapi orangnya belum dateng." Raka menjelaskan.

"Oh." Ayla berseru sambil manggut-manggut.

"Lo mau ke kelas, Ay?" tanya Raka ketika melihat Ayla yang baru sampai dengan tas merah mudanya itu.

"Nggak, rencananya gue pengin ke kantin dulu mau beli susu."

"Bareng yuk, gue juga mau ke kantin beli bubur buat sarapan."

Ayla mengangguk menyetujui ajakan Raka, mereka berjalan berdampingan menyusuri lorong sekolah menuju tempat tujuan. Setibanya di kantin Raka berjalan ke tempat stand bubur yang sudah buka dan Ayla berjalan ke tempat stand jajanan yang menjual susu coklat berbentuk kotak.

Ayla membeli sebanyak empat kotak, wajar karena Ayla itu penggila susu setidaknya sehari dia harus minum susu sebanyak empat sampai lima kali.

Ketika Ayla membalikkan badan di dekat stand bubur Raka tengah duduk dengan semangkuk bubur ayam di atas meja, dengan langkah santai Ayla menghampirinya.

"Nggak langsung ke kelas?" tanya Raka saat melihat Ayla malah duduk di hadapannya.

"Nggak ah, nanti aja. Palingan di kelas yang dateng baru sedikit." Raka tidak menanggapi, laki-laki itu lantas mengaduk-adukkan buburnya.

"Eh, Rak. Gue pengin nanya." Ayla berujar sembari menusuk susu yang dia beli dengan sedotan.

Raka berdecak karena Ayla. "Udah dibilangin jangan panggil gue Rak. Lo pikir gue Rak buku, apa?!" omelnya kemudian memasukkan sesendok bubur ke dalam mulutnya.

Ayla menyengir lebar. "Hehehe, abisnya nama lo lucu sih kalau disingkat gitu."

Raka mendengus, masih pagi sudah ada yang ngajak ribut. "Lo mau nanya apaan dah?" tanyanya dengan nada sedikit sewot.

Ayla tidak langsung menjawab lantaran mulutnya sedang menyedot susu kotak yang dia pegang itu. "Lo tau nggak, ekskul kewirausahaan jadinya hari apa?"

Raka mengangkat bahunya. "Entah, gue belum dikasih tau sama ketua pembinanya." Laki-laki itu terdiam sebentar sambil menatap Ayla, "btw, lo pilih kewirausahaan juga?"

"Iya."

Raka terkekeh. "Kok lo ngikutin gue sih?" ucapan Raka barusan membuat Ayla mendelik.

"Idih! Amit-amit siapa juga yang ngikutin lo, kepedean banget!" sewot Ayla.

Melihat Ayla yang sewot, Raka malah tertawa terbahak-bahak sebab baginya Ayla itu lucu kalau lagi sewot seperti ini.

"Dasar Rak Sepatu," ledek Ayla.

"Bisa aja lo merk mobil." Raka membalas,

Ayla menyunggingkan senyum miring.

"Biarin ya, yang penting mobil Ayla lebih mahal dari rak sepatu." Di akhir ucapannya Ayla menjulurkan lidah, meledek.

Raka yang tidak ingin aksi ledek-ledekkannya dengan Ayla berlanjut memilih diam dan kembali memakan buburnya, Sedangkan Ayla memainkan ponsel karena tadi ponselnya yang dia taruh di atas meja bergetar, saat matanya terfokus pada ponsel, Ayla senyum-senyum sendiri sambil menggigit ujung sedotannya.

Raka yang menyaksikan langsung merinding, "Kenapa lo senyum-senyum sendiri? Sehat?"

Ayla melirik sekilas. "Apaan sih, nggak jelas."

"Lo sama Dirsa pasti lagi ngomongin gue, ya?" Raka menebak, pasalnya beberapa minggu lalu saat Ayla dan Dirsa berjalan berdampingan sambil menggosipkan Raka tidak mereka sadari kalau orang yang mereka gosipkan ada di belakang mereka. Saat Raka menegur, mereka yang tertanggap basah hanya bisa cegengesan.

Perempuan itu sempat tertawa pelan karena tembakan Raka. "Dih! Sok tahu! Lagian gue udah enggak ngomongin lo lagi kok, gue lebih seneng ngehina lo secara langsung daripada ngomongin lo dari belakang."

Arka memutar bola matanya malas karena ucapan Ayla yang terlampau jujur itu. "Oh, gue tahu. Lo pasti lagi Chatting-an sama cowok, kan?"

Ayla nyengir kembali, "Iya. Sama temen SD gue dulu."

Saat tembakannya benar, Raka memilih untuk diam dan melanjutkan memakan sarapannya yang tinggal sedikit lagi. Selesai makan Raka bangkit dari duduknya, Ayla yang mendengar suara decitan kursi langsung mendongak.

"Udah selesai makannya? Cepet banget."

"Lo-nya aja yang keasikan Chatting-an."

Raka pergi dan Ayla menyusulnya dari belakang, mereka kembali berjalan berdampingan namun pandangan mata Ayla terfokus pada ponselnya sampai-sampai dia tidak menyadari kalau ada pilar di depannya, jika perempuan itu melangkah maju sebanyak dua langkah kepalanya pasti akan terbentur.

Raka yang melihat Ayla yang hampir menabrak pilar dengan cekatan tangannya menarik kerah seragam Ayla dari samping.

Ayla tersentak dan hampir saja ponselnya jatuh ke lantai, tadinya perempuan itu ingin menjitak atau memarahi Raka. Tapi setelah tahu apa yang terjadi Ayla tidak jadi melakukannya.

"Lo kalau jalan jangan sambil main hape, bahaya."

"Abisnya lagi seru, sih." Ayla lagi-lagi menyengir dan membuat Raka berdecak.

"Kan bisa dilanjutin lagi, kalau gue nggak narik kerah seragam lo kepala lo bisa benjol segede bakpau."

"Iya. Maaf, Ka. Makasih ya."

Raka mendesis kemudian berjalan mendahului Ayla. Dia yang merasa Raka sedang kesal malah tidak terlalu menanggapi. Perempuan itu malah melanjutkan kegiatan bertukar pesan dengan Agam tentunya sambil berjalan tidak memedulikan dirinya akan tersandung atau pun menabrak sesuatu.

Dan sesampainya di kelas Ayla melihat teman-temannya sedang mengerubungi satu meja, seperti lalat yang mengerubungi sampah. Dan dirinya tidak peduli menurutnya pasti mereka sedang membahas games online.

"Aylaaaa. Gue pinjem buku catetan matematika lo." Dirsa yang tadi ada dikerubungan itu menghampiri Ayla yang sudah duduk di kursinya.

"Buat apaan?"

"Liat PR."

"PR?" Perempuan itu mengerutkan dahi lantas mengingat-ingat kembali, dan detik berikutnya Ayla malah melongo.

"Ya Ampun, gue lupa kalau ada PR."

Ayla dengan gerakan terburu-buru mengeluarkan buku catatan matematikanya, saat dibuka dirinya semakin melongo lantaran PR itu belum diisi sama sekali.

"Yah gimana dong? Gue belum ngerjain sama sekali." Ayla berujar panik.

Alasan dia sampai lupa mengerjakan PR karena semalam terlalu asik bertukar pesan dengan Agam hingga larut malam, Ayla mengacak-acak rambutnya kesal.

Kalau dikerjakan sepuluh soal matematika itu sekarang pasti memerlukan waktu yang banyak, apalagi soal matematika itu bukanlah soal yang mudah. Ditambah sekarang bel masuk akan berbunyi lima menit lagi dan matematika adalah pelajaran pertama di kelasnya. Maka lengkap sudah penderitaan Ayla.

"Aduh, ini gimana? Mana pak Firman galak banget lagi." Ayla semakin panik ketika membayangkan wajah galaknya pak Firman.

Dan entah dari mana, sebuah buku catatan bersampul coklat mendarat di meja Ayla. "Tuh, lihat punya gue aja udah diisi semuanya."

Ayla menoleh, mendapati jika Raka adalah sang pelaku yang melempar bukunya dari seberang sana, di tempat Raka duduk, Ayla menghela napas lega walaupun dengan cara menyontek setidaknya dirinya bisa mengerjakan PR, tidak peduli jawaban itu benar atau salah.

Buru-buru Ayla menyalin jawaban, walaupun terkadang Raka menyebalkan dan minta di jitak, pagi ini cowok itu telah menolongnya dua kali. Teruntuk Raka terima kasih banyak.

***

Bae Jinyoung as Raka

Terpopuler

Comments

Thaliya Rosalinda

Thaliya Rosalinda

bagus kak , suka
tetap semangat yaa

dan jangan lupa feedback ke karya ku juga oke

2020-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!