Tubuhnya bersandar sedangkan tangannya berada diatas meja dengan jari mengetuk meja teratur. Tengah mengingat kembali percakapan singkat dengan teman masa SMA dulu. Hanya inti percakapan yang masih ia ingat dengan jelas. Tentang bagaimana kehidupan teman lamanya sekarang dia tidak terlalu mendengarkan tadi. Makanya wajar jika sekarang dia lupa.
"Clara? Mantan pacar lo itu?" memangnya harus memperjelas status antara dirinya dan Clara? Ia mendengus mendengar itu. "Makanya punya grup jangan cuma buat pajangan. Sampe mantan kawin aja kagak tahu." terdengar kekehan dari seberang sana.
"Dia beneran udah nikah?!" nada suara Regan sedikit meninggi. Walaupun sudah melihat dengan mata kepala sendiri, tetap saja dia masih merasa terkejut.
"Nggak tahu juga sih Re, lagian dia juga jarang kontekan sama gue atau yang lain. Ngilang kek lo!"
"Jadi dia udah nikah apa belum?"
"Mana gue tahu nyai! Lagian kepo amat sama mantan, gagal move on nih!"
Malas mendengar celotehan tak jelas temannya, Regan memutuskan sambungan sepihak. Memangnya gagal move on atau tidak itu berpengaruh jika ia bertanya kabar tentang Clara? Toh mereka juga teman dulu. Walaupun bukan teman baik setelah putus.
Lo emang gagal move on goblok!
Jangan tanya itu suara siapa, Regan saja tidak tahu. Suara itu tiba-tiba saja terdengar jela dikepalanya. Seperti suara setan, tetapi mirip dengannya.
Jika direnungi kembali, harus ia akui. Walaupun gengsi, sebenarnya memang dia belum move on dari Clara setelah melihat wanita itu kembali. Katakan dia bodoh karena melepas sosok seperti Clara dulu. Karena memang begitulah kenyataannya. Jiwa mudanya membuat dia buta, ingin merasakan lebih dari orang-orang.
"Udah nggak ada kesempatan buat gue lagi Ra?" Regan mengacak rambutnya frustasi. Dilepasnya sampul dasi yang sedari tadi mencekiknya. Tidak hanya sampai situ, kedua kancing teratasnya juga ia lepas. Gerah menghampiri ketika mengingat kejadian kemarin. Melihat Clara bersama pria lain, lalu seorang anak kecil memanggilnya Bunda, sungguh terlihat seperti keluarga bahagia.
"Permisi Tuan."
Fokus Regan teralih setelah mendengar suara itu. Diambang pintu, berdiri sosok wanita dengan pakaian yang em.... Cukup seksi. Rok setengah paha dengan kemeja dimasukan, membuat dada wanita tersebut terlihat membusung. Bukan hanya body saja indah, wajahnya pun selaras.
"Maaf Tuan, saya masuk karena tak kunjung mendapat jawaban dari Anda." ujar Yuli. Ya, namanya Yuli. Sekretaris Regan di perusahaan keluarga yang ia urus. Jika kalian berpikir dia yang memilihnya, kalian salah. Yuli itu mantan sekretaris Reza, entah ada masalah apa sampai kakaknya itu melempar Yuli padanya.
"Ada apa?" tanya Regan tidak mau berbasa-basi. Sebenarnya dia sudah agak malas dengan wanita ini. Sudah beberapa kali sekretarisnya mencoba menggodanya. Dipikir dia pria hidung belang apa? Memang dia mendapat predikat playboy cap kuda oleh orang-orang. Ia banyak mengencani wanita, tapi tidak sampai menidurinya. Kebrengsekannya tidak mencapai level itu.
"Tuan Ahmadi memajukan pertemuannya dengan Anda. Beliau ingin bertemu jam dua siang ini."
Dahi Regan berkerut. Apalagi mau dari pria baya itu? Sudah bau tanah masih saja membuat ulah. Wajar jika dia kesal pada pemilik GS Grup. Selain selalu bersikap semaunya sendiri, si pak tua juga gencar menjodohkannya dengan sang putri. Bahkan mengiming-imingi 50% saham di GS Grup. Hell... Dia tidak semiskin itu sampai menikah untuk bisnis. Lebih baik dia tidak menikah sekalian daripada menikah karena uang. Pemikirannya tidak sesempit itu.
"Dimana?"
"Hotel VK Tuan."
Menghela nafas, Regan beranjak dari duduknya. Yuli yang berdiri diseberangnya pun bergerak cepat kepadanya. Ia tahu maksud tujuan sekretarisnya itu. Mengingat bagaimana penampilannya sekarang.
"Jangan coba-coba Yuli!" tegasnya ketika tangan nakal milik sekretarisnya mengusap sensual dadanya. Jika saja dihadapannya bukanlah wanita, sudah pasti ia mematahkan tangan kurang ajar itu.
Setelah mengancingkan kembali kemeja Regan juga memakaikan dasi, Yuli mengambil jas milik bosnya kemudian memakainya. Barulah setelah itu ia melangkah membuntuti bosnya. Beruntung memang menjadi sekretaris seorang pengusaha muda. Terlebih di perusahaan ini, selain gajinya besar, matanya pun terus merasa segar. Tidak Reza tidak Regan, keduanya sama-sama tampan. Membuat sisi jalangnya meronta ingin keluar. Jika saja ia tidak ingin tetap disini, sudah pasti ia akan berani menggoda bosnya itu lebih.
Bersama dengan Yuli, Regan pergi ke hotel VK. Dari namanya pasti banyak orang yang tahu darimana dia mengambil nama tersebut. Siapa lagi kalau bukan adiknya. Hotel VK adalah hotel pertama yang ia dirikan setelah memegang penuh kendali bidang perhotelan di TM Corp. Semua keluarganya setuju saja ketika dia mengajukan usul ini. Jika dipikir, segala bentuk pekerjaan Regan ada karena ia terinspirasi dari sesuatu. Seperti mom and baby yang dia dirikan sendiri. Juga hotel VK. Sampai sejauh ini, masih Revika Angela Wiratama yang selalu menjadi inspirasinya.
"Siang Regan," sapa Pak Ahmadi seraya menjabat tangan Regan. "Siang Pak." balas Regan sopan. Wajar bukan jika Pak Ahmadi tidak memanggilnya dengan embel-embel 'Pak' toh dia memang jauh lebih muda. Walaupun seharusnya memang begitu jika untuk formalitas.
"Siang Regan!" untuk yang satu ini hanya Regan tanggapi dengan senyum tipis sembari mengangguk. Herlin, putri dari Pak Ahmadi kini memandangnya dengan senyum Pepsodent. Begitu lebar.
"Melihat perkembangan hotel ini, kurasa yang selanjutnya pun sama." ujar Pak Ahmadi membuka pembicaraan. Dapat Regan lihat jika wajah Herlin muram, tentu saja muram karena pembahasan ini tentang pekerjaan. Bukan basa-basi tidak berguna seperti biasanya.
"Melihat tempatnya yang strategis seharusnya begitu." balas Regan. "Perancangannya sudah selesai, tinggal cek lokasi dan pembangunan akan dimulai." lanjutnya menjelaskan.
"Kamu sendiri yang akan pergi?"
Regan mengangguk mengiyakan. "Saya sendiri dengan Gibran tentunya."
Ya, proyek pembangunan hotel cabang dari VK memang melibatkan Gibran. Saudaranya sendiri yang merancang, percayalah meski Gibran adalah saudaranya tapi baru pertama kali mereka bekerjasama. Berulang kali ia mengajak Gibran bekerja sama, tetapi pria itu selalu saja sibuk. Regan selalu saja tidak mendapat giliran karena proyek Gibran yang membeludak. Seterkenal itu Gibran. Arsitek muda dengan kepintarannya yang kini tengah naik daun.
"Aku ikut ya Dad!" seru Herlin semangat.
"Tentu. Kamu yang akan mewakili Daddy,"
Hell, ada apa dengan kedua orang ini? Akan jadi perjalanannya nanti jika bersama Herlin? Dan yang jelas, Gibran tidak akan suka dengan ide ini. Pergi bersama seorang wanita untuk urusan bisnis. Ckck! Jangan sampai Gibran membatalkan perjalanan mereka.
"Ah, maaf terlambat. Tahulah bagaimana kondisi jalanan,"
Keempat orang disana menoleh bersamaan kesumber suara. Mata Regan menyipit menatap seorang pria dengan balutan jas. Wajahnya tidak asing. Yah, bagaimana mau asing jika pria ini adalah suami dari Clara? Takdir macam apa ini sampai dia dipertemukan dengan pria ini? Ingin rasanya ia menonjok wajah yang jelas lebih jelek darinya sekarang. Pria itu, telah merebut Claranya. Tapi.... Bagaimanapun bisa dikatakan merebut jika dia saja tidak memiliki hak atas Clara? Argh! Dia bisa gila sekarang.
"Ah Regan, perkenalkan dia Arham. Putra sulungku."
Setelahnya Regan beranjak untuk menjabat tangan pria bernama Arham itu. Melihat wajah berhiaskan senyum itu membuat Regan semakin kesal. Ayolah, tanpa melakukan apapun Arham bisa membuatnya kesal. Tentu karena fakta jika Arham adalah suami dari Clara. Mantan kekasih yang kembali menggetarkan hatinya.
"Ponakanku dimana Bang?" tanya Herlin.
"Sama Bundanya."
Nyatanya jawaban itu semakin membuat Regan panas. Bundanya. Berarti itu Clara kan? Seharusnya ia yang mengatakan hal seperti itu. Menyebut Clara bunda dari anak-anaknya.
"Karena Arham sudah datang, mari kita mulai membahas pekerjaan. Oh ya, untuk informasi. Putraku yang akan melanjutkan proyek ini," perkataan Pak Ahmadi semakin membuat kepala Regan pening. Jadi dia akan sering bertemu dengan pria ini? Suami dari Clara? Yang benar saja!
Pak Ahmadi adalah investor utama di proyek Regan yang satu ini. Sekaligus beliau akan mengisi hotel VK nanti. Karena perusahaan Pak Ahmadi juga berjalan di bidang furniture. Jadi isi dari hotel akan mengambil dari perusahaan Pak Ahmadi sendiri. Jadi sudah jelas bukan jika Regan akan sering bertemu dengan Pak Ahmadi, ah tidak. Tapi Arham, putra dari Pak Ahmadi yang menggantikan beliau. Belum lagi saat pembukaan hotel -yang mungkin sekitar dua tahun kedepan- ia akan melihat Arham datang bersama Carla dan anak mereka. Bagaimana bisa ia melihat semua itu?
Menghela nafas pelan, jadi begini rasanya gagal move on? Masih mending kalau mantan masih sendiri jadi bisa diajak balikan, lah ini sudah menikah. Ckck! Miris memang. Mantan saja sudah menikah, eh dia masih belum move on. Sampai orang-orang tahu hal ini, pasti dia akan ditertawakan dengan amat sangat keras.
•To be continue•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments