Sore ini Regan menyempatkan diri datang ke tempat dimana dia bisa mendapat ketenangan. Mom and baby. Terhitung sudah tiga hari ia tidak berkunjung kesini. Alasannya tentu saja karena ia sibuk mengurus pekerjaan ayahnya. Ya, sampai saat ini ia masih menganggap jika semua itu pekerjaan ayahnya. Ia hanya membantu saja. Membantu tapi sibuknya minta ampun. Proyek barunya bukan hanya cabang hotel VK tapi juga pembangunan resort di Raja Ampat. Belum lagi villa di Bogor yang juga butuh pengawasannya. Semua itu membuatnya pusing. Mengurus banyak hotel yang tersebar di Indonesia juga di beberapa negara tetangganya nyatanya hampir membuatnya gila. Lalu bagaimana dengan Reza?
Hanya perhotelan yang Regan pegang. Nantinya ditambah dengan mall jika kondisinya sudah stabil. Ia menerima saja karena kasihan juga dengan kakaknya. Semakin pesat usaha mereka, semakin sibuk juga mereka. Terkadang kakaknya memilih tidur di kantor ketimbang pulang kerumah yang akan memakan waktu. Belum lagi dengan perjalanan bisnis yang juga menguras tenaga. Beginilah jika semuanya dilimpahkan pada Reza. Salahkan Papah mereka yang sekarang tengah berada di benua lain, menikmati hari-hari indah bersama anak dan istri tetapi melupakan dua putranya. Ckck! Tidak patut untuk dicontoh.
Seperti biasa, ditempat ini dia bisa mendapat ketenangan hanya karena mendengar suara tawa anak-anak. Ya, sesuka itu dia pada mahluk-mahluk kecil tak berdosa itu. Masih suci, tidak memiliki beban hidup, bukankah itu hidup yang sempurna?
"Eh? Regan?" suara tersebut membuat kepala Regan menoleh ke sumber suara. Dahinya berkerut menatap wanita paruh baya yang berdiri tak jauh darinya. Terlihat tidak asing. "Iya bener, kamu Regan kan?" wanita baya tersebut terkekeh kemudian merangsek mendekati Regan. "Lupa ya sama Tante? Padahal dulu ngebet banget pengin manggil Tante, 'Mamah' loh."
Dan Regan tahu siapa wanita ini. Memang ada wanita lain yang ingin dia panggil 'Mamah' selama ini selain ibunya sendiri. "Tante Rini?"
Wanita bernama Rini itu mengangguk antusias. "Lama banget ya nggak ketemu." ibu dari Clara terkekeh pelan. "Gimana kabar kamu? Mentang-mentang udah putus jadi lupa juga sama Tante. Dulu aja sering mepetin Tante."
Tanpa Regan sadari ia mengusap tengkuknya. "Em...."
"Tante tahu kok kenapa kalian putus."
Mata Regan seketika membola. Jadi ibu dari Clara sudah tahu? Kalau begitu sudah pasti dia si black list menjadi calon mantu. Bingung akan membalas apa, Regan hanya bisa tersenyum kaku saja.
"Sebenernya Tante marah sama kamu karena buat anak gadis Tante sedih. Tapi.... Udahlah. Udah berlalu juga. Oh ya, kamu ngapain kesini? Anak kamu disini? Atau ponakan?"
"Aku yang punya tempat ini Tan,"
Dapat Regan lihat jika Rini merasa terkejut. Sepertinya ibu dari Clara baru pertama kali kesini. Biasanya pengunjung sudah tahu siapa dirinya. Makanya jika ia kesini banyak dari mereka yang menyapa.
"Beneran? Nggak nyangka Tante." Rini terkekeh sembari menepuk bahu Regan. Terkesan bangga dengan pencapaian pemuda ini. "Biar anak istri kamu nggak kesepian ya pas ditinggal kerja?" tebak Rini.
Dahi Regan berkerut. Apa dirinya terlihat seperti pria yang sudah beristri? Juga memiliki anak? Yah, dia akui dia sudah tidak muda lagi. Kalau kata ibunya ia sudah matang sekarang. Sangat pas untuk menikah. Padahal baginya belum terlalu tua juga. Hampir 25 tahun untuk seorang pria tidak terlalu tua bukan? Lagi pula jika ia matang, lalu apa sebutan untuk kakaknya? Gosong?
"Belum nikah Tante," ujar Regan mengulas senyum tipis. 'Tapi kalau Tante mau jadiin mantu ya aku siap Tan'. Hanya dalam hati ia mengatakan itu. Mana mungkin dia berani berucap sekarang, akan sangat terlihat tidak tahu malu dirinya.
"Loh? Kenapa?"
Regan mengulas senyum. "Belum nemu yang cocok Tan." jawaban sama yang selalu ia pakai ketika banyak orang bertanya 'kenapa belum nikah?'. Beginilah jika tinggal di tanah air tercinta. Usia belum genap 25 sudah ditanyakan kapan menikah. Padahal diluar sana masih banyak bujangan tua. Kakaknya sendiri contohnya.
"Anak muda sekarang gitu terus ya alasannya. Clara juga gitu." Rini menggelengkan kepalanya sembari berdecak kecil.
Clara juga gitu.
Apa maksud dari satu kalimat yang terdiri dari tiga kata itu? Maksudnya Clara juga sama dengannya. Artinya Clara belum menikah? Benarkah Clara belum menikah? Lalu apa yang ia lihat saat itu. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Clara bersama seorang pria dan anak kecil yang memanggil Clara Bunda.
Bukan berarti mereka udah nikah goblok!
Jangan tanya itu suara siapa, Regan saja tidak tahu. Tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Tapi memang benar, belum tentu mereka menikah. Kok jadi goblok lo Re?
"Clara belum nikah Tan?" tanyanya memastikan. Jangan hanya berspekulasi sendiri, ia harus tahu kebenarannya.
"Belum." Rini terlihat menghela nafas. "Dua kali. Cuma dua kali Clara pernah pacaran." tentu saja Regan terkejut mendengar itu, berarti setelah dirinya hanya ada satu pria yang pernah mengisi hati Clara. Tapi.... Siapa? "Dan dua kali juga Clara ngerasain hal yang sama." kelanjutan dari kalimat Rini begitu menohok untuk Regan.
Terdiam. Regan sendiri tidak tahu harus berkata apa. Ia bingung, ia paham betul yang dikatakan oleh Rini. Artinya Clara pernah terpuruk dua kali, dan salah satu penyebabnya adalah dirinya. Ia masih ingat betul wajah kecewa bercampur sedih dari Clara beberapa tahun lalu. Ingatannya akan masa SMA tiba-tiba saja terputar di kepalanya tanpa ia minta. Memang benar penyesalan selalu datang belakangan, dan dia tengah merasakannya sekarang. Menyesal diwaktu yang sudah terlambat.
"Menurut Tante kamu udah berubah." ucapan Rini mengambil atensi Regan. "Kamu udah beda dari beberapa tahun lalu, kamu bukan lagi remaja yang keliatan suka main-main." seperti ada remasan tak kasat mata di jantungnya. Berubah. Main-main. Menurutnya dia belum berubah. Dan dia belum berhenti main-main. Hanya saja semua itu tercover dengan indah, tertutupi dengan begitu rapi. "Jujur Tante udah pengin liat Clara menikah. Tapi anak itu susah menjalin hubungan dengan pria lagi." mata Regan terpejam sebentar. Clara trauma? Itulah pertanyaan yang muncul di kepalanya.
"Regan...." fokus mata Regan kembali pada sosok ibunya Clara. Menatap wanita yang sepertinya akan kembali berucap. "Masih mau manggil Tante, Mama?"
Regan tertegun mendengar itu. Ia tidak salah dengar bukan? Panggilan Mama untuk Rini berarti sebuah lampu hijau baginya. Tandanya ibu dari Clara sudah memberinya restu. Padahal dulu saja ia tidak diberi ijin oleh wanita baya ini. Tapi siapa sangka jika dia mendapat hal itu sekarang? Masalahnya, apa Clara masih mah menerimanya?
"Melihat kamu sekarang, Tante yakin kamu pria bertanggung jawab. Dengan mendirikan tempat ini udah keliatan kalau kamu tipe penyayang keluarga. Jadi Tante yakin, kamu pasti bisa jaga Clara dengan baik, juga menyayangi Clara dengan sepenuh hati."
Kalimat panjang Rini membuat Regan meringis dalam hati namun juga membangkitkan harapan dalam hatinya. Memang benar, sampai dia bisa mendapatkan Clara lagi, dia tidak akan pernah melepaskan wanita itu bagaimanapun keadaannya. Ia akan menyayangi Clara dengan sepenuh hati. Ah, dia jadi benar-benar bertekad mendapatkan hati Clara kembali. Hanya saja.... Apa Clara akan menerimanya kembali setelah kesalahan besar beberapa tahun lalu?
•**To be continue•
Jangan lupa tinggalkan jejak! See you....
ig: megathorn**__
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments