Nona Mantan
Mata Regan bergerilya. Menatap hasil karyanya selama ini. Mom and baby. Usaha yang sudah ia rintis setelah menyelesaikan pendidikannya. Ia pikir tidak akan mudah untuk membuat ayah juga kakaknya memberi modal, oleh karena itu dia bilang meminjam dana dulu. Dan sekarang dia sudah mengembalikan semua modal yang ia pinjam pada ayah juga kakaknya. Walaupun mereka menolak, ia tetap bersikeras untuk mengembalikannya. Ia ingin usahanya ini benar-benar jerih payahnya.
Mom and baby. Tempat penitipan bayi seperti day care namun ditambahi dengan fasilitas lainnya. Seperti namanya, mom and baby. Artinya fasilitas untuk para mom juga tersedia. Ia sengaja membangun tempat ini agar para ibu bisa membawa anak mereka bersosialisasi dan para ibu juga tidak bosan. Gedung tiga lantai ini dilengkapi dengan segala fasilitas agar anak juga ibu tidak merasa bosan.
Lantai satu diperuntukan untuk anak-anak. Ada taman bermain indoor maupun outdoor. Taman bunga tempat mereka bisa mengenal alam. Lapangan tidak terlalu luas untuk tempat mereka bermain. Namun tidak ada kolam renang disini, Reagn tidak ingin membahayakan nyawa anak kecil dengan membuat kolam dimana anak-anak berkeliaran disini. Jangan lupakan kantin yang berisi makanan sehat. Tidak ada jajanan luar, hanya ada cemilan yang jelas dibuat sendiri. Ia sendiri yang memastikan jika makanan yang ada disana sehat.
Lantai dua diperuntukan untuk ibu-ibu. Terdapat tempat untuk Yoga, gym, juga salon. Juga café yang diperuntukan untuk orang dewasa. Jelas anak-anak tidak boleh makan disana. Wajar bukan jika banyak ibu yang betah disana? Menyenangkan diri sendiri juga mengontrol anak mereka.
Lantai tiga adalah lantai yang di khususkan untuk para pegawai dan tentu untuk Regan sendiri. Terdapat kamar-kamar yang bisa digunakan pegawai untuk beristirahat. Regan pun memberi izin jika ada pegawainya yang tidur atau menginap disana. Daripada membuang uang untuk bayar kos atau kontrakan, lebih baik memanfaatkan fasilitas bukan?
Sebenarnya Regan membuat tempat ini terinspirasi dari masalalunya. Jika saja dulu ada tempat seperti ini, pasti ibunya akan kesini dan bermain bersama. Adiknya tidak akan diculik. Walaupun semuanya sudah berjalan lancar, tetap saja ia masih merasa bersalah. Menyesal atas kejadian itu. Makanya tempat ini dilindungi oleh orang-orang yang sudah dibayarnya. Agar tidak terjadi tragedi seperti keluarganya dulu.
"Eh, nak Regan. Udah lama nggak keliatan, kemana aja?"
Lamuan Regan buyar. Kepalanya menoleh pada sumber suara. Wanita paruh baya yang sudah menjadi pelanggannya sejak dulu kini berdiri di sebelah kanannya. Seulas senyum ia berikan pada wanita yang pasti tengah mengajak cucunya bermain.
"Sibuk sama pekerjaan yang lain Bu,"
"Ah, padahal saya lebih suka kalau kamu manggil saya Mamah." Raut wajah wanita bernama Nida itu berubah muram.
Regan menanggapi itu dengan kekehan. Bukan rahasia lagi kalau Nida ingin menjadikannya menantu. Putri bungsu Nida masih muda, mungkin dua tahun dibawah usia Regan. Sebenarnya Regan masih sama seperti dulu. Cap playboy yang melekat padanya belum menghilang. Hanya saja dia sudah mengenal Nida cukup lama, mana mungkin dia mempermainkan anak dari wanita ini bukan?
"Emang kamu udah ada calon Re?" tanya Nida penasaran. Jika memang belum, kenapa tidak mau mencoba dengan putrinya? Padahal sosok Regan adalah sosok menantu idaman. Masih muda sudah sukses, mendirikan tempat ini berarti Regan menyayangi anak kecil, ia yakin Regan pasti akan sangat menyayangi keluarganya kelak. Makanya dia ingin putrinya lah yang menjadi keluarga pria ini. Menjadi ibu dari anak-anak Regan.
"Lagi usaha, do'ain ya Bu?" balas Regan dengan senyum jahil.
"Kan udah Ibu bilang, sama anak Ibu aja. Rena pinter masak loh, cocok lah jadi istri kamu."
Rena adalah nama dari putri bungsu Nida. Sudah beberapa kali Regan bertemu dengan gadis itu. Cantik, cukup menarik menurutnya. Hanya saja, tidak cukup untuk membuatnya ingin serius dengan wanita itu. Gadis murah senyum itu terlihat terlalu baik untuknya. Disaat dia akan bersuara, ponselnya bordering. Setelah ijin pada Ibu Nida, dia segera beranjak pergi darisana. Siapapun yang sudah meneleponnya adalah malaikat penyelamatnya. Karena sekarang dia terbebas dari Ibu yang ingin menjadikannya menantu. Apa setampan itu dirinya sampai banyak yang menyukainya?
"Ha-"
"REGAN!" seruan dari seberang membuat Regan menjauhkan ponsel dari telinganya. Barulah dia melihat nama sang penelepon. Baru saja dia lepas dari satu ibu-ibu, kini dia berurusan dengan ibu-ibu lainnya. Dimana dengan ibu ini dia akan diam tak berkutik. "Bunda kan udah bilang sama kamu buat makan siang dirumah, kenapa nggak pulang?"
Regan meringis mendengar itu. Untuk satu ini dia benar-benar tidak ingat. Setelah rapat dengan investor dia pergi ke tempat ini, dimana dia akan merasa senang saat melihat banyak anak-anak kecil tertawa tanpa beban. Membuatnya lupa jika dia sudah menyanggupi ajakan makan siang bersama Bundanya.
"Bunda itu kesepian dirumah. Nggak kamu, nggak yang lain sama aja. Sibuk sama pekerjaan terus lupa sama Bunda. Tahu gitu nggak Bunda kasih makan kalian biar kecil terus!" sungut Farah diseberang sana.
"Maaf Bunda sayang.... Regan beneran lupa, yaudah sekarang Regan pulang ya?" bujuknya lembut.
"Masih inget jalan pulang kamu?"
Pria itu kembali meringis mendengar sindiran bundanya. Ibu Negara sudah terlanjur marah. "Masa nggak inget sih Bun? Kan disana ada bidadari cantik, yakali Regan lupa!" kekehnya. Kakinya kini sudah berjalan menuju parkiran. Sesekali ia mengangguk ketika ada yang menyapa.
"Gombalan kamu nggak mempan buat Bunda ya!"
"Ya Bunda kan mempannya kalau sama Ayah, Regan mah apa? Cuma anak kecil yang masih polos."
Terdengar decakan diseberang sana. "Cepet pulang! Awas kamu kalau bohong, Bunda pecat kamu jadi anak!"
"Iya Bunda sayang.... Tutup dulu ya teleponnya? Regan mau nyetir."
Setelah mendengar dehaman dari Bundanya sambungan terputus. Tentu Bundanya yang memutuskan, bisa marah besar ibunya sampai dia yang memutuskan panggilan. Tak berselang lama, range rover-nya sudah melesat meninggalkan parkiran bangunan tiga tingkat itu. Perjalanannya ditemani oleh suara merdu yang keluar dari radio. Sebelumnya dia mampir terlebih dahulu untuk membeli bunga. Bunga tulip kesukaan bundanya.
Hanya pelayan yang menyambut kedatangannya. Saat siang seperti ini rumah besar keluarga Wiratama memang sepi. Hanya ada bundanya -Farah- dan para pelayan. Setelah ibunya memutuskan untuk membawa adiknya berobat keluar negeri rumah ini memang sepi. Terlebih Papahnya -Rian- menyusul setelah beberapa bulan ditinggal oleh istri dan putrinya. Katanya hidupnya hampa tanpa ada sang istri yang menemani. Penolakan tegas dari Mamahnya -Alina- membuat Papahnya mendirikan hotel di London. Tempat dimana istri dan putrinya tinggal. Dia beralasan mengurus cabang hotelnya disana. Yeah, harus Regan akui selain gagal move-on Papahnya itu sosok bucin. Sudah tua padahal, tapi masih sering manja pada istri yang tak lain adalah Mamahnya. Ckck! Beruntung dia tidak seperti itu.
"Bunga cantik buat Bunda yang lebih cantik," ujarnya seraya menyodorkan buket bunga yang ia beli tadi.
"Pantes cewek kamu banyak." Cibir Farah setelah menerima bunga tersebut. Diperintahkannya salah satu pelayan agar menata bunga tersebut di vas ruang keluarga.
"Tapi ya Bun, sampe sekarang Regan nggak nemu yang lebih cantik dari Bunda." Ujar Regan dengan tampang begitu serius yang langsung dihadiahi pukulan di bahu oleh Bundanya. "Kasar Bun."
"Udah sana cepet makan, keburu nggak enak ntar,"
"Kapan sih masakan Bunda enggak enak?" kekeh Regan. "Bunda nggak makan?" tanyanya setelah Bundanya mengambilkan dia makan. Hanya untuk dirinya.
"Udah. Nunggu kamu keburu pingsan dulu."
Regan terkekeh mendengar itu, berbanding terbalik dengan hatinya yang merasa bersalah. Bundanya memang selalu kesepian apalagi jika Ayahnya sibuk bekerja. Mau bagaimana lagi? Saudaranya, Galih kini sibuk dengan perusahaannya sendiri, SJ Group. Lalu Gibran sudah memutuskan menjadi arsitek dan kini sudah mulai membangun usahanya sendiri setelah keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dulu. Jika perusahaan Gibran bergabung nanti, makan perusahaan keluarga menjadi menguasai berbagai bidang. Dimulai dari industri yang diurus oleh Reza selama ini juga pelaksanaan ekspor impor, lalu perhotelan juga mall yang sudah menyebar dimana-mana, sedangkan SJ Group di bidang pertambangan. Tambah lagi dengan Gibran di bidang kontraktor. Sayap perusahaan Wiratama semakin besar nantinya.
Hal itu tentu berdampak pada kesibukan anggota keluarga. Jadi wajar ketika menginjakkan kaki di rumah besar ini hanya ada pelayan yang menyambut. Suara tawa yang memenuhi setiap penjuru rumah juga tak lagi terdengar karena dua bungsu Wiratama tidak ada disini.
"Bunda pengen kamu cepet nikah Regan, jadi Bunda bakal ada temen masak. Terus kamu kasih Bunda banyak cucu, biar rumah ini ramai lagi."
Dan Bundanya bukan hanya sekali dua kali mengatakn hal tersebut. Permasalahannya disini, siapa yang akan menampung benihnya?
•To be continue•
🍀🍀🍀🍀
*Note:
halo semua! adakah pembaca Wiratama Family disini? jadi cerita ini pernah aku publish di ******, nama akunnya megathorn. silahkan cari aja. sengaja pindah lapak karena pengin mencoba hal baru.
makasih udah mampir kesini! see you...
jangan lupa vote sama komen ya guys**!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Mendez Ae
aku tau ini dari w@ttpa@d langsung mlipir ke sini😊
2021-12-10
0
Ferli Ferli
ceritanya bagus Thor, lucu
2021-08-06
0
maria sutriyana
awal cerita yang menarik
2021-08-05
0